Tiga

90 6 0
                                    

"Sa, gue nggak salah lihat kemarin?" Tanya Restu yang tiba-tiba muncul di kubikel Ersa.

"Hah apaan mas? Nggak paham aku".

"Lo sama si boss baru Sa".

Tubuh Ersa menegang. Otaknya sudah menyusun berbagai jawaban untuk menjawab praduga yang memang benar ini.

"Kapan ya mas Restu?".

"Halah, empat hari yang lalu Sa. Gue berharap minus gue ini nggak nambah ya. Gue yakin itu lo kok".

"Empat hari lalu kan aku meeting mas. Kapan sih mas? Dan dimana?".

Ersa masih berusaha tenang. Dia malu jika teman-temannya tahu. Bukan malu karena Abra jelek, bukan karena itu sungguh. Abra itu salah satu manusia yang fisiknya sempurna. Bahkan didalam mobil, Ersa dibuat mabok kepayang. Perpaduan antara bau parfum yang menempel dibadan Abra dan parfum mobil yang sangat manly menguar menjadi satu.

Apalagi badan tegapnya tetap tegap walaupun sedang memegang stir. Dan jangan lupakan matanya yang seakan-akan mengajak berumah tangga. Eh astaga. Itu keterlaluan.

"Masih pagi, di parkiran. Itu mobil mencolok banget. Siapa lagi kalo bukan punya si bos".

"Aku kan naik taxi mas. Waktu itu mas Restu sendiri yang acc voucher aku".

"Oh begitu? Minus gue nambah kali ya Sa". Ucap Restu dengan nada pasrahnya.

Dan hal itu membuat Ersa lega. Dia menyerukan ucapan syukur didalam hati. Restu ini, walaupun manager dan sudah beristri tapi kadang otaknya cuma7/8. Nanggung.

Bukan cuma Ersa yang sukanya ngeles dari Restu. Tapi hampir semua marketing dibawah Restu memanfaatkan kelemahannya itu untuk menjadi benar.

Empat hari yang lalu merupakan hari bersejarah bagi Ersa. Bagaimana mungkin tidak menjadi hari yang spesial jika sekali seumur hidupnya dia baru naik mobil mahal dengan lelaki tampan yang tak lain dan tak bukan adalah bossnya.

Dan sepanjang perjalanan, Abra mendadak menjadi orang yang aktif berbicara. Dia menanyakan banyak hal dan dijawab dengan sepatah dua patah kata oleh Ersa.

Bukan karena Ersa malas menanggapinya. Tapi bau parfum dan pemandangan indah didepan matanya kemarin itu berhasil memecah belah konsentrasinya. Apalagi sewaktu Abra sedikit tersenyum saat mendengar jawaban Ersa, ini sedikit loh belum banyak tersenyumnya dan Ersa sudah belingsatan sendiri.

Dalam hatinya Ersa berdoa agar sepulang dari meeting ini dia tidak akan dengan tiba-tiba mendatangi Dina dan mendaftar sebagai AFC. Abraham Fans Club!

Eugh! Membayangkannya saja Ersa sedikit jijik. Jijik dengan dirinya sendiri yang bereaksi berlebihan dalam menghadapi Abra.

"Are you ok Ersa?" Tanya Abra saat melihat tubuh Elsa bergidik.

"Yes, tentunya pak. Saya hanya ke..". Ersa mendadak menghentikan kata-katanya. Jujur salah, diterusin ngomongnya tambah malu-maluin.

"Kamu hanya kenapa?".

"Uhm, kebelet. Mungkin". Jawab Ersa dengan malu-malu. Padahal dia begitu karena membayangkan dirinya yang berlebihan itu terlihat menjijikan. Bukannya kebelet pipis!

"Oh, perlu saya berhenti di pom bensin?"

"Tidak usah pak. Saya bisa tahan kok".

My Man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang