Pagi itu tak secerah biasanya. Hati Raya masih diselimuti mendung yang gelap, seperti akan hujan deras melanda dan menimbulkan banjir bandang. Raya baru saja membuka matanya dan langsung beranjak bangun dan turun ke lantai bawah.
"Ma, makanan Ray... " baru saja Raya berucap, ia langsung tersadar bahwa sekarang ia hanya tinggal berdua saja dengan abangnya. Seketika matanya berkaca-kaca menahan air mata. Tapi segera ia menggelengkan kepalanya berusaha melupakan semua dan bangkit kembali menjadi Raya yang tegar.
"Dek, ini uang buat beli sarapan di sekolah. Abang mau kuliah dulu " kata Zidan dari arah kamarnya dengan membawa tasnya.
"Iya. Besok Raya janji bakalan bangun lebih pagi, biar abang bisa sarapan, jadi nggak perlu ngabisin uang kayak gini. Maaf ya bang! " ucap Raya dengan penuh penyesalan dan menunduk.
Zidan yang mengerti akan keadaan Raya, segera menghampirinya dan mengusap lembut kepala Raya.
"Jadi orang itu nggak boleh lemah, kita harus kuat. Kalo nggak ya diinjak-injak, kayak tanah. Tapi walaupun begitu nyatanya tanah lebih kuat dari yang dibayangin kan? "
"Iya. Abang berangkat aja, nanti biar Raya ke rumah Erick. "
Zidan pun mengangguk dan mengucapkan salam sebelum pergi.
_______
Di sekolah nyatanya Raya lebih senang, karena temannya tentu.Raya diam dia hanya mengamati lingkungan sekitarnya. Melihat tawa canda teman-temannya membuat hati Raya seketika iri.
"Nih" ucap seseorang sembari menyerahkan coklat ke arah Raya.
"Gavin? " bingung Raya, kenapa juga nih cowok bisa tau kelas Raya.
"Buat lo, biar nggak stress " ucap Gavin dengan muka datar.
"Nggak usah kalo nggak ikhlas. Gue juga nggak butuh rasa kasihan sedikit pun dari lo" ucap Raya masih dengan kata-katanya yang pedas.
"Lo tau nggak rasa seblak? Pedes kan? Noh sama kayak omongan lo. Kalo nggak mau ya udah, lagian niat gue baik, kalo nggak diterima ya udah. Masa gue maksa lo" ucap Gavin sembari berjalan keluar dari kelas Raya.
Sesaat setelah itu Raya tersadar bahwa ucapannya tadi pasti membuat cowok itu sakit hati. Raya pun bergegas mengikuti Gavin, tapi itu sebelum Sasha datang.
"Ray... Lo mau nyontek gue nggak? " ucap Sasha dengan suara cempreng khasnya.
"PR matematika yang sin cos tan itu? "
"Iya. Loh udah tau yah? " tanya Sasha dengan kikuk, padahal niatnya mengerjakan tugas biar Raya sesekali bisa nyontek ke dia, untuk menghibur Raya.
"Udah Sa. Lo niat banget yah ngerjainnya? " tanya Raya sembari duduk kembali dan melupakan Gavin.
"Iyalah. Gue kan sahabat yang ngerti banget keadaan sahabatnya Ray. Kalo lo susah, gue juga ikut Ray. "
"Puitis lo. Ngambil dari google kan" ucap Raya dengan tersenyum kecil.
"Kayaknya iya deh. Tapi tulus kok Ray. Btw, tugas matematikanya gue kurang 1 nomor deh Ray, ajarin donk yang ini" ucapnya sembari tertawa garing.
"Yeh nih anak, ujung-ujungnya juga begini terus. Sini buku lo! " ucap Raya yang dibarengi dengan gerakan tangan Sasha membongkar isi tasnya.
"Nih rumus yang ini trigonometri sudut rangkap, ini kok bisa sih sin2 lamda = 2×sin lamda×cos lamda? " tanya Sasha dengan serius.
"Nih gini yah, setiap trigonometri sudut rangkap itu selalu berhubungan juga sama yang trigonometri jumlah dan selisih sudut, jadi ini didapet dari sin lamda + lamda gitu. Paham nggak? " terang Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Heart (Hiatus)
Teen FictionJika hati ini tak mampu melupakanmu, kupercaya waktu yang akan menghapusmu. Raya! Cewek bermata sipit ini mempunyai seorang cowok yang bernotabene PACAR! Cowok berkulit putih, bertubuh jangkung, dan sangat lemah lembut! Sangat idaman bukan? Tidak...