Te(tangga)an

36 2 0
                                    

KARINA AGATHA. Seorang gadis berusia 17 tahun. Sudah menjomblo sejak ia lahir. Masih bersekolah dan hanya memiliki 1 teman di sekolah. Viola Veronica. Teman Karina sejak bersekolah di SMA mereka. Juga jomblo sejak 3 tahun terakhir ini.

Suatu pagi, Karina tengah bersiap untuk mengunjungi Viola yang baru saja masuk rumah sakit karena jatuh dari tangga kemarin.

Baru saja hendak berangkat, sebuah suara telah menghentikan langkahnya.

"Hendak kemana kau, Karina?" tanya Ibu Karina pada buah hatinya.

"Menjenguk Viola, hanya sebentar, aku akan pulang setelah aku membelikanmu sekotak martabak," jawab Karina yang kemudian mengambil sepatu Nike.

"Sebentar, Karina!"

"Apa lagi, Ma?" tanya Karina yang sudah berada di luar rumah dan hendak memakai sepatunya.

"Mama sedang tak ingin martabak. Tolong belikan ketoprak yang ada di ujung komplek,ya,"jawab Ibu Karina.

Karina menghela nafas yang kemudian diiringi dengan anggukan kepalanya lalu berjalan keluar dari rumah menuju depan komplek, mencari taxi.

***

"Hai, bagaimana kondisimu?" tanya Karina saat ia sudah tiba di ruang rawat Viola.

"Kepalaku masih suka ada bintang di atasnya. Tapi tak apa, aku sudah biasa kok," jawab Viola sambil memegang gadgetnya.

"Bagaimana tidak, masih sakit begini saja kau tetap bermain gadget. Dasar jomblo," ledek Karina sambil menaruh beberapa kantong plastik berisi buah di atas meja.

"Jangan meledekku. Memangnya kau sendiri tidak? Kau jauh lebih parah dibandingkan diriku, Rin," balas Viola.

Karina hanya bisa mencibir balasan dari Viola.

"Mamamu tak marah?" tanya Viola.

"Tidak, hanya aku perlu membelikannya ketoprak," jawab Karina sambil memandang lantai.

"Hah? Ketoprak depan komplekmu? Bukannya ketoprak itu tidak enak ya?"

"Bagimu. Bagi Mama tidak kok,"

"Huh, terserahlah," akhir Viola.

***

"Ma, Karina pulang," teriak Karina di depan rumah.

"Sudah pulang? Ayo, masuk! Ada tetangga baru loh. Baru aja pindah tadi pagi, waktu kamu pergi ke rumah sakit jenguk Viola. Eh, ngomong-ngomong, kabar Viola gimana? Mendingan nggak dia? Kamu jangan sampai seperti itu loh, ya. Jangan ceroboh jadi orang. Nanti yang ada kejadiannya sama lagi seperti Viola. Eh, tapi kamu baik-baik aja kan di jalan? Mama takut loh kalau kamu di jalan sendirian tadi. Ini kan soalnya udah sore. Kalau ada yang macam macam sama anak perawan Mama gimana dong? Ihh, nggak mau deh Mama mikirnya. Nanti kejadian gimana coba. Eh, tapi kamu juga harus jaga diri baik-baik ya. Mendingan kamu kursus bela diri aja. Biar nggak ada lagi yang berani sama kamu. Jadi, kalau ada yang macam-macam tinggal kamu pukul aja. Gampang kan?"

"...."

"Rin?"

"Ma..."

"Ya?"

"Apa Mama baik-baik saja?" tanya Karina yang terlihat datar.

"Ya, tentu,"

"Kupikir Mama kena tiang listrik komplek lagi," ucap Karina datar sambil memberikannya sekantong plastik berisikan ketoprak "Aku lelah, aku istirahat dulu ya,Ma," ucap Karina yang langsung memasuki pintu dan mendapati satu lelaki dan satu wanita aneh sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Ralat, rumah orangtuanya.

"Eh, Karina, kenalin, ini Bu Sella dan Pak Jo. Mereka ini tetangga baru kita, ayo cium tangan dulu!" pinta Ibu Karina yang tiba-tiba membuat Karina hampir saja meloncat.

Mau tak mau ia harus mencium tangan Bu Sella dan Pak Jo yang diisukan tetangga baru mereka.

"Karina cantik,ya," ucapan lembut dari Bu Sella membuat Karina mematung sesaat, kemudian berjalan pelan menuju kamarnya.

"Hehehe, maaf ya, Bu Sella. Karina orangnya malu-malu kambing gitu," cengir Ibu Karina sambil duduk di sebelah Bu Sella.

***

Hari ini hari senin. Hari dimana hari tersial dan penuh penyiksaan. Dimana kita harus menghadiri upacara bendera di cuaca pancaroba seperti ini. Sebenarnya tidak terlalu menyiksa jika saja, sang pembina upacara tidak berlama-lama berpidato dalam upacara bendera itu. Sang pembina dengan nyamannya berdiri di tempat teduh sementara sang peserta upacara menikmati panas yang menyengit dan rintik hujan yang bikin sakit mata.

Karina baru saja tiba di halte bus. Tapi tiba-tiba seseorang menabraknya dan sebuah tangan menariknya masuk ke dalam semak belukar disertai suara teriakan dari bapak-bapak komplek dan satpam.

"Ke mana tuh orang?"

"Kita cari di sana aja,yuk," ajak seseorang dari mereka dan akhirnya suasana menjadi hening.

"Hhh, aman," suara nge-bass itu membuat Karina membulatkan matanya dan segera menginjak kaki sang pemilik suara. "Aw! Sakit,kambing!"

"Makan tuh sakit. Kamu ngapain narik-narik tangan aku? Mau macam-macam,ya? Dasar mesum!" tuduh Karina.

"Seenaknya banget kamu bicara seperti itu. Aku mau menyelamatkan kamu, tahu?"

"Menyelamatkanku? Dari apa? Aku tak berbuat masalah sama sekali,"

"Tadi ada copet yang lewat di halte ini, dan ia menjatuhkan hasil copetannya di halte ini. Aku menyelamatkanmu dari orang-orang yang mengincar copet itu."

"Aku nggak percaya,"

"Ya sudah."

***

Siang makin terik, membuat dua gadis yang baru saja pulang sekolah ini sesekali mengeluh dengan panas yang sungguh menyiksa kulit ini.

Viola dengan rencananya ingin menginap di rumah sahabatnya, Karina. Dengan alasan, ia ingin mengerjakan tugas dari guru killernya.

"Ma, Karina pulang," teriak Karina saat ia sudah ada di depan rumah bersama Viola.

"Ada Viola juga nih, Tante. Viola nginap,ya,"

Dan saat mereka tiba di ruang tamu, kejadian mengejutkan terjadi.

"KAMU?!" teriak Karina bersama seorang lelaki yang ia temui di halte tadi pagi.

"Ma..."

"Rin, kalian saling kenal?" tanya Ibu Karina sambil memandang bolak-balik Karina dengan lelaki itu. "Dia Alvin, anak dari Bu Sella dan Pak Jo, tetangga baru kita ituloh. Dan, mereka ingin kalian menikah," terang Ibu Karina.

"Iya, ini sekarang kami sedang ingin melamar kamu untuk Alvin," sambung Bu Sella.

"Rin, sumpah demi Dewa Neptunus, apa aku nggak salah dengar? Kamu udah dilamar aja saat masih sekolah seperti ini? JOMBLO DIPINANG?!" kaget Viola.

.

.

.

878 word

2 Januari 2018,

sebuah cerita aneh yang tertuang dari pemikiran bodoh, disarankan sih untuk tidak membaca cerita ini.

Lika LikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang