Chapter 2 - Taste Like Sweet Honey

581 19 4
                                    

Chapter 2 - Taste Like Sweet Honey

' Anna, lihat apa yang Papa punya untukmu ! '

' Papa? Apa itu ? '

' Coba buka. '

' Waaah ! Cantik sekali ... '

' Kalung ini Papa hadiahkan untukmu. Jagalah baik-baik, ya. '

' Ng ! Akan kujaga baik-baik! '

' Anak pintar... Happy Birthday, Anna. '

------------------------------------------------

" Anna .. Anna ... "

Aku merasa ada yang menepuk pundakku lembut, membuat mataku perlahan-lahan terbuka.

Seorang wanita tersenyum lembut lalu mengelus rambutku.

" Jika kau tidur disini terus, kau akan masuk angin. Ayo, masuk. "

Sambil mengucek mataku pelan, aku mengangguk.

" Mama ... Baru pulang? " Tanyaku, masih bersandar di bawah pohon apel yang besar, tempat dimana aku tertidur tadi.

" Yah, begitulah. Belakangan ini pekerjaan terus bertambah, padahal Mama juga ingin bersantai di rumah. " Mama hanya menghela nafas lalu melangkah masuk ke rumah melalui pintu kaca yang terhubung ke ruang keluarga.

" .... " Sambil menguap, aku berpikir tentang peristiwa di masa lalu itu.

Kenangan disaat aku berulang tahun ... Sebelum Papa meninggal.

" Mimpi ... " Gumamku pelan sambil menggapai kalung yang kupakai di leherku.

Kalung yang berleontinkan sebuah batu kecil berwarna ungu kebiruan. Batu yang Papa sebut "Amethyst". Hadiah ulang tahunku, yang juga merupakan kenangan peninggalan Papa.

Papa adalah jewel designer yang cukup terkenal. Perhiasan yang ia buat selalu dibeli dengan harga yang luar biasa mahalnya. Sehebat itulah Papa. Papa selalu berkata bahwa ia ingin agar perhiasan yang ia buat dapat membuat orang yang memakainya bahagia.

Walaupun aku sama sekali tidak mengerti maksud Papa apa.

Sambil berjalan menuju pintu kaca yang sejak tadi masih Mama biarkan terbuka, aku berbalik untuk melihat pohon apel yang tumbuh dengan besar itu.

Pohon apel dimana Papa sering memanjatnya untuk mengambil apel yang sudah masak untuk dimakannya bersama Mama dan aku.

" Ah, sudah mulai berbuah. " Ujarku sambil tersenyum kecil.

Tangan kananku meronggoh saku celanaku dan mengeluarkan kamera kesayanganku.

Mengabadikan pohon apel yang kini sudah mulai berbuah lagi, diterpa oleh sinar berwarna jingga keemasan yang indah.

" Anna ... ? " Mama memanggilku dari dalam dan aku menyahutnya.

Memasuki ruangan dan menutup pintu kaca itu rapat, masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku.

--------------------------------------------------

" ... "

" Anna. "

" ... "

" Anna ! "

" .... Hm? "

" Hey, apa kau dengar apa yang aku katakan? "

Kini aku menolah pada Eri yang kini sudah mulai cemberut, dan disambut oleh kekehan halus dari Michelle.

" ... Tidak. " Jawabku singkat, membuat Elly kini menyodorkan majalah yang sejak tadi ia pegang, tepat ke depan wajahku.

PaperplaneWhere stories live. Discover now