"Kau harus terima pertunangan ini Andi!" Ucap seorang bapak paruh baya, yang duduk di hadapan anaknya bernama Andi... Anak itu terlihat menatap lantai keramik dengan tatapan kosong, hati kecilnya ingin sekali membantah dan berkata "tidak", tapi dia tidak memiliki nyali untuk membantah ayahnya itu. Ia takut akan mengancam kesehatan ayahnya yang saat ini divonis penyakit jantung kronis.
"Ayah akan mengurus keperluan kita nanti siang, dan malamnya kita ke rumah pak Budiman untuk meresmikan perjodohan kau dan anaknya" timpal bapak itu lagi, kemudian beranjak menjauhi Andi menuju kamarnya.
Andi hanya duduk terdiam, dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur saja, hatinya membantah dengan perjodohan yang diadakan oleh bapaknya sendiri, hatinya kecewa.
"Rani" ucapnya lirih kemudian bulir-bulir bening menetes dari pelupuk mata. Nama seorang wanita yang begitu ia sukai, hadir dalam alam imajinasinya, seorang wanita yang ia harapkan sebagai pendamping hidupnya kini hanya sebuah angan-angan yang jauh untuk dicapai.
Andai saja ibunya masih ada, tentu ibu membelanya, dan menenangkan kecamuk yang melanda hatinya saat ini. Namun, ketika ia masih berumur sebelas tahun, ibunya meninggal karena kanker otak. Saat itu ia terpukul sekali, ibunda yang dikasihinya meninggalkannya pergi tanpa bisa kembali lagi.
Dengan hati berat, Andi mengenakan pakaian terbaiknya untuk malam ini, ia harus bisa menerima sosok wanita, yang kelak akan menjadi pendampingnya. Dan berusaha mencintainya. Dengan harapan Allah ridho padanya, pun orangtuanya akan senang sekali.
"Andi, kau sudah siap nak?"
Panggil ayahnya, dengan pakaian yang cukup agamis, koko putih dengan peci putih bersulamkan terompah Nabi Saw di bagian atas kepala.
"Sudah ayah" jawab Andi sembari keluar kamarnya dengan wajah lesu.
Sang ayah tersenyum, lalu memegang pundak anaknya
"Pasang wajah termanismu Andi"
Andi hanya tersenyum, senyum dipaksakan tetapi tidak mengurangi kemanisan dari senyum pria itu.Keduanya pun berangkat menggunakan mobil, Andi yang menyetir, terlihat sekali kegugupannya, bukan gugup karena menyetir mobil, dia sudah sangat lihai mengendarai mobil, yang membuatnya gugup adalah dia akan bertemu jodohnya. Ia pacu mobil dengan santai.
Beberapa menit kemudian tibalah di sebuah komplek perumahan nan mewah, mobil diparkirkan di halaman depan.
Sang Ayah pun mengetuk pintu, Andi yang sedari tadi membuntuti ayahnya di belakang hanya menunduk. Tak selang berapa detik pintu dibukakan."Assalamu'alaikum kawan" ucap pak Erwin, yang tak lain bapaknya Andi.
"Wa'alaikum salam kawan" jawab pak budi, sembari memeluk pak Erwin dengan pelukan penuh persaudaraan. Tak heran memang keduanya akrab karena teman dekat sewaktu kuliah, kemudian terpisah karena bekerja di tempat yang berbeda, dan kemudian seminggu yang lalu berjumpa, karena pak Budi menjadi klien di perusahaannya pak Erwin, ketika pertemuan itulah keduanya saling bercerita-cerita tentang kehidupan masing-masing, hingga pak Budi tau bahwa anak pak Erwin adalah seorang lelaki yang gagah, sholeh pula, dan kebetulan anaknya perempuan. Dan terjadilah perjodohan ini.
Itu artinya, Andi belum pernah sama sekali melihat calon pendampingnya. Tentu saja, karena perjodohan ini begitu mendadak baginya. Umurnya memang sudah lumayan untuk menjadi imam rumah tangga. Yaitu 24 tahun. Entahlah berapa umur calon istrinya sekarang... Andi mengangkat bahu.Kemudian mereka masuk ke dalam rumah yang super mewah itu.
Terlihat beberapa makanan telah tersedia di atas meja bagian ruang tamu.
Andi duduk di samping ayahnya, sambil menunduk, hatinya tak karuan, ingin rasanya ia pulang saja ke rumahnya lalu tidur, dan mimpi indah tentang "Rani" ucapnya dalam hati.
"Astaghfirullah, ya Allah, aku sudah dijodohkan, mengapa masih saja memikirkan Rani" bantahnya di hati yang sedari tadi hanya memikirkan Rani."Ternyata nak Andi ini ganteng sekali yaaa" Ucap pak Budi membuyarkan lamunan Andi.
Andi tersenyum.
"Siapa dulu ayahnya" jawab ayahnya Andi yang membangga-banggakan diri dengan nada becanda khasnya.
Mereka saling tertawa, tidak berapa lama kemudian, datang dua orang wanita cantik, yang satu sebelah kanan terlihat seperti ibu ibu, dan ternyata memang ibu ibu karena yang di sebelahnya adalah anak perempuannya. Calon Andi.
Andi tidak menyadari bahwa calonnya telah keluar dari tempat persembunyiannya. Sedari tadi dia hanya menunduk."Waah, ternyata calon mantuku ayu tenan" ucap Ayah Andi memuji wanita muda yang kemudiaan duduk di samping ayahnya, tepat berhadapan dengan tempat Andi duduk.
Pak Budi tersenyum begitu juga istri dan anak perempuannya.
Tidak dengan Andi, hatinya semakin gelisah, ia gugup sekali.
"Lihatlah Andi calon istrimu!" sergah sang ayah.Dengan kepala berat ia mengangkat wajahnya, lalu diedarkan pandangannya pada sesosok wanita yang duduk berseberangan dengannya.
Andi terkejut, yang berusan wajahnya terlihat lesu, seketika cerah merona.
Bagaimana tidak, seorang wanita yang dijodohkan dengannya, adalah seorang bidadari, wanita yang selama ini ia damba-dambakan untuk menjadi pendampingnya, "benarkah dia Rani" lirih hatinya.
Wanita itu tersenyum... Kemudian menunduk, Andi pun menunduk. Hatinya bahagia sekali, sama sekali ia tidak menyesal datang untuk dijodohkan dengan gadis itu."Bagaimana Andi, kau pasti langsung jatuh cinta melihat anakku ini" goda pak Erwin. Semuanya tertawa, terkecuali Andi, dan...
"Siapa nama anakmu ini di?" tanya Pak Erwin
"Raniya Ayu Mentari" jawab Pak Budi dengan senyum mengembang.
"Biasanya, kami memanggilnya Memtari" lanjutnya lagi.
"Nama yang indah, seindah orangnya" ucap Andi, namun sayang hanya sampai dalam hati saja pujian itu.Seminggu kemudian, acara akad nikahpun dilaksanakan, orangtua pempelai wanita tidak sabaran, sehingga ingin menyegerakan pernikahan anak semata wayangnya yang bernama Mentari itu...
Terlihat nampak sekali kebahagian yang dirasakan oleh Andi dan Ayahnya.Seusai acara, kedua mempelai diantar ke sebuah rumah, lumayan mewah, dan tak jauh dari tempat kediaman orangtua Andi, tempat tinggal baru bagi Andi dan istrinya, yang telah lama disiapkan oleh ayah Andi untuk putra dan menantunya itu...
Sesampainya di rumah baru, Andi pun mempersilakan istrinya masuk, sang istri terlihat malu-malu mengiyakan.
Keduanya pun masuk kamar...Suasana kikuk tercipta...
"Adek" spontan panggilan itu meluncur tanpa dosa dari bibir Andi, memang tanpa dosa, toh sudah suami istri...
"Iya mas" jawab suara yang sangat lembut...
"Kita sholat dulu yuk, kita bersyukur kepada Allah atas pernikahan yang penuh bahagia ini, agar Ia senantiasa melimpahkan keberkahan pada rumah tangga kita ini."
Sang istri mengangguk, sambil tersenyum manis pada sang suami.Usai sholat, "Adik, izinkan mas memegang tanganmu, agar dosa-dosa kita gugur di sela-sela kuku kita, sebagaimana yang telah kanjeng Nabi ajarkan pada kita"
Sang istri menjulurkan tangannya, dan kemudian Andi memegangnya penuh kasih sayang..."Mas"
"Iyaa"
"Aku bahagia sekali"
"Mas juga"
Sang istri tersenyum, senyum yang menentramkan. Batin Andi."Sayang, jadilah selalu Mentari di hatiku, yang setiap waktu tak lelah-lelahnya untuk menyinari hati ini" rayunya...
Mentari tersenyum
"Aku akan selalu menjadi Mentari di hatimu sayang" jawabnya kemudian menunduk. Keduanya pun hanyut dalam dekapan rahmat sang Ilahi...Sejak itu, sang Mentari hati kian bersinar terang dalam qalbu Andi...
TAMAT
���

KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI HATI
Ficção Adolescente"Kau harus terima pertunangan ini Andi!" Ucap seorang bapak paruh baya, yang duduk di hadapan anaknya bernama Andi... Anak itu terlihat menatap lantai keramik dengan tatapan kosong, hati kecilnya ingin sekali membantah dan berkata "tidak", tapi dia...