BAB 7

52 14 2
                                    

"Gimana? Meggy mau ke sini?". Tanya Caca tak sabar.

"Dia lagi sama Fakhri, mereka nonton bareng". Sontak Caca dan Rara saling berpandangan dengan tetap diam diantara keduanya.

"Yaudah biarin aja. Maklum masih anget ya gitu". Sherlin terkekeh pelan.

Pertandingan dimulai, kini kesebelasan XII IPS 3 tengah berjuang melawan kesebelasan XI IPA 2. Supporter dari kedua kelas yang tengah bertanding pun ikut tegang dalam menyaksikan pertandingan kali ini.

Mereka terus bersorak menyemangati para pejuang. Skor saat ini sudah mencapai 2-3, dengan kelas XII IPS 3 lebih unggul satu poin.

Ketegangan masih berlanjut, mereka terus memperjuangkan bola agar tidak memasuki gawang masing-masing. Hingga pada akhirnya wasit membunyikan peluit panjang yang artinya permainan telah selesai.

Dengan perolehan skor terakhir masih 2-3, yaitu XII IPS 3 berhasil memenangkan pertandingan, yang artinya lolos ke babak selanjutnya.
Kesebelasan XII IPS 3 masih berada di tengah lapangan merayakan kemenangan sementara. Mereka sibuk bertos ria. Berbeda dengan Virgo yang sibuk mencari Sherlin dikerumunan teman sekelasnya.

"Eh, dicariin dari tadi". Dari belakang punggung Sherlin, Virgo datang menyentuh bahunya pelan.

"Eh? Kenapa?". Virgo membalas pertanyaan Sherlin dengan menunjuk botol pink yang dipegang Sherlin menggunakan dagunya.

Mengerti yang dimaksud Virgo, ia menyerahkan botolnya yang langsung diterima Virgo. Segera saja dia meneguknya hingga setengah botol.

"Ampunn nih cowo keren banget kalo keringetan gini Hahahaa". Tawanya dalam hati.

"Kenapa senyum-senyum gitu?". Tanyanya cuek.

"Nggak papa".

"Eh, Virgo! Kaki lo kenapa? Berdarah gini?". Virgo langsung melihat ke arah lututnya yang saat ini berdarah.

Memang tadi saat bermain bola, Virgo sempat terjatuh dan mungkin itu penyebab lututnya berdarah.

"Jatoh".

"Ke UKS yuk". Virgo menggeleng pelan.

"Biar gue obatin. Kan besok masih main lagi".

"Nggak ah. Gini doang".

"Ada yang cedera nggak?". Suara Agatha mengalihkan perhatian teman sekelasnya. Pertanyaannya ini ditujukan untuk kesebelasan pemain sepak bola. Maklum, Agatha ini mantan ketua PMR, jadi jiwa-jiwa relawannya masih sering muncul.

"Sana ke Agatha. Biar diobatin". Bisik Sherlin pada Virgo.

"Gue nggak mau". Virgo balas berbisik.

"Eh tadi si Virgo jatuh dah. Gimana dia sekarang?". Fahrul si kapten mengingatkan.

"Gue oke kok Rul". Jawab Virgo lirih yang masih terdengar oleh Fahrul.

"Elah lo maksa banget ya Go. Itu kaki lo berdarah". Agatha berhasil melihat lutut Virgo yang berdarah, padahal kerumunan teman sekelasnya yang berada di depan Virgo cukup menutupi lukanya dari Agatha.

"Sini lukanya biar gue bersihin". Agatha mendekat ke arah Virgo yang masih bersama Sherlin.

"Lin, lo bisa bersihin luka kan?". Tanya Virgo berbisik.

"Gue gabisa".

"Tha, biar Sherlin yang obatin gue". Dengan asal Virgo menyuruh Agatha agar memberikan obat-obatannya pada Sherlin.

Sejujurnya Sherlin tidak terlalu bisa mengenai obat-obatan dan cara membersihkan luka. Tapi karena Virgo yang maksa akhirnya Sherlin menurut.

"Eh, jangan dikasih obat merah dulu. Ini dikasih pembersih revanol dulu biar lukanya bersih dari darah". Cegah Agatha mengambil revanol dan mulai mengobati luka Virgo dengan berjongkok di sebelah Sherlin. Virgo masih diam menyaksikan kedua wanita dihadapannya.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang