2

54 3 0
                                    

Aku terbangun tengah malam dan merasakan suatu perasaan tak enak.

Aku menyalakan lampu mejaku dan melihat genangan darah yang sangat banyak di selimutku.

Aku menjerit dan berlari keluar kamarku. Aku buru-buru turun ke lantai bawah dan melihat Buddy, anjingku, kini terbaring bersimbah darah di dasar tangga. Aku hendak keluar melalui pintu depan ketika aku mendengar suara di ruang makan. Pembunuh itu masih ada di sini!

Aku segera berlari ke atas lagi untuk menemukan orang tuaku, berharap mereka masih hidup.

Aku membuka pintu kamar orang tuaku dan melihat kolam darah di lantai. Darah menetes dari atas tempat tidur dimana kedua orang tuaku terbaring tak bernyawa.

Aku mendengar sang pembunuh naik ke atas. Pelan namun pasti, ia membuat suara decitan ketika kakinya menginjak anak tangga yang terbuat dari kayu.

Aku meringkuk di pojok ruangan,tak ada lagi jalan keluar.

Pembunuh itu masuk melalui pintu.

Aku bernapas lega. Itu bukan pembunuh, ternyata itu pria berseragam polisi.

Aku hendak berlari ke arahnya, meminta tolong. Namun ia justru bergerak mundur ketika ia melihatku.

“Ke…kenapa?” tanyaku ketakutan, “A…apa ia ada di belakangku?”

Kemudian ia berkata dengan suara tegas sambil berusaha meraih pistol yang ada di sabuknya.

“Nak, tenanglah dan berikan kepadaku pisau itu!”

riddle..!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang