Dua

126 4 0
                                    

Astaga! Wanita itu lagi.

"Damn! Bra! Kalau berhenti jangan mendadak!". Protes Aldrich dari belakang.

Abraham yang berjalan didepannya berhenti mendadak, membuat Aldrich yang sedang sibuk memainkan ponselnya sambil berjalan kemudian menabrak punggung tegap Abra.

Abra hanya diam saja. Membuat Aldrich menatapnya bingung. Dan tatapannya akhirnya membuahkan hasil. Matanya menemukan Abra sedang menatap seorang wanita yang sedang berada didepan meja resepsionis hotel.

Aldrich hanya tersenyum smirk dan kemudian menyenggol tubuh Abra dengan sengaja dan keras. Membuat Abra kaget dan melotot kearahnya.

"Siapa dia? Cantik juga". Tanya Aldrich penasaran.

"Siapa?".

"Yang sedang lo lihat bajingan". Jawab Aldrich gemas.

"Oh. Tidak tahu. Tapi dia aneh".

"Aneh kenapa eh?".

"Matanya. Seperti mata kucing".

Aldrich memicingkan matanya. Berusaha mengamati mata wanita itu. Tapi ini jauh meennnn. Ada mungkin jarak 15 meter. Dan kenapa Abra bisa tahu mata wanita tersebut.

Bahkan Aldrich yang sudah grepe-grepe banyak wanita tidak bisa melihat apa warna mata dari seorang wanita dengan jarak 15 meter. Bahkan 5 meter pun tidak.

"Kenapa lo tahu?".

"Keliatan Al. Lihat saja". Jawab Abra dengan tenang. Matanya masih mengamati tingkah polah wanita itu.

Aldrich masih bingung harus melihat darimana. Yang dia tahu, seharusnya dia mendekat kearah wanita itu. Dan paling tidak dia berdiri 10 cm didepan wanita tersebut, mengamatinya dengan seksama dan barulah dia tahu matanya seperti apa.

"Bentar. Gue mau ngedeketin dulu". Ucapan dari Aldrich tersebut menimbulkan geraman dari bibir Abra.

"Don't you dare Aldrich Wiratman!".

"Lalu bagaimana gue bisa tahu mata wanita itu beneran aneh atau enggak Bra!"

"Mata aslinya coklat Al. Lebih bagus daripada yang sekarang". Ucap Abra yang membuat Adrich semakin bingung. Namun stelah sedikit berpikir akhirnya Aldrich paham akan sesuatu.

"Astaga! Itu softlens. Kontak lensa. Pengganti kacamata. Lo tahu Bra?". Tanya Aldrich dengan nada yang menggemaskan. Dan Abra pun hanya menjawab dengan anggukan.

"Di Inggris banyak yang seperti itu Bra! Jangan norak deh. Bule-bule disana matanya ijo kuning jingga merah abu-abu".

"Aku tahu. Tapi dia nggak cocok"

Aldrich hanya memutar matanya kesal. Kemudian dia kembali berjalan mengikuti Abra yang sudah berjalan terlebih dulu.

Sesampainya di depan lift, mereka kembali bertemu dengan wanita tersebut.

Ersa yang pada akhirnya tahu kalau si tampan dari salah satu pria-pria tampan ini adalah bos barunya hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

Abra hanya mengangkat alisnya, heran dengan sikap wanita tersebut. Sedangkan Aldrich sudah tersenyum lebar. Tanpa permisi dan izin terlebih dulu dari seorang Abra, dia sudah melangkah kesamping mendekati Ersa.

"Hai!".

Ersa yang kaget dengan sapaan tersebut kemudian mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.

Matanya menemukan tatapan jenaka dari lelaki didepannya ini. Dan mau tidak mau Ersa balas tersenyum.

"Selamat siang pak". Ucap Ersa pada akhirnya.

My Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang