5. Amanda?

26 1 3
                                    

Matahari sudah mulai menampakkan cahaya indahnya. Ini sudah pukul 8.30 dan semua orang sudah sibuk dengan aktifitasnya masing masing. Tapi, berbeda dengan seorang gadis yang sejak tadi masih saja tidur dikasurnya. Meskipun sedari tadi seorang wanita paruh baya mencoba membangunkan gadis itu berkali kali, tetapi si gadis masih saja tidak beranjak dari kasurnya, dan malah semakin nyenyak dengan selimutnya.

"Non, ini sudah siang.."

"Hmmm.." gadis ini malah semakin menggulung tubuhnya didalam selimut. Menyamankan dirinya yang semakin terlelap

"Non, ini sudah pukul 8.30 apa nona tidak kesekolah?" Tidak ada jawaban yang keluar. Ia masih mencoba untuk membangunkan putri dari majikannya itu.
'Hahhh~ baiklah ini yang terakhir..'

"Nona Amanda diluar ada mas Anjas."

"..."

Mendengar ada yang berbicara seperti itu, dalam sekejap sudah terduduk sambil membelalakan matanya

"Oh tidak! Kenapa?! Kenapa dia kesini?! Arghh kurang ajar berani beraninya ia datang kesini! Mana Bi.. sini biar aku hajar dia, -bla bla blaa.."

"..."

"Bi? Mana cowo itu?" Ia memiringan kepalanya bingung.

"Ah ya nona? Emm maaf cowo yang mana ya?"

Amanda bingung dengan pembantunya ini. Mana mungkin bibinya ini tiba tiba amnesia dalam sekejap setelah mendengar ia memaki mantan pacarnya itu. Yahh meskipun secara tidak langsung kan..

"Yang mana lagi lah bi. Itu si cowo brengsek!"

"Ohh mas Anjas.."

"Iyaa mana bibii~" kenapa dengan bibinya ini? Kenapa tiba tiba jadi lemot seperti ini?

"Ah itu non..em..aa..anu non. Maaf bibi.. emm-" ia mengeryitkan dahinya bingung. Ah!

"Jangan bilang bibi bohong padaku!" Amanda menatap tajam pembantunya yang sedang menundukan kepalanya. ia tidak berani untuk menatap putri majikannya itu

"Maaf non~ bibi terpaksa. Tad-"

"Bibi tahu kan kalau aku tidak suka dibohongi". Amanda memotong ucapan pembantunya dan semakin menatapnya tajam

"Maaf non bibi tidak punya pilihan lain. Ini sudah setengah sembilan dan nona masih juga tidak bangun. Jadi bibi mencoba cara ini.."

"Tapi bi~ kenapa harus dengan cara in-.. hah?! Apa?! Setengah sembilan?! Tidakkk!!" Amanda langsung menyambar handuk yang dibawa pembantunya itu dan bergegas untuk mandi secepatnya yang ia bisa

Brakk!

Pintu kamar mandi tertutup dengan kencang karena si empunya yang dengan terburu buru menutupnya

"Ah! Maaf bi.." teriaknya dari dalam kamar mandi.

"Hahahaha iya non~ Bibi akan siapkan keperluan nona dan sarapanya."

"Iya bi~"

.

.

.

.

.

Dengan tergesa gesa Amanda berlari di koridor sekolahnya. Semuanya tampak sepi dan terdengar sekilas seorang guru yang sedang mengajar di setiap ruangan kelas yang ia lewati. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju kelasnya di lantai 3 dan itu berarti ia harus menaiki tangga 2 kali lagi. Tetapi Amanda sudah tidak kuat untuk berlari ia pasrah dihukum, toh untuk apa ia sedari tadi berlari padahal ia sudah telat dua jam yang lalu, usahanya berlari hanya akan sia sia.
Ketika sedang berlari, Amanda tidak sadar bahwa ada siswa lain yang sedang membawa setumpukan buku besar sampai sampai menutupi pandangan matanya.

Brukk!

"Eh eh maafkan aku. Aku tidak melihatmu.." gadis yang sedari tadi membawa setumpuk buku itu melirik kearah Amanda

"T-tidak apa.. harusnya aku yang minta maaf. Aku yang tidak melihat jalan.." ucap gadis itu

"Tidak tidak, aku yang salah kok" Amansa tersenyum dan mengingat sesuatu 'ah gadis ini..'
"Tunggu tunggu- kau gadis yang kemarin dengan karin-" amanda mencekal ucapannya, ia harus lebih berhati hati. Ia takut gadis ini akan tersakiti dengan ucapannya

"Emm i-iya.. k-kau yang kemarin men-menolong ku k-kan? Ter-terimakasih A-amanda.."

"Eh? Kau mengingat namaku? Woahh!! Ah ya! Kalau tidak salah namamu kan Kyle Mar- em Mar apa ya?"

"Maretha kia.." tambah kyle

"Ah iya itu! Hhaha maaf aku lupa.." Amanda tertawa cengengesan

"Sini biar kubantu~" Ia melihat Kyle mencoba membawa buku itu lagi. Amanda mencoba meraihnya untuk membantunya. Tetapi ditepis oleh Kyle

"Tidak~ tidak usah. Ini hanya akan merepotkan mu, kau juga harus masuk kelas kan?"

Amanda tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Ia tidak menyangka masih ada gadis baik disekolah ini -kecuali dirinya tentunya.

"Bukankah kita teman? Teman harus saling membantu bukan?"

Kyle tertegun mendengar jawaban Amanda. Sudah lama Kyle tidak mendengar kata Teman yang hanya ditunjukan kepadanya.

"Te-teman?"

"Iya teman. Em apa kau tidak mau berteman denganku Kyle?"

"B-bukan seperti itu. Di sekolah ini tidak ada yang mau berteman denganku~ kukira kau juga tidak mau berteman denganku. Aku tidak mau kau mendapat masalah disekokah ini hanya karna berteman denganku Amanda.." jelas Kyle

"Baiklah! kalau kau tidak mau menjadi temanku, kau jadi sahabatku saja ya-"

"Hah?"

"Kyle kau mau jadi sahabatku kan? Aku janji akan menjagamu. Sebagai sahabatmu tentunya.."

Sungguh Kyle sudah lama tidak mendengar kata itu lagi. Bahkan mungkin mustahil baginya mendengar kata itu lagi. Amanda tersenyum sangat tulus ketika mengucapkan kata itu sembari menyodorkan telapak tanganya terhadap Kyle..

"Ayo menjadi sahabat Kyle~"

"Hmm Amanda.." setetes air mata jatuh dari pelupuk mata nya. 'Terimakasih Amanda~"

***

Bitter LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang