PROLOG....!!!!!
Pukul setengah lima lewat dia solat subuh dan setelah itu berzikir dan berdoa kepada sang kholik. Dia gadis yang tertunduk diantara sajadah dan tasbih yang di genggamnya,tetes demi tetes air hujan menari- nari di atas atap kamarnya. Dia melangkahkan kakinya menuju jendela kamar yang terbuka terkena hembusan angin yang sepoi-sepoi, dia berdiri di tenggah-tengah jendela dan mulai merasakan hawa dingin yang menguasai dirinya, matanya terfokus pada sebuah pohon yang tinggi dan rindang. Dia menikmati derama hujan pada pagi ini.
Dia mengangkat sedikit kepalanya kemudian terhanyut dalam drama hujan secara audio visual. Senyumnya mengembang bertanda rasa syukurnya, bahwa Allah masih memberikan keindahan ini. "pagi yang sangat indah", lirihnya sambil tersenyum.
Putri As Syams adalah nama yang di berikan oleh orang tuanya. Dia anak ketiga dari enam bersaudara. Mungkin, itulah yang membentuk karakter nya menjadi anak yang pendiam dan tak banyak berbicara. Namun pendiam dan tak banyak berbicara itu disebabkan oleh perpisahan orang tuanya, semenjak dia masih berusia sepuluh tahun. Ayahnya yang berkerja keras sendiri untuk memenuhi kebutuhan dia dan kakak adiknya.
Putri tak perlu menjadi gadis yang cantik yang sudah mainstrem. Dia sudah sangat percaya diri dengan kerudung yang terurai panjang yang menutupi dadanya, kulitnya berwarna putih, bibirnya tipis, matanya sayu, dan tinggi badan yang tak lebih dari 153 sentimeter.
Hujan perlahan lahan membawanya kedalam ingatan yang indah. Terlintas sosok wajah pria yang akhir-akhir ini kerap mencuri dalam mimpinya. Khas yang tergambar pada pria itu adalah alisnya tidak terlalu tebal dan rona coklat kecoklatan di bibirnya. Kulitnya bersih dan perawakannya tinggi tegap sehingga menambahkan kesempurnaan dirinya.
Sayang sekali putri belum mengetahui namanya. Cuma sekilas saja dia temui. Ya, tepat satu minggu yang lalu, saat MOPD. ketika itu putri berada di depan kelas yang mengarah depan masjid Al ittihad, memperhatikan murid-murid mopd berdiri di tengah-tengah lapangan antara sekolah dengan masjid Al ittihad. Murid-murid itu berdiri di tengah lapangan karena tidak memakai atribut lengkap dan telat masuk.
Diantara murid-murid yang berdiri di sana, putri memperhatikan seorang pria berwajah manis tak mengenakan topi mopd, pria itu sangat asing bagi putri, kala itu. Aneh semakin aneh dalam menatap, semakin bergetar hatinya. Dia tidak tahu apa yang dia rasa. Sejak saat itu, wajah dan perawakan pria itu selalu menempel di dalam pikirannya. Hingga ke dalam mimpi berkali-kali.
Cukup lama dia melamunkan sosok pria yang sering melanda pikirannya. Setelah itu, dia segera meliahat ke arah jam dinding kamar. Tidak terasa pukul setengah enam pagi. Saat nya dia bergegas menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Dengan sigap, putri pergi menuju pintu kamar untuk mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamar. Di lalui satu persatu kamar yang terletak di ruang tamu, kamar mandi terletak tak jauh dari dapur, untuk mencapainya, dia harus melewati dapur. Seperti biasa sebelum mandi dia harus menyiapkan sarapan untuk ayah adik dan kakaknya, dikarnakan tidak ada ibu yang menyiapkan sarapan seperti dulu biasanya.
"pagi, pah! Nih putri buat nasi goreng". Sapa putri sambil melangkah menuju kamar mulyani.
"iya, nanti dulu papah mau kekamar mandi dulu".
"pagi ade kakak. Kalau malam hari menjelma menjadi seorang pendiam. Tapi malam nyamenjadi seorang yang buas". Sapa putri di depan kamar mulyani.
"ih, kakak gitu, ah." Raut wajah mulyani cemberut manja.
"udah sana, mulyani mandi dulu! Nanti kita berangkat sekolahnya telat lagi".
"iya". Jawab mulyani sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Putri hidup bertujuh dengan ayahnnya, tanpa ada sosok seorang ibu yang memberikan kasih sayang penuh. Ibunya siti halimah, sudah berpisah. Dia mengalami pertengkaran hebat didalam kamar, kami pun tak tau apa penyebabnya. Usia putri kurang lebih sepuluh tahun ketika itu ironis.
Dari kecil hingga besar, ayahnya yang membiyai semua kebutuhan keluarga. Semua dia berikan untuk puti, kakak dan adiknya. Tanpa terkecuali. Putri tidak tahu berapa peluh yang telah keluar dari setiap pori-pori kulit ayahnya.
JJJ
Putri dan mulyani sudah rapi mengenakan seragam putih abu-abu dan putih biru. Tas sekolah yang telah banyak menelan buku-buku tebal sudah tergantung di punggungnya. Plus telapak kaki telah terbalut oleh kaous kaki putih dan sepatu dallas berwarna hitamnya.
Putri dan mulyani menuju ruang makan dan duduk di kursi meja makan. Ayah, kakak, beserta adiknya sudah ada di sana dan membuka percakapan kecil saat memulai sarapan.
"wah, nasi goreng buatan kak putri enak ya ?. kata zainal adik terkecilnya sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.
"iya, enak kok put, mau kurang garam, kurang gula, kalau putri yang buat, pasti enak".
"yah, berati kalu ani yang buat gak enak ya?". Wajah nya cemberut manja.
"gak kok, enak dong pasti kalau mulyani, adik kak putri yang buat".
"ya udah, buruan makannya! Nanti kalian telat lagi".
"siap, pah" sahut putri dan mulyani bersamaan dengan mulut yang masih mengunyah nasi goreng.
"Assalamualaikum". Tangan putri dan mulyani bergantian menjamah untuk bersalaman.
Selesai sarapan, putri dan mulyani pun bergegas ke sekolah. Sementara ayahnya, bersiapmenjaga sorum mobil milik saudaranya. Sorum mobil itu adalah usaha satu-satunya yang menghidupkan keluarga yang sangat sederhana ini.
selesai sarapan, putri dan mulyani melangkah denagn cepat keluar rumah, menyusul kak putra yang sudah menghidupkan mesin motor. Kakak putri sudah mempersiapkan keperluannya untuk berangkat sebelum berkaerja.
Putri menyandarkan kedepan punggungnya mulyani. Lalu, melepaskan pandangan disekitarnya yang telah terbasahi oleh bulir-bulir air hujan. Drama hujan masih belum berakhir. Dia ingin menikmatinya kembali. Seketika, datang sesuatu yang indah mengetuk pintu otaknya dan memaksa pikiran putri.
Ya, bayangan pria yang putri pikirkan beberapa saat lalu, kini terlintas kembali. Wajah, mata, bibir, alis, dan rambutnya terus memenuhi pikirkan putri.
"put...put...putri". terdenagr suara kakaknya memanggil, karena melihat dirinya dari kaca sepion motor sedang tersenyum centil.
Putri sontak tersadar. "hah. Iya, kenapa kak?".
"kamu kenapa, kok senyum senyum gak jelas gitu? Hati-hati loh nanti, nanti kesambet baru tau rasa."
"ih, apaan yang senyum-senyum gk jelas sih, kak". Putri coba mengalihkan pembicaraannya.
"iya tu kak, kak putri sering kali kaya gitu semenjak udah masuk sekolah, kak". Suara mulyani meyakinkan kak putra.
Putri hanya diam menunduk dan menikmati hawa dingin yang menguasai dirinya. Kakaknya hanya membalas dengan gelengan kepala dan tersenyum kecil. Beberapa menit kemudian laju mesin motornya berhenti.
"udah sampai, yuk adik-adik kakak sekolah dulu! Biar jadi orang yang baik".
"Siap, kakak"
"putri sama mulyani sekolah dulu ya, kak!".
Kakaknya menghidupkan kembali mesin motornya dan melaju pelan-pelan melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjannya.
"Belajar yang benar ya, my girls!".
"Iya. Hati-hati, kak! Dadah!". Sahut putri dan mulyani bersamaan, sambil melambaikan tangannya kearah kakaknya.
Motor mio kakaknya perlahan menjauhi tempat pijakan putri dan mulyani dan lenyapdi tikungan jalan. Disekitar sekolah pun sudah tidak dijatuhi rintikan hujan. Udara dingin merasuki ke seluruh pori-pori kulit putri saat melangkah ke gerbang sekolah Smk Bhakti karya yang satu yayasan dengan Mts Al ittihad dimana mulyani sekolah.
JJJ
fZRy2J
YOU ARE READING
KU TITIPKAN AL QUR'AN KECILKU UNTUKMU
Roman d'amour"kamu yang pergi tanpa suara..."