⚡2⚡ Akhirnya

27 5 7
                                    

Zara bersama kedua temannya itu, Fia dan Rere, mereka bertiga tampak bingung dengan soal yang diberikan Pak Rama, guru Matematika. Zara yang tengah sibuk menghitung, Fia mencoret - coret buku, entah itu sedang mengotret soal atau tidak bisa mengerjakannya, dan Rere yang sedang melamun entah memikirkan apa.

"Susah banget sih!" Ucap Zara frustasi, sembari melemparkan pensilnya begitu keras sampai teman sekelasnya melirik bingung.

Fia melirik kedua temannya dan menghela nafas. "Udahlah. Mending Binbin aja yang ngerjainnya. Yakkan Bin?" Ucap Fia sambil melirik bangku Binbin yang paling belakang dan pojok, sambil mengedipkan sebelah matanya agar Binbin mau.

Binbin adalah murid pendiam, cupu, nerd sekaligus kutu buku. Tak jarang teman sekelasnya meminta bantuan mengerjakan soal yang tidak dimengerti, dan Binbin dengan senang hati menerimanya, karena Binbin juga bisa dibilang cukup pintar dan baik.

"I - iya Fi." Ucap Binbin gugup, Fia memberikan dua jempolnya kepada Binbin. Karena jarang sekali cewek cantik seperti Fia mengajaknya bicara, walaupun itu meminta bantuan saja.

"Si Fia udah jadian aja sama si Binbin! Pj nya euy!" Seru Dino yang membuat seisi kelas tertawa. Fia yang merasa menjadi bahan ledekkan Dino itu pun langsung menatap Dino dengan tatapan tajam.

"Weh weh weh! Lo aja No, yang udah jadian sama si Titin gak bilang - bilang ke kita! Pj nya euy!" Balas Fia meledek Dino yang menjadi bahan tawaan. Titin adalah cewek gendut tapi genit, tak jarang siswa yang lain sering menjadikan Titin sebagai bahan luconan.

"Lo kali, gue mah kagak!" Ucap Dino sambil menunjuk Fia dengan telunjuknya.

Fia pun langsung naik ke kursinya dan balas menunjuk Dino.
"Lo kali, gue mah kagak!" Balas Fia sambil meniru gaya Dino.

"Fia gak jadian sama Binbin, begitupun Dino gak jadian sama si Titin." Ucap Ian, ketua kelas dikelas ini.

Fia dan Dino menunjuk satu sama lain. "Tuh dengerin!" Ucap mereka bersamaan dengan nada pelan.

"Kayaknya yang jadian itu Fia sama Dino deh!" Sambung Ian tertawa.

"AMIT - AMIT!" Seru Fia dan Dino bersamaan yang membuat seisi kelas tertawa terbahak - bahak begitupun Zara dengan Rere dengan tingkah mereka bertiga.

Fia segera menarik tangan Zara dan Rere untuk pergi dari kelas dengan kesal. "Ayo Zar, Re kita pergi. Daripada kita diem disini digangguin sama si Banci jalanan!" Ucap Fia menekan kata 'banci jalananmenyindir Dino. Karena waktu itu, saat Fia berjalan - jalan dengan kakakknya, dia sempat melihat Dino sedang menongkrong dipinggir jalan, dan disaat itu Fia meneriaki 'Dino banci jalanan' yang membuat teman - teman Dino tertawa.

"Anjir lo Curut beranak!" Balas Dino diselingi tawaan yang membuat Fia menoleh kearahnya dengan tatapan tajam.

Fia langsung menarik Zara dan Rere keluar sebelum dia mengeluarkan omelan nya pada Dino.

"Banci Jalanan!" Balas Fia yang membuat Dino mendelik kaget.

"Si anjir!" Ucapnya, yang membuat isi kelas kembali tertawa.

                          ⚡⚡⚡

"Anjir tuh orang! Bikin gue emosi aja!" Seru Fia yang masih kesal pada Dino.

Saat ini mereka sedang berada dikantin karena tadi saat mereka melewati ruang guru, mereka melihat Pak Rama, dan pak Rama menyuruhnya untuk beristirahat.

"Kayaknya Dino suka sama elo Fi." Ucap Zara yang membuat Fia tersedak ketika meminum minumannya.

"Amit - amit gue sama cowok tengil kek dia. Mending gue sama si Hardi aja. Udah ganteng, pinter, baik lagi. Walaupun sikapnya ada kek si Aksan sedikit aja sih." Ucap Fia kembali meminum minumannya.

"Eh iya si Aksan gimana?" sambung Fia yang mendapat cubitan dari Zara. Zara meringis.

"Mending gua sama si Binbin aja, dari pada si Aksan." Ucap Zara, yang membuat Fia dan Rere membelalakkan mata.

"Yakin mau sama si Binbin daripada gue?" Zara menoleh kearah suara itu. Dan mendengus kesal ketika Aksan ada dibelakangnya menunjukkan senyuman manis khasnya yang bisa membuat semua siswi meleleh, tapi tidak dengan Zara. Zara justru sebal.

"Jawab dong."

Zara menggeser sedikit duduknya, karena Aksan duduk disebelahnya.
"Apaan sih." Ucap Zara ketus.

"Gitu amat. Udah pesen makan?" Tanya Aksan mengalihkan pembicaraan.

"Udah." Jawab Zara singkat. Aksan hanya menggelengkan kepala, dia bingung harus cara apalagi agar Zara bisa luluh dengannya.

"Temen lo yang satu lagi mana San? Itu si Hardi." Tanya Fia pada Aksan.

"Lagi godain cewek - cewek." Ucap aksan yang membuat Fia terkejut.

"Apa lo bilang?!" Seru Fia tidak percaya, yang membuat Aksan kaget. Sebenarnya Aksan tahu jika Fia sedang menyukai Hardi.

"Maksud gue cewek - cewek tuh, ibu penjaga kantin. Nah itu." Ucap Aksan ngarang. Aksan membuang nafas lega ketika Fia mengangguk percaya. Aksan takut jika Fia mengeluarkan seribu omelannya kepadanya lagi. Dia sudah kapok.

"Masa? Seleranya sama ibu - ibu." Ucap Fia lagi, aksan hanya mengangkat bahu tidak tahu.

"Udah deh, mendingan lo susul si Hardi aja sana." Ucap aksan sambil mendorong tubuh Fia, Fia hanya mendelik kesal pada Aksan. " Dan lo Rere, lo ke kelas aja ya. Gue ada urusan sama Zara bentar." Ucap Aksan pada Rere, Rere mengangguk dan segera pergi ke kelas.

"Apa sih lo pake ngusir ngusir mereka?" Tanya Zara dengan nada ketusnya.

"Emang gue ada kata ngusir gitu? Gakkan? Yaudah." Ucap Aksan dengan santainya yang membuat Zara memutarkan mata kesal.

"Buruan, lo mau apa?" Tanya Zara yang membuat Aksan terseyum.

"Mau cinta dari lo." goda Aksan dengan senyuman.

Aksan meringis karena mendapat cubitan keras dari Zara. "Aw sakit! Kalau mau so sweet pelan pelan aja nyubitnya." Ucap Aksan, Zara hanya menatap wajah Aksan datar.

"Buruan." Ucap Zara singkat.

"Gak sabaran."

"Buruan."

"Iya - iya, pulang sekolah ikut gue ya?" Ucap Aksan.

"Gak."

"Lah kenapa?" Tanya Aksan cemberut, Zara menoleh ke arah Aksan, rasanya ingin sekali ia tertawa terbahak - bahak melihat presi wajah aksan yang seperti ini. Tapi dia tidak bisa, dia malu.

"Males."

"Emang lo tahu gue mau ajak lo kemana?" Tanya Aksan dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Gak. Males." Aksan terkekeh, entah kenapa sikap Zara yang seprti ini membuatnya gemas.

"Bikis gemes deh!"

Aksan mencubit pipi Zara, Zara mendengus dan mengibas tangan Aksan.

"Gue mau balik."

Aksan segera menarik tangan Zara. "Eh, lagi pms ya? Marah mulu."

"BODO!"

Zara berusaha melepaskan tangan Aksan darinya, tapi itu tidak bisa, karena Aksan terus memegangi tangannya.

"Sakit Aksan ih!" Ringis Zara, Aksan segera melepaskan tangan Zara.

"Maaf Zar."

"Kena tipu wleee! Bye Aksan!" Seru Zara sambil menjulurkan lidah dan pergi berlari meninggalkan Aksan yang diam tak percaya.

Aksan tersenyum.

"Akhirnya, dia terbuka sama gue."

                           ⚡⚡⚡






Jeng jeng jeng!!! *lagu upin&ipin :v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang