BRUKK...
"aduh, kalo jalan tu ati-ati dong! Jangan sampai nyelakain orang lain " omelku saat aku merasa ditabrak oleh lelaki berperawakan tinggi.
Cowok itu mulai mengulurkan tangannya tanda ia ingin menolongku untuk berdiri dari tempatku terjatuh saat ditabrak dia tadi. Kulihat tangannya terulur ke arahku dengan gerakan yang indah, lalu aku mulai menatap wajahnya ke atas. Kutajamkan pandanganku ke arah cowok itu, sepertinya aku tidak asing dengannya. Tapi siapa dia? Dengan sigap, tanpa lama menunggu lagi, aku segera memegang tangannya. Lalu ia menarikku dengan pelan dan hati-hati. Dan...
"Sorry gue kagak sengaja" ucapnya sembari tersenyum kepadaku dengan posisi tangan yang masih sama, yaitu memegang tanganku.
Aku hanya terdiam kaku di tempat. Senyum yang indah yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku hanya bisa menatap wajahnya dengan diam. Matanya menatap lurus ke arah mataku. Lalu dia mengayukan tangan yang satunya ke depan wajahku dengan gerakan atas bawah. Finally, tangannya mulai melepaskan tanganku. Sontak aku pun terkejut dibuatnya. Seolah tadi aku sedang berada di bawah pengaruh hipnotis.
"Eh... I-y-a " jawabku dengan asal-asalan tanpa berpikir karena masih kaget dengan yang terjadi barusan.
"Ha? Iya? Iya apa? Diterima maafnya kan?" cowok itu seperti bingung antara bego atau pura-pura biar aku tersadar dari lamunanku.
Aku pun perlahan mulai tersadar, bahwa aku sudah terlalu jauh melakukan zina mata dengannya. Aku pun segera mengakhirinya. Segera kualihkan pandanganku ke samping kiri yang tepat menghadap ke kantin. Lalu ku buang jauh-jauh rasa kagumku tadi pada cowok itu.
"Iya" jawabku singkat dan langsung berjalan ke ruang kelasku tanpa berbicara bla bla bla dengannya, bahkan berkenalan pun tidak.
Tidak. Tanganku tertarik dari belakang. Mungkinkah dia yang menarik tanganku? Perlahan tapi pasti aku pun berjalan mundur. Segera kulepaskan genggaman tangan cowok itu dengan kasar. Dan sekarang kami berhadap-hadapan kembali. Aku hanya menatap ke arahnya dengan heran dan bertanya-tanya dalam hati apa dia masih punya urusan denganku? Mengapa dia menarikku lagi? Kulihat wajahnya tersenyum miring ke arahku, aku yang tidak tau apa-apa (dalam tanda kutip tidak peka) pun mulai menaikkan sebelah alisku seakan-akan bertanya.
"Kenapa? " tanyanya.
"Nggak" ucapku dengan jutek.
"Lo nggak punya sopan santun banget sih jadi cewek?! " katanya dengan lantang, dan gaya kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana membuatnya sok keren.
"Apa? Kenapa? " tanyaku dengan sok polos sambil dengan menirukan gayanya yang sok banget itu dan mataku yang mulai menatapnya tajam, tapi tidak ramah seperti tadi.
"Lo nggak tau atau pura-pura nggak tau sih? " tanyanya dengan sebal dengan dahi berkerut dan satu tangan mengepal.
"Tau apa? Pura-pura apa? "
"Nggak usah sok bego! " ucapnya lagi dengan suara lebih ketus kali ini. Aku rasa dia mulai emosi dengan tingkahku.
"Apaan sih, nggak jelas banget! Kalo nggak ada yang penting, gue mau lanjut ke kelas" ucapku juga dengan sewot, salah sendiri dibaikin malah ga tau terima kasih, eh... malah nantangin.
"Ok! To the point aja deh! Biar cepet! " lanjutku sebelum dia mulai berkata a-i-u-e-o lagi.
"Lo beneran nggak ngenalin gue siapa? " jawabnya dengan mata tajam ke arahku, dan badan yang mulai maju ke arahku, dengan gerakan perlahan kakiku mundur.
"What the hell? Gue nggak ngerti! Dan asal lo tau gue juga nggak kenal lo, dan nggak akan pernah ingin mengenal lo sama sekali! Dasar cowok sombong! " omelku pada cowok itu dengan gaya berkacak pinggang dan mata lurus ke matanya.
"Njirt... Drama banget! Siapa juga yang nggak kenal gue di sekolahan ini? Ha? " gayanya dengan sombong khasnya.
"Gue! Kenapa? Ada masalah? " tantangku kepada cowok itu.
"Dasar bego! Gue bahkan udah kebal sama tipu-tipu muslihat cewek macem lo lagi. Pura-pura nggak kenal, tapi akhirnya juga ngejar-ngejar. Yah... Wajar aja sih, orang muka gue aja ganteng tingkat dewa kok" ucapnya sembari tersenyum dengan sombongnya.
"Percuma ganteng kalo nggak punya etika! Dan satu hal yang perlu lo tau, gue sama sekali nggak kenal lo beneran dan sama sekali nggak pengen kenal lo! " ucapku dengan lantang agar dia bisa menajamkan pendengarannya dengan baik.
Segera aku berbalik badan dan menuju kelasku lagi, setelah aku melihat wajah bengong dan kagetnya itu. Yah, lucu itu adalah kata yang pas untuk wajahnya saat ini. Tetapi dalam lubuk hatiku masih bertanya-tanya siapa dia? Kenapa sesombong itu? Aku bahkan mulai mengada-ada kalo dia orang gila. Tapi mana mungkin ada orang gila sekeren dia. Ah... Lupakan! Dia sama sekali tidak keren kok. Tak terasa aku sudah sampai di kelasku yang berada di lantai 2. Tiba-tiba...
Tanganku tertarik oleh seseorang di dalam kelas,
"Ray, ray, lo kenal sama si Gavin? Kenalin ke gue dong! Please yah! " kata Shasa saat aku mulai masuk ke kelas saat ditariknya.
Aku yang mulai tidak paham pun bertanya, "ha? Gavin? Siapa sih? Gue nggak ngerti maksud lo Sa" sembari menggaruk kepalaku yang tidak terasa gatal sama sekali.
"Ih.. Pelit banget sih Ray, gue kan cuman pengen kenalan sama si Gavin" ucapnya dengan bibir yang mulai dimajukan 2 meter dan sembari melepaskan genggaman tangannya yang sedari tadi menggenggam tanganku.
"Eh? Apaan sih? Pelit apaan coba? Gue sama sekali nggak kenal apa itu siapa tadi? Gavin? Atau siapalah?! Gue nggak peduli. Lagian siapa sih dia? " ucapku yang mulai tak mengerti kembali.
"What? Kalo lo nggak kenal, terus kenapa tadi gue liat dari atas lo ngobrol banyak sama dia? Ha? " ucapnya dengan menatap mataku, seolah-olah mencari kebohongan dimataku.
"Dia? Cowok yang di bawah sama gue tadi? " tanyaku dengan alis yang naik dan mulai berpikir.
"Iya. Dia itu Gavin " jawab Shasa dengan pelan dan mulai tersenyum sendiri. Pasti mengkhayal.
"Oh... " singkatku.
"What? Cuma 'oh'? Lo beneran nggak tau dia itu siapa? " tanya Shasa kembali padaku.
"Ya iyalah. Masa gue kenal orang yang nggak perlu dikenal n nggak terkenal sih. Buat apa coba? " tanyaku kembali dengan sewot.
"Astaga Raya! Itu Gavin loh! Masa lo bilang dia nggak terkenal, satu sekolahan juga pasti tau Gavin Ray. Lo itu payah banget sih! " omel Shasa kepadaku yang mulai nggak jelas.
"Ya udahlah, buat apa mengenal kalo nggak dikenal. Lagian nggak penting juga kan?! " ucapku dengan santai ke Shasa.
Aku pun mulai berjalan menuju bangkuku lagi, meletakkan tas, dan mulai mengeluarkan pelajaran pertama. Duduk dengan tegap. Dan melihat Shasa yang masih terbengong tidak percaya dengan jawabanku.
---------
Hy readers 👋 jumpa lagi dengan bacaan novel karya gue 😂 tahun baru, cerita baru dong. Btw, gue dapet nih ide ceritanya malem loh. Gue ngetiknya dari jam 21.30-23.00 😚 loh. So, please hargain dikit yah! Biar author bahagia gituh 😂 dengan cara :
VOTE & COMMENT
Makasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
By Heart (Hiatus)
Teen FictionJika hati ini tak mampu melupakanmu, kupercaya waktu yang akan menghapusmu. Raya! Cewek bermata sipit ini mempunyai seorang cowok yang bernotabene PACAR! Cowok berkulit putih, bertubuh jangkung, dan sangat lemah lembut! Sangat idaman bukan? Tidak...