09

4.7K 762 73
                                    

Memang terlihat tidak nyata. Tapi aku yakin ada. Aku lihat, ada sepercik rasa darimu. Kenapa aku tahu? Sorot matamu berkata padaku.
-Aku yang mencuri pandangmu, soon your heart too-

Aku makin penasaran dengan sang pengirim surat. Kalimatnya kali ini menyiratkan aku dekat dengannya. Tapi siapa? Tidak mungkin Midoriya atau Bakugo, 'kan?

Simpul dasi kueratkan, sepertinya sudah cukup rapi. Waktu masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah. Sang mentari bahkan masih enggan bertugas, menampakkan diri memberi kehangatan bagi seluruh penduduk bumi. Suara kicau burung terdengar samar, dengan hawa dingin menusuk tulang. Lampu masih berpendar, membantu sang rembulan menyinari gelapnya waktu subuh.

Bukannya sok rajin atau apa, tapi ini kewajiban bagi petugas keamanan sekolah. Terdengar seperti seorang satpam memang, sangat tidak elit. Sebenarnya aku masih mengantuk, sangat. Semalaman suntuk tidak bisa tidur, hanya berbaring di atas ranjang dengan mata terbuka. Sesekali memejamkan mata namun hasilnya nihil, sama sekali tidak membantu pergi ke alam mimpi.

Mulutku terbuka—sedikit menguap, mengeluarkan kepulan asap karena udara yang dingin. Mataku perih, setitik air mata berkumpul di sudut mata. Jika bukan karena kepala sekolah meminta, aku tidak sudi mengambil kewajiban ini. Lagipula, banyak murid yang lebih berbakat dariku. Awalnya aku berpikir saat mendengar akan dibentuk organisasi keamanan sekolah, anggotanya adalah orang yang sial.

Sialnya, aku adalah salah satu dari orang sial itu.

Aku juga berpikir, bukan merendahkan atau apa. Tapi, mengapa seorang quirkless sepertinya bisa ditunjuk sebagai keamanan sekolah? Bukankah itu berpotensi membahayakan nyawanya? Sebut saja aku khawatir padanya, oke.

Dari jarak yang lumayan dekat, aku bisa melihat seorang perempuan berseragam sama denganku tengah menyenderkan punggungnya di gerbang sekolah yang tampaknya masih terkunci.

Ah, aku lupa meminta kunci pada kepala sekolah. Dan juga, mereka lupa memberi kuncinya pada kami.

Jadi, siapa yang bodoh di sini?

"Ah, kau sudah datang," ucap gadis yang menjadi partnerku.

"Kau punya kuncinya?"

Ia menggeleng. Bagus sekali, jadi apa yang harus kami lakukan? Diam mematung seperti orang bodoh? Atau melanjutkan pergi ke alam mimpi?

"Kau sudah menempelkan IDmu? Mungkin saja gerbangnya terbuka," kataku, gadis itu menggeleng sebagai respon. Tangannya menunjukkan ID cardnya padaku. Hanya yang memiliki ID Yuuei lah yang bisa masuk melalui gerbang ini. Tapi sayangnya, hal itu tidak bisa dilakukan sekarang karena aksesnya belum diaktifkan.

"Aku baru saja berpikir akan menghancurkan gerbangnya tadi, tapi tidak jadi," sahutnya dengan cengiran, manis, ditambah dengan lesung pipi yang menyembul dari pipinya.

Aku mengeluarkan ponselku untuk menghubungi penjaga sekolah yang mungkin sedang berkeliling di dalam. Sebelum aku menekan tombol dial, [name] lebih dulu menepuk bahuku sambil menunjuk gerbang yang perlahan terbuka.

Kami segera meletakkan ID kami di mesin pemindai untuk masuk ke dalam.

Tugas pertama, berkeliling memastikan semuanya aman.

Aku sendiri heran, untuk apa kami melakukannya. Padahal, keamanan di sini sudah ketat dan ada petugas yang berkeliling tadi.

Semuanya terasa sangat janggal.

Tapi kurasa itu tak apa, rasa kantukku perlahan menguap saat aku melihat senyum di wajahnya. Aku ingin menyelami dunianya, seperti apa aku di pandangannya?

I want to die in them,
I want to drown in them
You are my lake

TBC

Oke ngaku, soal gerbang itu aku seratus persen murni ngasal. Kecuali soal ID itu emang bener. Hahaha absurd ya? Iya, seabsurd yang nulis.

Warn! Chapter depan bakal lebih absurd :3

ILLEGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang