Bagian 0.1

6.1K 444 20
                                    

"Amandaaa!!"

Calum berteriak tanpa dosa dari luar kelas XI Ipa-2 tentu saja kelas mereka berbeda. Amanda yang bercita-cita menjadi dokter itu mengambil jurusan Ipa, sedangkan Calum yang ingin lebih sedikit belajar dan tidak harus menghadapi susahnya Fisika dan Kimia mengambil jurusan Ips. Lagipula, nanti dirinya lah yang akan mengambil alih perusahaan sang Kakek.

"Woii, Amanda!"

"Apaan sih?" Amanda keluar dengan wajah yang menekuk tak suka. Ia sedang mencatat beberapa hal penting yang berada dipapan tulis, tetapi Calum datang, berteriak sesuka hati dan mengacuhkan segalanya.

••

Sebenarnya, Matt bisa saja masuk kedalam kelas Amanda. Tetapi, sejak Matt yang selalu membolos dengan ketiga kunyul serta Amanda—ini paksaan dari Matt— Kakek-nya membuat peraturan  aneh, bagi Matt; yaitu, Anak Ipa tidak boleh memasuki wilayah  jurusan Ips dan begitupun sebaliknya. Dan, pastinya Matt —sering— melanggar peraturan itu. Nah, peraturan lansung dari Kakeknya saja dia abaikan gimana peraturan dari guru-guru lain?

Ia tidak takut jika ada yang melapor ke Kakek-nya. Yang penting, Amanda bisa ia lihat setiap har

"Ke kantin yuk?" mata Matt berbinar pancarkan pengharapan. "Laper guee,"

Amanda mendengus. "Lo kan bisa ke kantin yang khusus jurusan lo."

"Apaan sih lo, jadi lo ikutan seperti mereka semua yang ikut peraturan bodoh itu?"

"Peraturan bodoh yang lo sebut dibuat lansung sama pemilik sekolah ini," Amanda mendengus. "Dan yang lo lihat, gue lagi mencatat kimia. Terus, gue bawa bekal, dan ini belum istirahat Matthew!"

Matt mengusap tengkuknya pelan, "Belum istirahat ya? Tapi gue udah laper.." wajah ya menekuk tak suka karena sudah menahan lapar.

"Balik sana ke kelas lo. Atau gue lapor Kakek lo kalau lo bolos?"

Yah,  sebenarnya keluarga Matt dan keluarga Amanda sudah kenal dekat sebelum kedua remaja itu bertemu saat SD. Maka dari itu semua, Kakek Matt sering menitipkan Matt pada keluarga Amanda karena yah— Matt sudah menjadi anak yatim piatu semenjak 7 tahun yang lalu.

"Enak aja!" Matt mencibir tak suka. "Gue gak bolos, tadi gue udah ijin kok ke guru."

Amanda menatap tajam kearah Matt. Ia terlihat sangat curiga. "Sekarang, ijin apa lagi yang lo bilang?"

Matt menyengir kuda dan lansung pergi tanpa menjawab pertanyaan Amanda. Ia tidak mau jika Amanda melaporkan kejadian ini kepada kakek-nya, yang ada uang jajan-nya dipotong! Meskipun ia cucu kesayangan tapikan tetap saja, kalo Amanda yang ngelaporin.

**

Kantin utama SMA Cendrawasi terlihat begitu ramai. Mungkin dikarenakan kantin jurusan Ipa dan Ips tidak selengkap kantin utama. Sedangkan untuk jurusan Bahasa sendiri hanya bisa tertawa mengejek karena mempunyai kantin yang lengkap dan elegan.

Matt dan ketiga kawannya duduk dengan sesekali membuat kerusuhan di kantin. Meski mereka baru kelas XI tetapi nama mereka sudah banyak yang tau— istilahnya Nama naik lah. Bukan hanya karena sifat mereka yang pecicilan, jail, dan juga bukan hanya karena tampang. Tapi, nama mereka semakin dikenal karena mempunyai banyak musuh dari kelas X. Buktinya nih ya, beberapa siswa dari kelas X-XII menatap mereka tidak suka dan penuh dendam, berbeda dengan siswi yang menatap mereka dengan kedipan manjah.

"Heh! Orang tua ngajarin sopan-santun di rumah tidak sih?!"

Semua orang menatap Gio—anak kelas XII yang menjadi rival Matt mulai dari baru masuk sekolah—yang baru saja berteriak sambil memukul meja yang berada didepan Matt.

Namanta Giovani. Kata kakeknya sih, orang tua Gio ini atau lebih tepatnya si Bunda Gio itu dulu mantannya Papa Matt.

"Ups, sorry~ gue lupa, lo kan udah gak punya orang tua. Jadi ya gitu deh, gak ada yang ajarin!"

Matt berdiri dan menatap Gio dengan pandangan santai, tidak menanggapi sama sekali ucapan Gio masalah orang tua. "Kalau lo gak suka, bisa makan di kantin khusus jurusan Ipa kan?!"

Gio menggeram tak suka, wajahnya memerah dan genggaman tangannya mengerat. Gio benci Matt karena Matt dirinya tidak bisa mendekati Amanda! Hah~ alasan!

"Ini kantin umum bro, wajah nya sellow aja. Gue heran deh, ada masalah apaan sampai lo itu benci banget sama gue." Matt berbicara dengan santai dan pura-pura mengabaikan ekspresi Gio yang sudah menahan amarahnya.

Semua berjalan dengan cepat, baju seragam Matt basah karena kuah bakso panas yang ditumpahkan Gio. Sedangkan cowok itu sudah pergi dari kantin.

Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, Matt berteriak —sambil menahan rasa perih karena kuah bakso tersebut—membuat Gio semakin membenci dirinya.

"HALAH BANCI LO. TAU NYA CUMA MAIN NYIRAM TRUS PERGI GITU AJA, TRUS NYIRAM NYA KE ADIK KELAS LAGI."

Ketika sudah membersihkan seragamnya yang basah dari kuah bakso, Matt pergi ke lokernya yang berada didepan kelasnya, mengambil hoodie hitam pemberian Amanda saat ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu dan memakainya.

"Matt," saat Matt berbalik ia terkejut melihat Amanda berada didepannya. "Ini."

Alis Matt terangkat satu, tana ia bingung. "Apaan ini?"

"Baju seragam lah, gue dapet di uks sekolah."

"Gak deh, gue pake hoodie dari lo aja."

Sontak Amanda menatap hoodie hitam pemberiannya kepada Matt. Detik berikutnya Amanda merasakan pipi nya menghangat.

"Amanda, lo kenapa nunduk gitu?"

Amanda hanya menggeleng dan semakin menundukkan wajahnya agar Matt tidak melihat wajahnya yang memerah.

"Hallo Amandaa! Ciee, yang pacaran."

Pandangan Matt dan Amanda pun tertuju pada tiga sahabat somplak Matt. Dio, Akbar, dan Zain.

"Apaan si lo bertiga. Gak jelas," ucap Amanda sok ketus. Ia mengalihkan pandangannya kearah gedung Ipa. Sontak matanya terbelalak kaget ketika melihat Gio berdiri dibalkon depan kelasnya dan mata Gio menatap tajam kearahnya. "Mampus gue,"

Matt dan ketiga kawannya pun mengikuti pandangan Amanda. Matt mendengus tak suka, ia memegang tangan Amanda lembut.

"Ayo gue antar, kalo lo sendiri yang ada dia nyakitin lo lagi."

"Kita juga!" Pekik ketiga sahabat Matt bersamaan.

"Emang lo bertiga ikut, kurcaci."


•••

Untuk cerita ini, aku pakai bahasa yang santai ya~

Biar kayak di pantai, a6 a6 jozz 🙃

High School PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang