Sore itu ketika awan menangis. Petir-petir berteriak bersamanya. Hembusan angin seperti hembusan nafas para raksasa. Ranting dan pohon mulai menari bersamanya. Terombang-ambing bersama angin yang menumbangkan ranting dan daun-daunnya yang berjatuhan dijalanan aspal abu dengan kubangan air yang berada diatasnya.
Seorang perempuan berperawakan kecil berlari melewatinya. Namanya Kim Sejeong. Ditangannya ia membawa sesuatu. Ia begitu hati-hati memegangnya. Tidak ingin sampai terjatuh. Bahkan, Ia pun tidak peduli dengan tubuhnya yang basah terkena guyuran hujan dan tidak peduli dengan hembusan angin kencang yang sedari tadi menusuk hingga ketulangnya. Yang ia pedulikan hanya satu, BUNGA MATAHARI yang sedari tadi dipegangnya.
***
Ketukan pintu terdengar tiga kali. Ketukan pertama, tidak aku jawab. Aku hanya sibuk dengan tulisanku. Ketukan kedua, aku jawab 'Iya, sebentar.' Namun tetap saja suara perempuan di luar sana memaksaku untuk cepat membukanya. Ketukan ketiga, ia mengetuk dengan agak keras sambil berteriak agar aku dengan gegas membukakan pintu untuknya. Sangat menganggu. Konsestrasiku menghilang dengan cepat ketika ketukan itu berbunyi.
Aku membuka pintu. Walau rasa malas dan kesal menari-nari diatas kepalaku. Ketika pintu telah terbuka, aku melihat seorang perempuan berdiri di sana. Sekujur tubuhnya basah kuyup. Ditangannya ia memegang bunga matahari dengan tulisan 'Daniel' di potnya. Ia tersenyum sambil memegang tanganku.
"Ada apa?" tanyaku dengan kesal.
"Happy Anniversary. Ini hadiah untuk kau. Aku memberikan kau bunga matahari, agar kau bisa tetap mengingat aku. Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik." katanya sambil memberikan pot bunga matahari kepadaku.
"Apakah sudah selesai?"
"Maksudnya, Niel?"
"Kau pengganggu. Ketukan pintumu tadi membuyarkan semua ide-ideku. Harusnya kau tanya aku sebelum kau datang kemari menemuiku. Dan lihat tampangmu sekarang. Apa dengan seperti ini kau datang menemuiku? Ini adalah Anniversary hubungan kita. Harusnya kau paham dengan apa yang harus kau pakai, BODOH." Jawabku dengan sedikit kesal.
"Apa aku salah?" tanyanya dengan nada yang begitu kecewa.
"YA! Cepat masuk. Dan pakai ini." Aku memberikannya sebuah handuk untuk menghangatkan tubuhnya.
"Tidak. Aku tidak akan masuk. Aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu. Aku tidak ingin menjadi pengganggu dan membuyarkan ide-idemu lagi. Jagalah bunga matahari itu. Semoga kau akan terus mengingat aku. Bukan untuk sebagai pengganggu, tetapi sebagai seorang kekasih yang menginginkanmu untuk tetap menjadi ketenangannya."
15.30. Perempuan itu berlari menelusuri hujan yang masih tetap deras. Suara petir menggelegar ketika ku menyaksikan ia berlari terus tanpa menoleh ke belakang. Apa ia marah kepadaku? Mengapa aku begitu merasa bersalah melakukan ini kepadanya. Hari ini adalah Anniversary ketiga ku bersamanya. Seharusnya aku memberikan suatu kebahagiaan dalam hubungan ini. Bukan untuk mencampakannya.
***
Aku berlari mengejarnya. Aku mendapatkannya dan segera menarik tangannya. Ku lihat wajahnya menangis walau tak terlihat. Air hujan yang semakin membasahi seluruh tubuhnya, menutupi semuanya. Menutupi kesedihannya, kekecewaannya, bahkan kesakitan yang ia alami sekarang. Aku mencoba untuk mengajaknya bicara, tapi ia malah tersenyum dan memalingkan wajahnya dariku. Berlari kembali meskipun tubuhnya mulai tidak sanggup untuk berlari.
Sejeong berlari menyembrangi jalan. Ketika aku mencoba berlari mengejarnya kembali. Sebuah hal yang tidak sanggup aku ceritakan. Membuat aku merasa bersalah. Kehilangan.
***
Di kamar kecil ini. Tempatku menghabiskan waktu bersama Sejeong. Di dindingnya terpasang kumpulan fotoku bersamanya. Beberapa pot bunga matahari yang sudah mulai layu tersimpan dimeja. Itu adalah pemberian Sejeong kepadaku. Dan hanya dia yang merawatnya. Tidak pernah sekalipun aku peduli kepada bunga itu. Sama seperti tidak pernah aku peduli kepada Sejeongku.
***
Sebuah ketukan pintu terdengar tiga kali. Ketukan pertama begitu pelan. Ketukan kedua suara perempuan yang tidak asing memanggil-manggil nama 'Kang Daniel'. Ketukan ketiga, agak keras dan terus memanggil-manggil nama 'Daniel'.
Dengan rasa penasaran, ku buka pintu tersebut. Tidak percaya. Sejeong berdiri di sana. Dia basah kuyup. Ditangannya membawa sebuah pot dengan nama 'Daniel' berisi bunga matahari.
"Happy Anniversary. Ini hadiah untukmu.. Aku memberikan kau bunga matahari, agar kau bisa tetap mengingat aku. Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik." katanya sambil memberikan pot bunga matahari kepadaku. Aku hanya diam. Tidak mempercayai ini semua.
"Niel, kok diam?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Ayok masuk, kau pasti kedinginankan?" Aku keringkan rambutnya dengan handuk dan memberikannya sebuah selimut agar ia tidak merasa kedinginan.
"Niel." Sejeong memegang tanganku dan menempelkannya kepipinya. "Hanya kau satu-satunya orang yang bisa membuatku merasa tenang. Terimakasih."
15.10. Sejeong tertidur. Segera ku siram beberapa bunga matahari pemberiannya. Kubuatkan sebuah puisi dan berlatih membacakannya.
Meskipun kau tersenyum dengan cerah di depanku
Aku bisa merasakan hatimu, bagaikan terhubung dengan telepati
Meski aku tak dapat mengungkapkan apa yang kurasakan
Selama kau paham dan tersenyum
Aku akan berada disampingmu
Selalu bersamamu
Saat ini, di tempat ini
ALWAYS~
(Produce 101 – Always)***
"Daniel?" .
"Sejeongie, kau sudah bangun? Sejak kapan?" tanyaku kaget. Aku belum mempersiapkan ini semua. Ini hanya sebuah latihan. Tetapi perempuan itu sudah terbangun dalam tidurnya.
"Sungguh indah. Akhirnya kau membuatkanku sebuah puisi. Selama kita menjalani hubungan. Baru kali ini aku mendengar kau membacakan puisi untukku. Aku tidak percaya ini semua. Apa aku sedang bermimpi?" tanyanya sambil meneteskan air mata.
Aku memeluknya. "Tidak, kau tidak sedang bermimpi. Aku mencintaimu, Sejeongie."
***
Hujan telah reda. Kilauan pelangi tersenyum diatas awan. Matahari kembali memancarkan sinar terangnya. Aku membawa Sejeong ke sebuah tempat yang ditanami bunga matahari. Ia begitu bahagia. Menari bahkan bernyanyi. Mencium bunga matahari.
Ku potret dirinya beberapa kali. Namun ada kesalahan pada kameraku. Ku perbaiki dan tidak memperhatikan Sejeongku lagi. Ketika selesai memperbaikinya. Dia menghilang. Aku mencarinya, namun tidak menemukannya. Apa pertemuanku dengan Sejeong cukup sampai di sini, Tuhan? Apa dia harus pergi meninggalkanku sekarang?
"Dorrr." Seseorang mengagetkanku dari belakang. "Pasti mencariku ya?" candanya dengan nada meledek.
Aku diam dan menatap matanya. Dia menatapku balik. Ku belai pipinya. Perlahan aku kecup bibirnya dengan lembut.
***
Hujan kembali turun ke bumi. Membasahi payung yang sedari tadi menjadi tempatku dan Sejeong berteduh. Aku tidak percaya, takdir menyatukan kami kembali. Aku yang selama ini tidak tahu bagaimana caranya untuk menunjukan rasa cintaku kepadanya. Dengan takdirlah yang merubahku untuk bisa menjadi ketenangannya. Time Machine. Apakah ini mesin waktu? Mengulang waktu kembali sehingga aku dapat merubahnya menjadi lebih baik. Ataukah ini sebuah mimpi? Yang akan kembali ke semula dan akan menjadi angan-anganku saja.
"Daniel, di sana ada bunga matahari? Aku akan mengambilnya. Tunggu sebentar ya." Dia berlari menyebrangi jalan. Menerobos hujan dan meninggalkanku terpatung sendirian.
Disebelah kanan. Ku lihat mobil melaju dengan kencang. Kejadian ini terulang dan aku tidak ingin ini terulang kembali. Ku mengejarnya dan mendorongnya ke trotoar. Dia terjatuh dan menengok kepadaku. Aku tersenyum kepadanya.
"Sekarang aku menunjukan kepadamu bahwa aku begitu mencintaimu. Aku tidak ingin matahari pergi. Karena jika matahari telah tiada, tidak ada yang bisa menerangi dan menghangatkan dunia ini. Biarlah aku yang menggantikannya. Karena aku mencintaimu, Sejeongie."
TO BE CONTINUED
(Inspirated by MV Because I Don't Know How to Love – FT.Island )
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNFLOWER IN YOUR MUSIC
RomanceAlunan musik bagaikan bunga matahari yang bergerak mengikuti iringan angin. Ia akan bernyanyi dalam hati hingga sunyi tidak dapat merusak keindahannya. Akankah suara itu dapat meraih dan menggenggam tangkai itu? Mengikuti setiap jejak langkah menuj...