Satu

13 5 0
                                    

Pagi itu hujan gerimis mengguyur jalanan kota. Membuat aspal berwarna kelabu nampak mengkilat dan ada beberapa genangan tercipta di aspal yang berlubang. Meskipun begitu, tidak menyurutkan semangat orang-orang yang hendak mencari nafkah maupun mereka yang harus pergi ke sekolah. Dari sekian banyak orang yang berkejaran dengan waktu untuk melakukan aktivitas pagi mereka, nampak seorang gadis tengah berdiri di halte bus seorang diri.

Dengan sesekali mengecek jam tangan mungil miliknya, gadis itu menggerutu pelan. "Aish.. aku bisa terlambat mengikuti kelas pagi jika begini."

Adrien Nayara-nama gadis yang tengah berdiri di halte tersebut hendak pergi menuju kampus karena dia ada kelas yang harus dia ikuti pagi ini. Tapi malangnya, bus yang biasa ia naiki setiap berangkat ke kampus justru tidak kunjung muncul. Ingin rasanya Adrien memesan ojek online tapi ia harus memikirkan kondisi keuangannya yang sedang menipis. Jika ia ingin tetap bisa makan sampai akhir bulan, dirinya harus berhemat. Mengingat sekarang sudah tanggal tua.

Beberapa menit kemudian akhirnya bus yang ditunggunya muncul juga. Tanpa ragu Adrien segera melompat kedalam bus dan naasnya semua bangku penumpang sudah penuh. Adrien terpaksa harus berdiri di dalam bus yang penuh sesak.

Adrien menghela nafas mengetahui paginya hari ini tidak bersahabat. "Tak apa.. Semangat Adrien!" untuk kemudian menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

Sesampainya di halte bus yang terletak di depan gerbang kampusnya, Adrien segera turun setelah membayar tarif bus. Dengan langkah tergesa Adrien memasuki halaman kampus. Saat mengingat ia juga harus berjalan sejauh 500 meter lagi untuk sampai dikelasnya Adrien kembali menghela nafas. Dan lagi lagi menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

Setelah beberapa saat berjalan dengan langkah cepat nyaris berlari. Akhirnya Adrien sampai di depan gedung fakultas Psikologi. Dengan nafas terengah gadis itu sedikit memperlambat langkahnya untuk menuju kelas. Setidaknya dia tiba 5 menit sebelum kelas dimulai. 5 menit yang berharga.

.

.

.

Suasana lorong sebuah kampus ternama berubah menjadi riuh oleh suara pekikan para gadis. Menghalau suara derasnya hujan yang menghantam atap. Bagi siapapun yang mendengarnya pasti mengira bahwa mungkin ada seorang idola yang tengah melintas sehingga membuat para mahasiswi histeris seperti itu. Namun, pada kenyataannya bukan. Yang sudah membuat para gadis berteriak histeris adalah, munculnya dua sosok tampan dengan pesona yang luar biasa tengah melintasi lorong tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Dreas Jefferson si mahasiswa dingin jurusan Bisnis dan Jovan Ivander si otak pintar dari jurusan Kedokteran. Mereka berdua bisa dibilang primadona di kampus ini mengingat mereka memiliki wajah tampan yang mampu mencuri hati setiap wanita yang melihatnya. Selain itu mereka juga mempunyai reputasi yang baik dibidang akademis sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Bisa dibilang mereka calon lulusan terbaik dibidangnya. Ditambah orangtua keduanya mempunyai pengaruh penting di kampus, membuat siapa saja mengenal mereka berdua.

Dengan langkah santai Dreas dan Jovan yang merupakan sahabat sejak lama itu berjalan melewati kerumunan fans mereka.

"Tidak biasanya kau mengambil kelas pagi Dre?" tanya Jovan sembari sesekali melempar senyum kepada orang yang berpapasan dengan mereka berdua. Tanpa tahu jika efek dari senyum simpul itu dapat melumpuhkan syaraf wanita dalam seperkian detik.

"Hanya ingin saja." Jawab Dreas singkat dengan eskpresi dingin tak terbaca yang memang sudah menjadi ciri khasnya.

Jovan yang sudah sangat mengenal sahabatnya itu tidak masalah dengan jawaban dingin yang terlontar dari bibir pewaris J Company disampingnya. Justru dia terkekeh karena sebuah pemikiran muncul di benaknya.

LOSTWhere stories live. Discover now