My masher partner | 02

240 8 0
                                    

"Pentas seni akan diadakan besok sabtu mulai jam 8 pagi di lapangan upacara SMA Gemilang. Semua panitia, dan stan-stan bazar harus sampai di sekolah pukul 6 untuk mempersiapkan semuanya." jelas Andrean, sang ketos. "Oke, untuk panitia dan seksi pentas seni semuanya sudah jelas? " tanyanya memastikan.

"Jelas." jawab seluruh pengurus OSIS dengan tegas dan serempak.

"Ada yang ingin menambahkan? Mungkin dari wakil?"

"Dresscode untuk panitianya gimana kak?" tanya Maisha, wakil ketos.

"Oh iya, untuk seluruh panitia perempuan dan laki-laki menggunakan baju atau kemeja kotak-kotak dan celananya jeans warna light blue untuk laki-laki, jeans putih untuk perempuan." jelas ketos. Dan mendapat anggukan dari lawan bicaranya.

"Yasudah, rapat saya akhiri. Trimakasih, selamat sore."

"Selamat sore." balasan serempak dari pengurus OSIS. Lalu, mereka semua keluar ruangan, menyisakan Andrean dan Maisha di ruangan ini. Maisha sibuk mengetik proposal di komputer OSIS, dan Andrean sedang mengecek catatan sekretarisnya tadi disamping Maisha.

"Sha.." panggil Andrean.

"Iya gimana kak?"

"Lo pulang dijemput supir?" tanya ketos.

"Enggak kak, bareng sama Delvin." jawabnya santai. Andrean hanya ber-oh ria.

"Kenapa emangnya?" lanjut Maisha.

"Enggak kok, lo pacaran sama Delvin?"

"Oh, enggak. Kita cuma sahabat dari kecil, jadi kesannya deket banget kaya pacaran deh. Aku sih belum pernah pacaran, tapi Delvin pernah sekali, dan itu hampir ngerusak persahabatan kita dan Delvin juga dikhianatin, akhirnya Delvin putusin deh." jelasnya dan diakhiri dengan senyuman.

Andrean terdiam. Lega. Akhirnya orang yang ia sukai selama satu bulan ini masih sendiri. Bahkan belum pernah pacaran.

Sha, kenapa lo cantik banget sih? Kenapa juga lo masuk kriteria gue? Tanya Andrean dalam hati.

***

"Kak.. kak Delvin bangun ini udah jam pulang sekolah.. " panggil anak PMR itu, sambil menepuk-nepuk pelan bahu Delvin.
Delvin mengerjap pelan dan bangun dari posisi tidurnya.

"Siapa lo? Caca mana?"

Ceklek!

"Lama." protes Delvin dengan wajah datarnya, ia badmood.

"Sorry Vin, gue tadi disuruh ngurusin proposal pensi sama kak Drean." ucapnya dengan rasa bersalah. Seharusnya ia tidak membiarkan Delvin sendiri saat sakit, tapi disisi lain ia punya kewajiban sebagai wakil ketua osis. Mau gimana lagi?

"Ehm, kak . Saya permisi dulu, mau ke-"

"Siapa nama lo?" tanya Delvin dengan tatapan datar.

"Sa-saya kak?" ia gugup. Takut.

"Ya lo lah, bego."

"Saya, Via kak. Kelas X IPS 2." jawabnya dengan wajah menunduk ke bawah.

"Makasih. Udah sana lo cabut." usirnya. Via mengangguk dan langsung keluar UKS.

Apa ia tadi tidak salah dengar? idolanya mengucapkan makasih padanya?

Oh tuhan, bahagia itu sederhana banget. Bisa ngomong sama pangeran hati gue aja gue udah bahagia banget gini, apalagi sampe jadian. Trimakasih tuhan. Batinnya. Tanpa sadar sudut bibirnya mengangkat keatas.

***

"Udah Vin, kamu dikamar aja. Kalo ada apa-apa panggil bibi atau mami ya. Bentar lagi Maisha kesini. Oh iya, besok kamu istirahat di rumah. Mami gak ngizinin kamu sekolah dulu." ucap maminya dengan nada lembut.

"Mi, aku besok sekolah gakpapa kok. Aku cuma tipes doang ngga struk." pinta Delvin pada maminya. Ia tidak betah jika harus di kamar terus seharian, apalagi tidak bertemu Maisha. Ups

"Hush, kalo ngomong dijaga. Meskipun cuma tipes, tapi mami khawatir. Kamu anak mami satu-satunya loh ya, kalau kamu kenapa-kenapa ya mami sedih lah."

Ya, Delvin Audison merupakan anak tunggal. Papinya Hernando Audison merupakan pemilik Yayasan Gemilang, dan maminya memiliki butik di dekat kompleks rumahnya. Kehidupannya sudah terjamin, semua serba berkecukupan. Bahkan ia mempunyai wanita yang selalu ada untuknya setelah maminya, siapalagi kalau bukan Maisha Rezita Marioline.

Tok!tok!tok!

"Masuk." ucap Delvin.

"Eh, Maisha ganggu gak mi?"

"Engga lah, udah kamu temenin Delvin sini, Sha. Daritadi nyariin kamu terus dia. Mami mau ke bawah dulu ya." goda maminya. Delvin hanya berdehem. Lalu Yasmin beranjak keluar dan menutup pintu.

Perlu kalian ketahui, Yasmin sangat suka dengan sikap dan sifat Maisha, oleh karena itu, ia meminta Maisha untuk memanggilnya 'mami' dan memanggil suaminya 'papi' sama seperti anak kandungnya. Begitupun Delvin, memanggil orangtua Maisha dengan sebutan 'ayah-bunda'.

"Vin, gimana kata dokternya?"

"Enggapapa. Gue cuma tipes. Besok gue juga gak dibolehin mami buat masuk sekolah dulu." "Ehmm, caa.." lanjutnya.

"Iya gapapa sih lo istirahat aja. Btw, kenapa? Lo laper? Gue ambilin makan dulu ya?" Maisha bangkit dari duduknya, pergelangan tangannya ditahan Delvin.

"Gue mau makan, tapi setelah lo peluk sama kiss gue, Ca.." pintanya lirih.

Deg. Delvin yang bakal ngambil first kiss gue. Gapapa deh. Batinnya.

Maisha lalu duduk lagi dipinggir tempat tidur Delvin. Menatap lawan bicaranya lekat. Ia langsung menyondongkan tubuhnya untuk memeluk Delvin erat, lalu bibirnya didekatkan ke bibir Delvin dan..

Cup!

Delvin memandang wajah Maisha dengan seksama dan menunjukkan senyuman. Ia bahagia.

"Ca.."

"E-eh iya gimana?" jawab Maisha gugup dan langsung ke posisi duduk semula. Dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue suka banget peluk lo. Ada empuk-empuknya." jujur. Delvin sangat jujur.

"Sialan lo vin. Untung lagi sakit. Kalo nggak, guling lo udah melayang ke wajah ganteng lo itu."

Delvin terkekeh. Ia ingin cepat sembuh agar mendapat kiss lagi dari Maisha. Dasar modus.

***
Bersambung..

Please vote+comment💝💝

My masher partnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang