Hari mulai berganti malam. Seorang wanita tengah duduk di depan jendela ruang tamunya. Menunggu.
Sakura Uchiha.
Dia sedang menunggu. Sang suami, yang ia sangat cintai dan kasihi. Semakin hari rumah kian terasa sunyi, wanita itu tetap menunggu. Harap-harap cemas, namun seseorang yang dia tunggu tak kunjung datang.
Suaminya-Uchiha Sasuke.
Sesekali, wanita paruh baya nan cantik bagaikan anggur merah melirik ponsel nya dan melihat notifikasi, berharap ada telepon atau sms, setidaknya sedikit kabar meski hanya dijawab singkat.
Ingin sekali dia menelepon anaknya, Uchiha Sarada. Untuk menemaninya di hari-harinya yang sepi. Namun, ia tak mau menganggunya. Sang anak kini telah berkeluarga dan mengandung cucunya.
Wanita itu ingin menelepon sang suami, namun apalah yang bisa ia perbuat hanyalah diam. Sang suami akhir-akhir ini memerintah untuk tidak menghubunginya dalam bentuk apapun saat diluar rumah. Pikiran Sakura sudah kemana-mana namun ia kerap mencoba berpikir positif meski berat rasanya.
Atau mungkin hanya perasaannya, berberapa bulan belakangan ini sang suami bersikap sangat berbeda. Menjadi kasar seperti dulu, sebelum dirinya merubah Sasuke menjadi suami yang baik dan menyayangi keluarganya.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Sakura cemas. Dia mondar-mandir bagaikan cacing kepanasan. Dia benar-benar tak tahan.
"Aku harus meneleponnya,"
Mau tak mau, ia harus melakukan ini. Dibandingkan ia harus bertarung dengan pikirannya sendiri. Dilema.
"Oh-fuck! That's great, hmm~"
Jantung Sakura berdegup kencang. Berharap telinganya nya lah yang bermasalah. Sejak kapan suara sang suami menjadi suara wanita yang mendesah nikmat?
"Sudah kubilang jangan menelepon aku saat diluar, begini kan jad-hmm keep going baby,"
Sakura mematung ditempat. Air asin itu mengalir di kedua pipinya. Sakura pun mematikan teleponnya dan mencubit pipinya. Memastikan bahwa ini hanyalah mimpi buruk.
Sakit.
Ini nyata, apa yang harus dia lakukan?
Sakura berlari ke kamarnya, menangis sejadi-jadinya. Kemana Sasuke yang dulu yang menyayanginya meski sifatnya dingin, dimana Sasuke yang selalu memberikannya cinta dan kasih sayang?
BRAK-
"Sudah kubilang jangan menelepon ku saat aku diluar," dan tanpa basa-basi Sasuke melayangkan tangannya memukul Sakura.
Sakura hanya berujar minta maaf terus-menerus dan Sasuke hanya merespon acuh tak acuh.
"Kenapa kamu berubah?"
"Bukan urusanmu,"
"Maaf," lagi-lagi kata tersebut yang terlontar dari bibir Sakura yang indah dan manis bagaikan buah persik. Sakura sudah meminta maaf, tapi Sasuke terus membentak Sakura tanpa ampun, apa yang harus Sakura lakukan?
Cinta benar-benar membuatnya bodoh, dan membutakan hatinya. Apapun yang Sasuke perbuat meski itu salah tetap, Sakura selalu menyalahkan dirinya yang gagal menjadi isteri yang baik.
Bogem mentah didaratkan tepat di wajah cantiknya. Sakura tergeletak dilantai. Ruangan pun hanya diisi oleh makian Sasuke, tangisan Sakura dan jarum jam yang terus berdenting tanpa henti.
"Jangan kemana-mana, ku mohon," Sakura menarik kaki kanan Sasuke namun ia malah menendangnya dan Sakura meringis kesakitan dan mengigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
time pass by - sasusaku
FanfictionUntuk apa harus ada cinta sejati, ketika kau tetap mencari cinta yang sementara? Cinta, Perselingkuhan dan Penyesalan. Semua dikemas disini. -Uchiha Sasuke × Haruno Sakura- Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto This story, dedicated to Kia_Chan 2nd...