At the Airport

237 25 6
                                    

At The Airport

Cuaca dingin masih menyelimuti Kota New York. Kota yang dijuluki The Big Apple ini memang terkenal sebagai kota yang sangat sibuk, hampir 24 jam nonstop aktivitas para penghuninya. Saat ini cuaca di Kota New York sedang memasuki masa paling dingin, minus sepuluh derajat celcius. Gadis itu merapatkan syal yang melilit lehernya walaupun di dalam bandara tentu dilengkapi penghangat.

Seo Joohyun memandang lurus keluar jendela bandara internasional John F. Kennedy, menatap hamparan gedung-gedung pencakar langin yang membelah langit Kota New York dari kejauhan. Terselip rasa sedih dihatinya manakala menatap kota ini. Ada banyak kenangan yang terjadi. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi, namun matanya terlihat lebih banyak berbicara saat ini, ada bayang-bayang kesedihan disana.

"Miss Seo", panggil seorang wanita paruh baya berbadan besar dan berkulit hitam, namun wanita ini mempunyai senyum paling ramah dan baik hati yang bisa diberikan oleh seorang ibu manapun didunia ini. Seohyun sangat menyukain wanita ini

Cepat-cepat Seohyun merubah ekspresi wajahnya. Mrs. Baltimore". Senyum Seohyun. Mrs. Baltimore berjalan mendekati Seohyun. Kakinya yang gemuk terlihat sangat bersusah payah menopang beban tubuhnya.

"Sebentar lagi jadwal keberangkatan pesawatmu menuju Seoul dipanggil:. Ucap Mrs. Baltimore. "Kau...", lanjutnya tertahan, terlihat ada banyak hal yang ingin disampaikan olehnya, "hati-hatilah di jalan. Kalau ada apa-apa, telepon aku. Kapan pun, yayasan akan dengan senang hati menerimamu kembali". Tutup Mrs. Baltimore dan akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, air matanya menetes.

Seohyun tidak tega melihatnya, dia pun memeluk Mrs. Baltimore dengan erat. Dia juga merasa berat untuk meninggalkannya, meninggalkan kota ini, meninggalkan yayasan. Mrs. Baltimore sudah dianggapnya sebagai pengganti nenek yang meninggal lima tahun lalu. Dan dia pun sudah menganggap yayasan yatim piatu tempatnya tinggal menumpang hidup sembari bekerja adalah keluarganya yang baru saja dia miliki. Karena selama ini dia hanya memiliki neneknya.

Namun setelah kecelakaan itu, mendadak ada kabar dari Seoul yang mengatakan kalau ayah kandungnya menghubunginya, dan memintanya untuk kembali pulang ke kampung halaman yang bahkan belum pernah ia pijakki.

Awalnya Seohyun marah dan menolak. Dia sama sekali tidak mengetahui kenyataan itu. Yang dia tahu selama ini hanyalah neneknya. Namun karena satu hal, dia memutuskan untuk pergi, mengenal jati dirinya yang sesungguhnya, sebelum segalanya terlambat.

***

Seperti hari-hari biasanya, Seohyun selalu bangun pagi. Dia suka sekali dengan suasana pagi yang tenang dan udara yang bersih serta menyegarkan. Tapi alih-alih joging keliling blok, setelah mencucui muka dan menggosok gigi, Seohyun buru-buru mengganti baju tidur dengan seragam putih kerjanya.

"Pagi, Mr. Liem". Sapa Seohyun kepada kepala koki di yayasan ini. Mr. Liem keturunan China, namun sudah tiga puluh tahun hidup di Amerika bahkan menikah dengan penduduk lokal dan menjadi warga negara Amerika. Mr. Liem juga sangat baik dan senang sekali berbagi ilmu pengetahuan masaknya kepada Seohyun.

"Pagi, Miss Seo. Jadi bagaimana tugas yang kemarin saya berikan? Berhasil dibuat dengansempurna?" todong Mr. Liem tanpa basa-basi.

Seohyun tertawa "Tentu saja, bahkan sudah aku siapkan dikulkas dan bisa disajikan untuk menu pencucui mulut hari ini". Jawab Seohyun mengajak Mr. Liem melihat kedalam kulkas besar dan memberinya satu potong puding coklat dari dalamnya untuk dicicipi oleh Mr. Liem.

"Hooo..., Perfect!" puji Mr. Liem, "Kalau seperti ini, aku bisa tenang pensiun nanti". Seohyun tertawa, walaupun hanya koki disebuah yayasan kecil, namun Mr. Liem sangat berdedikasi dan menganggap serius profesinya.

Semasa kecil, Mr. Liem hidup dalam keprihatinan. Sehingga dia tumbuh menjadi anak yang kecil, kurus dan sangat kekurangan gizi. Oleh sebabitu, ketika sekarangdia sudah berhasil, dia mendedikasikan dirinya untuk memberikan anak-anak terlantar gizi yang baik.

Tak lama empat anggota staff dapur lainnya muncul dan mereka pun mulai bekerja untuk menyiapkan sarapan bagi anak-anak yatim piatu di yayasan ini yang jumlahnyamencapai 200 orang anak.

Walaupun lelah, namun Seohyun suka tinggal disini. Mereka semua ramah-ramah dan baik hati. Merekalah keluarganya sekarang.

***

"Penerbangan pesawat tujuan Seoul, Korea Selatan, dengan nomor KAL015, sudah dibuka. Kepada para penumpang diharapkan segeramasuk kedalam pesawat!".

"Ah, itu pesawatmu." UjarMrs. Baltimore.

Seohyun mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Dia pun menarik tas kopernya bermaksud pergi. Namun Mrs. Baltimore sekali lagi memeluknya dengan sangat erat.

"Ingat! Segera telepon kami begitu kau sudah mendarat disana. Kau memiliki nomorku bukan? Pakai jaketmu, aku dengar Korea sangat dingin! Makan yang banyak, jaga diri baik-baik. Ah, kalau yang itu tidak perlu aku nasihati lagi. Kau adalah anak yang sangat baik dan paling bisa menjaga dirimu sendiri. Andai saja tidak ada anak-anak senakal Ben, pasti insiden itu tidak akan pernah terjadi." Mendadak Mrs. Baltimore menjadi sedih kembali.

Seohyun menghibur Mrs. Baltimore dengan mengelus punggungnya. "Tidak apa-apa, Mam. Justru dengan itu aku jadi tahu kalau aku masih memiliki keluarga."

"Ah..., ya, benar ayahmu. Itulahyang aku herankan. Orangtua macam apa yang menelantarkan anaknya sekian puluh tahun, bahkan kamu pun kaget kalau kami ternyata masih memiliki ayah. Orang ini perlu dicurigai! Aku sangat curiga! Tapi aku tidak bisa mengelak, manakala pengacara sialan itu memberikan dokumen-dokumen tentang dirimu. Ah..., pokoknya begitu tiba disana, ata begitu kau sudah bertemu orang itu, segera hubungi aku. Aku tidak akan tenang sampai aku mengetahui kalau kamu diperlakukan dengan baik disana." Ucap Mrs. Baltimore panjang lebar.

Seohyun hanya bisa tertawa. Mrs. Baltimore walaupun cerewet namun beliau merupakan orang yang hangat. Seohyun pun kembali pamit dan berjalan menuju pintu gerbang menuju pesawatnya. Setelah melalui pengecekan, sekali lagi, diapun melambai pada Mrs. Baltimore untuk yang terakhir kalinya.

To be continue

Under The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang