Prolog #Hujan

18 8 3
                                    

Siang itu seorang pria mondar-mandir dengan raut wajah tak terbaca, kemudian ia menatap seorang gadis berambut hitam pekat nan panjang terbaring di atas ranjang dalam ruangan yang sama dengannya. Entah itu masih bisa di bilang ruangan atau tidak, kondisinya sangatlah tidak meyakinkan untuk di sebut 'Ruangan'.

Mungkin awalnya ruangan itu adalah sebuah kamar, namun rumah itu rusak Karena konflik yang akhir-akhir ini semakin menjadi-jadi.

Pria itu menghampiri gadis yang terbaring lemah di ranjang berdebu itu, pandangan matanya yang tajam berubah menjadi kesedihan yang mendalam.

Ia duduk di sisi ranjang, kemudian kedua tangannya mengacak rambutnya yang pendek dan tertata rapi bak tantara. Hanya saja rambutnya yang hitam penuh dengan debu reruntuhan.

Ketika ia mengacak rambutnya debu-debu itu berterbangan, bukan berarti pria itu ingin membersihkan rambutnya yang kotor. Ia justru mengacak rambutnya tanda frustasi, pria itu merasa bersalah kepada si gadis, seharusnya gadis itu tidak nekad.

"Bodohnya aku!" bisiknya pada diri sendiri, ia terus menggumamkan kalimat tak bermutu itu dari mulutnya yang biasanya ia gunakan untuk menghibur orang lain dengan kata-katanya. Akan tetapi sekarang tak ada yang melakukan hal itu kepadanya, tak ada satu pun.

Pria itu hanya bisa diam sambil menatap lantai yang tertutup reruntuhan bangunan, tempat itu bisa runtuh kapan saja. Atapnya saja sudah tidak ada, dan sebagian dari rumah itu sudah rata dengan tanah.

Ia mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian kembali menatap gadis itu yang tak ada gerakan lain selain gerakan dari tubuhnya yang naik turun secara halus tanda ia masih bernapas. Tangan kekarnya meraih tangan si gadis yang sangat mulus dan putih seputih susu.

"Hei, kau benar-benar tak mau bangun? Apa kau ingat saat pertama kali kita bertemu, aku, kau dan yang lainnya? Tidakkah kau ingat itu? Kau bilang tak akan pernah melupakannya kan? Aku janji kita semua akan bertemu lagi untuk yang kedua kalinya, asalkan kau harus bangun. Kau harus bangun!" ucapnya sambil menggenggam erat tangan si gadis yang mulai dingin.

"Jangan tinggalkan aku," gumam pria itu, lambat laun matanya itu tak mampu menahan kesedihan yang ia bendung. Ia menangis sejadi-jadinya, tak peduli ia seorang pria. Pria juga manusia yang bisa menangis. Bagaimanapun juga menangis adalah hal yang wajar ketika mulut tak mampu berkata lagi, itu lah yang sedang di lakukan oleh pria itu.

Ia begitu takut kehilangan orang yang di cintainya, ia sudah mengalami banyak hal. Kehilangan 'mereka' yang ia sayangi, 'mereka' yang berharga bagi hidupnya. Dan sekarang ia tak mau kehilangan untuk kesekian kalinya.

Bahu pria itu bergetar, ia mengecup punggung tangan si gadis itu penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang, di tambah dengan rasa kecewa yang mendalam dengan hati yang hancur.

Hatinya hancur melihat gadisnya terbaring, matanya buta oleh air mata yang terus mengalir dari matanya.

Pria itu memejamkan mata selama beberapa detik, kemudian membuka matanya kembali. Ia mencoba menguatkan dirinya kembali, ia harus tetap seperti dulu. Selalu optimis dalam hal apapun. Matanya sudah kembali normal, ia mengusap air matanya dengan cepat menggunakan punggung tangannya.

Di lihatnya kulit gadis itu yang terkena cahaya matahari, cahayanya indah membakar mata. Perlahan cahaya itu semakin terang, dan semakin memerah. Apa hari sudah sore?

Tiba-tiba saja pria itu batuk, ia merasa tenggorokannya terbakar Karena menghirup sesuatu. Kemudian ia mendongkak ke atas, menatap langit yang berubah menjadi merah.

Pria itu tertegun, antara takjub bercampur dengan ngeri, sampai-sampai ia bangkit dari duduknya.

"Apa itu?" gumamnya.

Tak lama kemudian suara jeritan ketakutan dari banyak orang terdengar dari luar, pria itu menatap ke arah luar tembok yang hanya setengah, memungkinkannya melihat ke luar dengan jelas.

Banyak orang berlarian tunggang langgang, apa yang terjadi?

Lama-lama kelamaan suasana semakin tidak terkendali, banyak abu turun dari langit bersamaan dengan hujan batu berapi. Apa ini kiamat?

Langit yang awalnya cerah berubah menjadi kelabu bercampur merah, batu besar yang di lapisi api ikut menghiasi langit siang itu.

Pria itu langsung menggendong gadis itu di punggungnya, kemudian membawanya berlari keluar.

Batu berapi itu semakin banyak, ia harus bisa menyelamatkan sang gadis.

Lari, satu-satunya harapan yang tersisa. Sementara itu batu berapi itu seakan mengejar mereka, dan jatuh begitu kuat ke tanah membuat debu di bumi terangkat dan terbang menjauh dari batu berapi itu. Menghancurkan segala yang ada di permukaan bumi, satu per satu rumah dan gedung mulai terbakar Karena terkena hujan batu berapi.

Sedangkan pria itu berusaha menghindar dari hujan batu berapi itu, beberapa kali ia hampir tekena batu itu. Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.

Ya, kali ini ia berhasil menghidari salah satu batu berapi itu. Namun karena kurang cepat, mereka terlempar jauh Karena dorongan udara yang terjadi ketika batu itu mendarat di tanah. Bersyukur batu itu tidak terlalu besar.

Tapi masalahnya sekarang adalah... mereka berdua terpisah satu sama lain. Pria itu mencoba bangkit sambi menggelengkan kepalanya yang pusing, kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Ia mencari gadis itu, syukurlah pengelihatannya jeli. Ia melihat gadis itu tak jauh dari tempatnya.

Dengan cepatnya pria itu berlari menuju gadis itu tanpa memikirkan keadaannya, ia takt ahu ada sesuatu yang akan jatuh tepat dibelakangnya. Dan...

Suara dentuman besar membuat telinga berdenging, kemudian tuli sesaat. Benda itu benar-benar jatuh ke bumi, tak jauh di belakang pria itu, membuat pria itu terlempar dan semakin jauh dari gadisnya. Suara benda berat dari langit yang jatuh ke bumi, itu lebih mengerikan daripada apa yang sering mereka dengar akhir-akhir ini.

Kali ini Tuhan lah yang bertindak.

Hujan batu itu menghancurkan sebagian wilayah bumi, khususnya Indonesia.

Kemudian langit meredup dan kembali memerah, di susul dengan bunyi ledakan di langit yang mengerikan. Tak lama cahaya merah itu menyapu bumi, membuat debu berterbangan menjauh seakan di tiup oleh sesuatu dari atas. Menghentikan semua hujan batu berapi, dan menjatuhkan hujan abu.

Pria itu tak sadarkan diri, begitu juga dengan si gadis yang berada jauh dari si pria.

Kabut hitam berlabuh di udara, api menjalar di mana-mana.

Ini kah akhir bumi? Atau hanya Indonesia saja yang seperti ini?

****

Hope u like it gaes :v ini cerita banyak romance kyknya, gw gk ahli buat romance T-T

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

H O P ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang