Jimin tengah pergi ke Jepang;
Oh tentu saja—dengan Jungkook.
Meninggalkan Yoongi membusuk bersama spekulasi ajaib yang merebak di dunia media sosial. Meninggalkan Yoongi yang merana karena rasa iri—dibumbui cemburu. Siapa yang tahan melihat kekasihmu melancong ke negara lain; berlibur berdua dengan orang yang banyak dispekulasikan sebagai 'pacar kedua' si don juan Busan; bersenang-senang sedangkan dirinya terkubur di balik sound sistem canggih studio pribadi.
Bibir Yoongi bisa saja berucap "pergilah Jim, aku tidak masalah" ketika Jimin berpamitan. Meski matanya menggumamkan kesebalan. Meski hatinya dongkol karena harus extra hati-hati; tidak bisa bebas layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Karena ia tahu—mereka semua tahu, ada beberapa tentara yang mulai curiga.
Jadi Yoongi bisa apa selain sok sibuk dan mengubur diri di balik pintu 'Genius Lab'nya sendiri.
Hingga si pemilik senyum kotak itu menyembul dari balik pintu; Taehyung. Siapa lagi yang sudi menghampirinya di sini dan menyerahkan diri untuk diseruduk macan betina sepertinya? Si rambut ash itu membawa dua gelas kertas kopi yang terlihat mengepul menggiurkan. Andai saja Namjoon atau Jimin di sini—kepala itu tidak akan selamat dari sledingan maut.
Yoongi 'kan punya gangguan lambung.
"Tenang saja hyung—ini aman bagi lambung," beo Taehyung menirukan slogan salah satu iklan yang dibintangi seorang aktor terkenal. Tanpa sopan-santun ia menyelonong begitu saja, meletakkan kopi menggiurkan itu di atas meja dan melepaskan mantelnya sembarangan. Duduk selonjoran di atas karpet lalu menertawakan wajah Yoongi yang kusut.
"Sudahlah hyung—tidak usah banyak lagak,"
Mulai lagi.
Taehyung mungkin saja salah satu member yang berani mengambil resiko menemuinya di gua pertapaannya; tapi yang paling menyebalkan—ia akan kemari dan berceloteh mengenai hubungannya dengan si Don Juan. Berlagak seolah ia yang lebih mengerti dan paham mengenai perasaan Yoongi—yang nyatanya memang benar.
"Semua orang tahu—Agust D yang genius tengah cemburu besar-besaran melihat Jimin dengan—aduh!"
Yoongi menjambak rambut Taehyung sebelum lelaki itu berceloteh lebih jauh. Yoongi mematikan komputernya, menyambar gelas kertas kopinya—dan meneguknya sedikit demi sedikit. Lalu berpindah menyamankan dirinya di atas sofa kecil di seberang ruangan.
Yoongi hendak memejamkan matanya, mencerna semua oongan yang baru saja ia baca adalah kabar burung picisan. Taehyung dengan kurang ajarnya menghimpit tubuhnya di atas sofa, memberikan sedikit ruang bagi Yoongi untuk bergerak.
"Min Yoongi manis sekali ketika ngambek; alih-alih cemburu,"
Pipi Yoongi bisa saja memanas seperti cengunguk labil, tapi matanya tidak beralih pada Taehyung yang menatapnya tajam. Cengiran menyebalkan itu tidak juga hilang, tapi Yoongi menyukainya. Taehyung bermulut tajam—jika menyangkut soal Jimin dan hatinya. Taehyung tersenyum, kali ii lebih lembut. Matanya mengatakan segala hal yang di pendamnya.
"Diam Taehyung—" tangan Yoongi terulur membekap gemas mulut Taehyung.
"—jangan kemari jika hanya mengejek hubunganku dengan Park Jimin."
Taehyung lebih berani mendaratkan satu kecupan halus di ujung hidung Yoongi.
"Padahal semua yang kukatakan adalah benar."
Yoongi mendengus. Menjambak rambut ash Taehyung lagi.
"Jangan kemari jika waktumu hanya digunakan untuk membahas Jimin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daegu's Love [Taegi-Taehyung x Yoongi]
ContoToh ketika Jimin tidak ada; Hanya Taehyung dan segenap cintanya yang menemani Yoongi.