Di penghujung bulan Desember, angin masih bertiup kencang tak tentu arah. Hujan juga terus mengguyur sejak pagi hingga malam hari. Dingin ... hingga menyentug lubukku yang paling dala.
Awan hitam bergelayut manja pada langit yang didekap pekatnya malam. Sesekali mataku mengerjap. Aris masih duduk di sampingku, menikmati gerimis yang turun tidak terlalu deras.
"Nggak dingin, Ca?"
Aku menggelengen pelan, masih enggan membuka suara. Belakangan, bersama Aris menjadi sesuatu yang aneh bagiku. Segala kecemasan terus saja membumbung di pikiranku. Padahal, dulu Aris adalah seseorang yang selalu berhasil menenangkan seluruh kegelisahan dalam hatiku.
"Masuk mobil, yuk. Kita ke cafe. Di sini dingin," ajak Aris sambil berdiri.
Mau tidak mau aku menurut, berjalan menunduk menuju mobil Aris. Malam ini, bersama sepi yang menyelimuti hati, aku seharusnya bisa menikmati waktu bersama seseorang yang kucintai.
"Kamu kenapa diam terus, sih?" tanya Aris mulai gusar.
"No problem," jawabku singkat.
"Besok kamu ada waktu?"
Aku hanya menoleh, tanpa mngeluarkan sura sedikitpun. Aris memaksakan seulas senyum, aku mengangguk pelan.
"Kita pergi, ya. Aku mau tunjukkan sesuatu ke kamu."
"Ya," jawabku akhirnya.
Aris tersenyum pahit, sedangkan aku tak bisa tersenyum walau sedikit.
#31dayswrittingchallenge #31dwc
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny (31 days writing challenge)
RomanceIni tentang cinta pertamaku. Jika suatu saat nanti kita hilang, Kuharap kita akan sama-sama menemukan jalan untuk pulang. Kamu adalah kamuku, Sampai si bisu berkata kepada si tuli, bahwa si buat melihat si lumpuh berjalan. My sunny. - Farissa Ismay...