chap 5

10 0 0
                                    

Udara pegunungan pagi hari begitu sejuk, burung burung pun berkicau dengan riangnya, angin bermain dengan rumput, bunga juga dedaunan membuatnya menari nari. Musim semi pun sudah tiba. Ha Neul menemani ayah yang sedang berjalan jalan pagi, kondisi ayah sekarang sudah sangat berbeda seperti biasanya, dia tampak begitu rentan mungkin faktor usia yang membuat kondisinya itu.

"Annyeong Haseyo" sapa Gaeun pada mereka,

"Oh Noona" jawab Ha Neul,

"Abeoji apa kabarnya?" Gaeun menyapa ayah dengan sopan,

"Kabar Abeoji baik Gaeun-ah" jawabnya,

"Abeoji, aku membawakan ini untuk Abeoji" ucapnya sambil memperlihatkan kantong plastik yang di bawanya,

"Tada, pai kismis buatan Kim Gaeun khusus untuk ayah" senyumnya terlihat diantara kedua pipinya,

"Wah, kelihatannya enak Noona?" Ha Neul yang melihat isi dalam kantong plaatik oun tergiur karena bau harum dari kue pai itu.

"Gomawo, Gaeun-ah!" ucap ayah,

"Aku bawa kedalam ya ayah" ucapnya, dia pun maauk ke rumah dengan kantong plastik yang berisi pai itu,

Di dalam sana dia melihat ku yang tengah terduduk di depan tv, dia mendekat perlahan dan tanpa menimbulkan suara sedikit pun,
"MmM.. Cantik. Tapi kenapa rambutnya seperti itu ya?" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya, aku terkejut dengan kehadiran dia yang muncul tiba tiba dari arah belakang,

"Sedang apa kau ada disini?" ucap ku gugup,

"Sedang melihat foto cantik itu?" ucapnya, dia pun duduk di samping ku,

"Aku tidak mendengar kau datang?" tanya ku,

"Masa?" senyumnya mengembang,

"Nah" dia menyodorkan piring yang berisi pai diatasnya,

"Kau membuat sendiri?" tanya ku sambil mengambil kue yang dia sodorkan.

"Eotte?" tanyanya ketika aku mencicipi kue buatannya itu

"Mastha" ucap ku, dia pun tersenyum lebar membuat jantung ku berdetak sangat cepat,

"Aku akan memberikan ini untuk ayah!" dia pun berlari keluar membawa sepiring pai itu,

"Gaeun-ah, kau selalu bisa membuat ku jatuh cinta" gumam ku sambil tersenyum, dia pun kembali dengan sumringah,

"Apa pendapat ayah?" tanyanya ketika dia kembali,

"Enak" ucapnya. Kami pun terdiam sejenak..

"Oh ya Oppa" ucapnya,

"Minggu depan aku akan mengadakan pameran di Seoul dan aku berharap kau bisa datang" pintanya,

"Seoul?" gumam ku, dia menganggukan kepala,

"Baiklah, aku akan datang", dia terlihat bahagia. Ha Neul membawa masuk ayah dan kami pun menikmati pai itu bersama..
Malam pun tiba, saat ku pandangi wajah ayah yang tertidur pulas terselip rasa cinta yang begitu besar. Dia membesarkan aku dan kedua saudara ku, dia merawat kami dengan penuh kasih sayang, dia mengajarkan kami tentang kehidupan, tanggung jawab juga kasih sayang. Dia tidak pernah mengeluh ketika kita merengek. Dia tidak pernah marah ketika kami berbuat salah. Dia adalah seorang pemaaf dengan hatinya yang lapang ketika anak anaknya melupakannya, tapi dia tidak pernah melupakan anak anaknya.

Wajah yang lusuh dan keriput yang mulai terlihat, ku usap wajahnya yang sudah mulai menua itu, rambutnya yang sudah mulai memutih, jalannya yang sudah tidak segagah dulu lagi, ku cium keningnya yang tertidur pulas dan ku selimuti tubuhnya yang rentan itu, " semoga mimpi indah ayah" gumam ku.

"Ayah sudah tidur?" tanya Gaeun pada ku ketika aku keluar dari kamar ayah,

"Sudah" jawab ku,

"Aku akan mengantarkan mu pulang" ucap ku,

"Aku akan ambil tas dulu" serunya, dia pun masuk dan kembali dengan tas juga mantel yang sudah melekat di tubuhnya,
"Kajja" ajaknya.

***
Selama di perjalanan kami hanya terdiam, cuaca malam tampak begitu indah, langit malam tampak begitu cantik. Selama di perjalanan aku terus berfikir "apa yang harus mengakui perasaan ku padanya?" gumam ku sedikit ragu, sekilas ku pandangi wajahnya yang manis itu,

"Waeyo?" tanyanya,

"Kenap kau memandangi ku seperti itu?" sambungnya, rupanya dia tersadar bahwa aku memandanginya dari tadi,

"Ah, anniya" jawab ku gugup,

"Kau menyukai ku?" tanyanya mengagetkan ku, wajahnya tepat di depan ku, sangat dekat, bahkan desahan nafasnya pun bisa aku dengar, ku tatap kedua bola matanya yang cantik, dia menjadi salah tingkah,

"Kajja" ucapnya, aku hanya terdiam memandangi punggungnya,

"Gaeun-ssi" panggil ku, dia pun menoleh. Ku dekati dia dan kucium bibirnya yang merah itu, dia terkejut dengan apa yang aku lakukan,

"Aku menyukai mu" ucap ku, dia terdiam

"Aku menyukai mu semenjak pertama kali kita bertemu"

"Bukan karena kau adalah putri dari pemilik tempat aku bekerja, tapi kau selalu ada di saat aku membutuhkan seseorang"

"Aku takut, jika aku berkata jujur pada mu, kau akan menjauh dari ku" ucap ku, dia hanya tersenyum,

"Bodoh, kenapa baru sekarang kau mengungkapkannya,

"Ye?" ucap ku,

"Aku juga menyukai mu" ucapnya sambil tersenyum, ku cium bibir itu lagi dengan lembutnya dan dia pun membalasnya.. Semenjak malam itu kami memutiskan untuk berpacaran..

***

Hari ini adalah hari pameran Gaeun di gelar, aku bergegas menuju Seoul. Sementara di galeri miliknya, Gaeun sudah bersiap siap berbagai macam lukisan bergantung di dinding, serta para tamu undangan pun sudah banyak yang hadir di pameran itu..

Galeri itu begitu unik, arsitekturnya begitu berbeda dari galeri seni biasanya, "kuharap belum terlambat" gumam ku ketika aku sampai di sana. Ketika aku membuka pintu dan memasuki galeri itu aku sudah di suguhi oleh bermacam macam jenis lukisan yang cantik dan indah, ku perhatikan lukisan itu satu persatu..

"Kenapa dia bisa melukis dengan begitu indah?" gumam ku seraya memperhatikan lukisannya,

"Kau terlambat?" tegur seseorang dari arah belakang mengagetkan ku,

"Ah.. Mianhae" ucap ku, Dia pun memasang muka cemberut,

"Lukisan mu cantik" puji ku,

"Benarkah?" ucapnya sambil tersenyum lebar,

"Nah, kalau tersenyum begitu tambah cantik" rayu ku,

"Kajja" ajaknya, kami pun berkeliling melihat lukisannya, sesekali dia berbincang denhan pengunjung di sana, tersenyum dan tertawa bersamanya seperti itu, tampak begitu cantik,

My Father My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang