Chapter 3

11.9K 558 39
                                    

Media : One Direction - Diana


“Jangan menjadi orang lain untuk terlihat baik, tapi jadilah diri sendiri yang terus memperbaiki diri.”


----


Tak banyak yang berubah dari penampilannya, menggunakan blouse dengan model yang sama hanya warnanya yang berbeda, rambutnya yang cukup panjang itu di ikat menjadi satu ke belakang dan jangan lupakan high heels yang di perintahkan sang CEO.

Gugup dan kerepotan bercampur menjadi satu sehingga membuat Thalia menjadi pusat perhatian karyawan yang baru tiba di kantor pagi itu, gadis itu hanya tersenyum kaku menanggapinya.

Dengan ragu ia memasuki ruang sang CEO, Thalia menyisirkan pandangannya ke seluruh ruangan, namun Rayhan tidak ada di ruangannya.

Dengan langkah hati-hati, Thalia melangkah lebih dalam lagi.

“Permisi, pak.” Akhirnya Thalia membuka suara.

Kemana tuh om-om? Katanya jam delapan?” gerutu Thalia dengan langkah yang tidak seimbang karena tidak terbiasa memakai high heels.

“Ehem,” dehaman Rayhan sukses membuat Thalia melompat dari tempatnya.

Beruntung ia sempat bertumpu pada pinggiran meja Rayhan, jika tidak ia pasti sudah sukses tersungkur di lantai.

“Pak, kalau jantung saya copot gimana? Ini gak ada asuransinya, pak. Ngagetin aja!” Thalia memajukan bibirnya.

“Maaf deh maaf. Lagian kamu mindik-mindik kayak maling gitu,” kekeh Rayhan.

“Saya kan permisi dulu, bapak aja yang gak denger. Faktor U!” Thalia memelankan dua kata di belakangnya.

“Apa?” Rayhan menautkan alisnya.

“Ah enggak kok!” Thalia tersenyum kikuk.

“Sudah siap?” tanya Rayhan. Raut wajahnya berubah serius.

“Iya, pak.” Jawab Thalia mantap.

“Eh ini pakaian saya gak salah kan, pak?” Thalia yang sadar meminta pendapat atasannya itu langsung memukul mulutnya sendiri.

“Lia bego ah, masa nanya gitu,” Thalia merutuki dirinya.

“Not bad! Masih menonjol biarpun gak ketat!” komentar Rayhan lantas di balas tatapan membunuh dari Thalia.

“Pak, kenapa jadi kesitu arahnya? Bapak mau cari sekertaris apa cari model?” Thalia menggebu-gebu.

“Maaf lagi, otak saya kadang gak fokus,” jawab Rayhan sambil menggaruk tengkuknya.

“Dasar om-om kurbel!” dengus Thalia.

“Kenapa, Lia?”

Sialnya Rayhan mendengar gerutuan Thalia meski nada bicaranya sudah sepelan mungkin.

“Kenapa apanya? Ini saya kapan kerjanya, pak? Kebiasaan banget bahas yang gak penting, jangan bilang bapak mau modusin saya!” Thalia menaikkan sebelah alisnya dan tatapan yang menyelidik.

“Adik kecil, kamu mau banget saya modusin?” tawa Rayhan pecah seketika.

“Ih kan ngeselin. Saya pulang!” Thalia menghentakkan kakinya.

Big Boss and Cute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang