ENAM

100 21 0
                                    

PAGI hari ini tidak ada kulihat prajurit yang tampak berlalu lalang di kerajaan. Aku tau ini terlalu pagi untuk bangun, dan mulai beraktivitas. Matahari baru saja terbit beberapa menit yang lalu, yang kulihat hanya penjaga gerbang yang masih berdiri, dengan rasa kantuknya.

Hawa dingin disini tidak sampai menyentuh ke dalam tubuhku. jubah tebal yang lembut, membuatku merasakan sedikit hangat. Walaupun terkadang kedua telapak tanganku tersentuh oleh element-element es yang kecil, itu membuatku harus meniup kulit perasa di telapak tanganku, ketika sudah merasakan dingin.

Aku berjalan menuju tempat para kuda sedang beristirahat.
Aku juga memiliki kuda favorit yang kumiliki. Ini di berikan oleh ratu Sandra kepadaku semalam sore. Kuda dengan bulu halus bewarna putih, yang juga dapat berlari dengan sangat cepat. Sebenarnya bukan kecepatan yang kubanggakan darinya, tapi ketika semua kuda
kusentuh,--pada saat disuruh memilih--hanya dia satu-satunya yang tidak melawan, dan patuh kepadaku.

"Di duniaku, mungkin aku ingin memeliharamu." Ucapku, sambil mengelus-elus tubuh kuda putih milikku.

Mungkin hari ini aku bisa mengajaknya sedikit berkeliling kerajaan. Aku belum hebat dalam menunggangi hewan ini, Steve pasti mau menemaniku.

"Setiap hewan peliharaan memiliki nama bukan." Ucap seseorang dari belakangku.

Suara yang sama sekali belum pernah aku dengar,suara Steve tidak seperti ini. Nada yang masuk ke dalam gendang telingaku adalah suara seorang pria yang masih muda. Dengan cepat aku membalikkan tubuhku.

"Kau?" Lirihku yang sangat terkejut melihat seorang pria yang membuat diriku serasa aneh.

"Sepertinya dirimu sudah pernah melihatku." Ucapnya dengan senyuman manis.

Dia adalah seorang anak pria yang pernah mengedipkan matanya kepadaku, kejadian itu sangat ku ingat sampai terbawa ke alam bawah sadar. Kali ini dirinya tampak jelas, dengan dada bidang, dan juga kedua sayap putihnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku. Hanya seorang prajurit kerajaan yang berada di daerah ini.

"Aku hanya berjalan-jalan,dan melihatmu disini."

Dia berjalan menuju ke arah kuda milikku, dan mengelusnya dengan perlahan dengan tangannya. Pria ini melihat ke arah diriku dengan raut yang tidak dapat kumengerti.

Ini pertama kalinya seorang pria menatapku,dengan tatapan yang sepertinya memiliki arti sesuatu.
Aku memalingkan wajahku ke arah kanan, dan menyembunyikan rona merah di pipiku.

"Kau sudah punya nama untuknya?" Tanya seorang pria itu dengan nada lembut.

Diriku sedikit melamun memikirkan tentang nama kuda. Nama yang pertama kali terpikir adalah Dave. Tapi, sepertinya nama itu tidak cocok dengan bentuk dan warna dari bulu-bulu halusnya. Stenly, itu adalah nama yang sangat cocok baginya.

Pria itu mengepakkan sayap dan menggerakkannya, hembusan udara yang mengenaiku membuat lamunanku terpecah.

"Stenly. Itu adalah namanya." Ucapku yang sedikit terkejut.

"Baiklah." Balasnya datar.

Pembicaraan kami telah terhenti, harusnya dia sebagai seorang pria yang memulai pembicaraan kembali. Sepertinya di keadaan seperti ini, dia menginginkan aku yang memulainya.

"Aku Freya." Ujarku sambil menjulurkan tangan.

"Freya?"

"Yah."

"Nama yang indah."

"Jadi, siapa namamu?" Tanyaku yang masih mempertahankan posisi tangan yang masih menjulur.

F R E Y A : Winter Queen and the Crystal stone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang