Empat

15 5 0
                                    




Tok... Tok..

"Permisi bu, saya ingin memanggil Aurel." Izin seseorang mendekati guru pengampu dikelas itu.

"Ada apa Nanda? Biasanya dipanggil lewat halo halo." tanya guru tersebut melepas kaca mata yang bertengger dihidung seorang guru tersebut.

Sontak murid-murid dikelas itu tertawa dengan ucapan halo halo.

"Oh itu, soalnya hanya Aurel yang dipanggil." Kak Nanda memegang tengkuknya sembari menampakkan senyum kikuknya.

"Oke oke, silahkan." Guru itu memberi izin kepada kak Nanda.

"Aurelia Putri Yuniar, bisa ikut saya sebentar?" panggil kak Nanda dari depan kelas dengan pandangan mata tertuju kepada seseorang yang tampak seperti orang gelisah.

"Aurelia Putri Yuniar, bisa ikut saya sebentar?" ulang kak Nanda dengan suara yang lebih tegas dari sebelumnya.

"Rel." Bisik teman sebangku Aurel sambil memegang tangan Aurel lembut.

"Eh, iya kenapa Ra?" kaget Aurel dengan wajah inconnect-nya.

"Aurelia, kamu saya tunggu diruang OSIS sekarang!" ucapan tegas itu mampu membuat Aurel bergidik ngeri apalagi ditambah dengan tatapan kak Nanda yang tampak horor itu.

'Sejak kapan kak Nanda berdiri disitu? Kayaknya udah lama deh, ah! Ini gara-gara ayaaaah!' batin Aurel dengan berteriak diakhir kata.

Tanpa babibu lagi Aurel langsung berpamitan kepada guru pengampu dan menyusul kak Nanda ke tempat yang ia sebut tadi.

***

"Permisi," suara seorang gadis berkuncir kuda dan berkaca mata mampu menyita pandangan seorang pria namun tak lama pandangannya beralih seperti semula.

"Kak, Aurel masuk ya?" ya, gadis itu adalah Aurel.

"Saya manggil kamu bukan untuk menjadi patung di depan pintu itu." Seolah memberi kode kepada Aurel untuk masuk namun dengan bahasa yang berbeda.

Aurel melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut dan duduk disalah satu bangku yang berseberangan dengan pria itu.

"Udah?" seolah kata tersebut ambigu bagi Aurel.

Satu alis Aurel terangkat menanti maksud dari ucapan Kakak ketua OSIS tersebut.

"Kenapa? Udah belum?" merasa Aurel mengamatinya dengan tatapan aneh.

"Hufttt" hembusan nafas Aurel sedikit gusar karena ucapan menggantungkan arti seperti itu. "Udah apanya kak? Kenapa apa? Udah belum apaan? Aurel sama sekali enggak paham." Lanjut Aurel berterus terang dengan Gal-Fok dipikirannya.

"Hahaha, Aurel Aurel. Mikir yang macem-macem ini pasti? Iya-kan? Ngaku deh ngaku. Haha" kening Aurel berkerut menatap lawan bicaranya yang tertawa dan entah apa yang ia tertawakan.

"Haha, haduh. Oke saya jelaskan, huft." Sejenak memberi jeda untuk menghentikan tawanya. "Kemarin saya memberikan tugas ke kamu-kan Aurel?" tanya kak Nanda dengan nada yang serius .

Aurel mengganggukan kepalanya beberapa kali guna menjawab pertanyaan kak Nanda.

"Dan...." ucap kak Nanda menggantung lagi juga menatap Aurel penuh selidik, sedangkan yang ditatap hanya merespon dengan alisnya yang berdiri satu.

"Ck! Dimana tugasnya Aurel?" decak kak Nanda gemas dengan Aurel.

Kedua bola mata Aurel hampir saja melencos keluar dari tempatnya setelah ucapan kak Nanda yang terakhir.

Make A StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang