Aliando Syarief Alkhatiri
Anastasya Prilly LatuconsinaUsia Ali = 12 Tahun
Usia Prilly = 11 Tahun
•
•
•
AliPovOnJika aku bisa memperlambat waktu, mungkin aku akan membawa mu pergi jauh agar kamu tidak bisa meninggalkan ku sendiri disini. Tapi itu hanya kemungkinan yang akhirnya menjadi mimpi yang tidak nyata.
Disinilah aku sekarang, mengantar seorang gadis yang menemani hari-hariku ke Bandara Soekarno-Hatta, yang akan mengantar mereka ke Amerika, dimana keluarga dari gadis itu akan menetap jauh dari negara yang kupijaki sekarang.
Gadis itu, dia yang selalu menemani hari-hariku. Dia gadis yang ku lihat sedang bermain hujan sambil menangis saat pertama kali aku melihatnya. Saat itu aku tidak melihat air matanya tapi aku melihat matanya yang berkaca-kaca menahan gumpalan air mata.
Gadis yang dulu berusia 6 tahun itu akhirnya menjadi teman lebih tepatnya sahabat. Dan 5 tahun yang kita lalui bersama ini membuatku tidak rela melepasnya pergi walaupun dia berjanji akan kembali. Katakan saja aku cengeng padahal usiaku sudah 12 tahun tapi menangis karena gadis itu akan pergi dan gak tau kapan kembali.
Bie, aku memanggilnya dengan nama itu walau yang lain memanggil dengan nama Tasya nama yang ada dibelakang pada nama pertamanya. Saat pertama kali aku mengenalnya aku memang memanggilnya dengan nama Bie, walaupun dia mengenalkan dirinya sendiri dengan nama Prilly.
Mataku tidak henti-hentinya mengeluarkan air bening yang membuat mataku memerah. Aku lihat dia tidak menangis bahkan bisa dibilang tegar tapi jauh dari itu semua aku melihat matanya yang memerah ditambah mata huzel itu juga berkaca-kaca karena gumpalan air mata yang ditahan agar tidak tumpah. Sama seperti yang kulihat saat pertama kali aku melihatnya.
"Ali, jangan nangis terus. Bie janji akan segera kembali untuk Ali! Nanti kita main lagi kalau Bie pulang!" Hiburnya tapi tidak bisa membuatku berhenti menangis.
"Ali gak mau Bie pergi! Bie, disini aja! Jangan pergi! Ali mohon?" Terdengar alay memang tapi aku memang seperti ini kalau kehilangan orang yang aku sayang.
"Bie pergi untuk kembali Ali! Bie gak akan pergi selamanya!" Lirihnya, aku memeluknya seakan-akan tidak ingin melepaskannya untuk pergi.
"Tapi Ali gak mau Bie pergi! Bie harus tetap disini bersama Ali!" Tolaku sambil terus menangis. Pelukanku mengendor mendengar kalimat yang diucapkannya.
"Bie gak bisa Ali! Bie ingin tinggal sama keluarga Bie! Bie gak mau tinggal sendiri terus!" Kata-katanya terdengar miris saat itu dan akhirnya aku melepasnya pergi walaupun tidak rela sedikitpun.
------
1 Tahun Kemudian
Aku menatap nanar jendela kamar yang berhadapan dengan jendela kamarku. Walau jauh, aku bisa melihat kamar bernuansa biru itu yang rapih tapi penuh debu. Kamar miliknya, milik Bie, milik my Barbie.
Dulu kamar itu selalu ramai. Suara bising teriakannya kadang membuatku kesal karena menganggu tidur siang ku. Suaranya yang sering bersenandung ria menyanyikan lirik-lirik lagu milik Band Korea yang biasa dikenal BTS selalu terdengar keras dan membuatku terbuai walau aku tidak tahu arti dari lirik-lirik tersebut.
Tidak terasa sudah 1 tahun dia pergi ke Amerika dan menetap disana, meninggalkan aku yang kini kehilangan semangat. Satu bulan setelah kepergiannya dia masih menghubungi ku menggunakan ponselnya. Tapi setelah itu sampai sekarang, jangankan dihubungi bahkan sekarang aku tidak bisa menghubunginya lagi.
Hari ini adalah hari bertambahnya usiaku. Ya, aku sedang ulang tahun. Lebih tepatnya yang ke-13 tahun. Dia tidak menghubungi ku untuk mengatakan selamat ulang tahun dan itu membuatku sedih. Ulang tahunku dirayakan dan dibawah teman-teman sudah menungguku tapi aku tidak ada niat sedikitpun untuk turun dan merayakannya.
Aku tidak ingin perayaan ulang tahun ini, aku hanya ingin Barbie ku kembali sebagai hadiah terindah yang ku terima selama aku 13 tahun hidup. Dimana dia? Apa dia ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunku? Apa dia sudah punya teman baru dan melupakanku? Atau dia memang tidak ingin berteman denganku lagi? Lalu apa dia akan menepati janji yang telah dia katakan kepadaku satu tahun yang lalu?
"Ali," Telingaku menangkap suara mamah yang memanggil namaku. Setetes air jatuh dari mataku begitu saja saat melihat mamah. Aku memeluknya dan menangis dalam pelukannya.
"Mah, Ali rindu Bie," Ocehku, mamah mengelus punggung ku mungkin memberi ku kekuatan.
"Ali, kamu anak laki-laki. Gak seharusnya kamu nangis. Bie pasti gak suka lihat kamu nangis. Udah ya, kamu jangan nangis terus. Kasihan mata kamu..." Hiburnya. Ucapan mamahku membuat ku teringat akan Bie. Mamah benar kalau Bie gak suka aku menangis jadi aku pun memilih untuk berhenti menangis.
"Iya mamah benar. Aku gak akan menangis lagi. Bie pasti gak suka lihat aku jadi cowok yang gak gantle," Ucapku bernada getir. Aku tersenyum tipis dan dibalas senyuman manis sama mamah. Lalu aku bangun dan berjalan keluar sambil mengusap sisa air mata diikuti mamah dibelakang.
Beberapa bulan setelah perayaan ulang tahunku, aku masih sama seperti dulu. Hampir setiap malam aku menangisinya karena merindukannya. Sebulan setelah ulang tahunku, aku dan keluargaku pindah rumah. Mamahku berharap dengan pindahnya kami, aku akan lebih tegar dan ikhlas kalau aku dan Prilly sudah tidak satu negara lagi. Dan aku yang dulu dan sekarang berubah 90°. Aku yang alim dulu berubah menjadi bad boy. Ya, sekarang aku menjadi anak bad boy. Walaupun aku bad boy aku tidak sampai hati untuk merokok, mengingat kalau Bie ku itu tidak suka sama cowok perokok jadi aku tidak akan merokok.
Aku tidak tau bagaimana hidupku setelah menjadi bad boy yang ditakuti banyak orang. Tapi aku yakin, pilihan ku menjadi seorang bad boy akan aku sesali suatu saat nanti. Dan aku akan memulai hidup ku yang baru dengan menjadi bad boy tanpa ditemani Barbie mungilku itu.
♥
♥
♥
♥
♥
Bersambung.....Jangan lupa vote dan comment guys. Ini baru prolog okey. Makasih semuanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy [PENDING]
RandomAliando Syarief Alkhatiri Anastasya Prilly Latuconsina • • • • Disaat badai mengamuk, lalu datang perasaan cinta yang membuat semuanya berubah walaupun dalam waktu yang cukup lama. "Gue pikir lo udah lupa sama janji yang lo ucapkan dulu tapi ternyat...