O1; Life Must Go On

29 9 3
                                    

Busan, April 1997

"Kejar dia!"

Seorang anak lelaki berusia enam tahun berlari sekencang yang Ia bisa. Di belakang, gerombolan anak lelaki lainnya, mengejar si anak. Yang berbadan tinggi memimpin barisan untuk mengejarnya.

"Hei, Kang Hanjae!" Kata si pemimpin yang akhirnya berhasil mencengkram kerah belakang baju yang dikenakan anak bernama Hanjae.

Hanya helaan nafas gusar yang bisa Hanjae keluarkan. Ia menunduk menatap sepasang sepatu baru yang beberapa hari lalu dibelikan oleh sang ayah. "Junyoung, aku nggak ada uang lagi!"

"Bohong! Kamu baru aja dibelikan sepatu baru. Pasti orangtua kamu kasih uang yang banyak, 'kan?" Kini Junyoung menarik bahu Hanjae untuk mendekat, selang beberapa detik, Ia mendorong tubuh Hanjae sampai tersungkur diatas trotoar.

Naas sekali hari Hanjae. Seperti biasa.

Setelah mereka puas memukul tubuh dan wajah Hanjae, gerombolan anak itu memutuskan untuk pergi usai memeriksa saku Hanjae yang ternyata memang kosong melompong. Akibat tadi pagi baru mereka palak.

Hanjae berlari kecil kala rumahnya mulai terlihat didepan mata. "Eomma! Aku pulang."

"Oh? My handsome boy," Wanita berusia awal tigapuluh dengan wajah anggun terlihat. Ia menghampiri Hanjae yang saat ini tengah menaruh sepatunya diatas rak. "Hanjae—wajah kamu kenapa begini, Nak?"

Sang anak cemberut. Lalu duduk disofa berwarna cokelat muda, "Junyoung dan teman-temannya mukul aku."

"Siapa yang berani mukul kamu, Jagoan?"

"Appa!" Pekik Hanjae, mendapati Ayahnya kini ikut menghampiri. "Junyoung."

"Terus, siapa yang menang?" Tanya Tuan Kang sambil menatap antusias pada Hanjae.

Hanjae berdecak halus, "Aku kalah, Appa. Mereka bertujuh dan aku seorang diri."

"Aish, lain kali kamu harus menang, Hanjae. Perlu Appa masukkan ke kelas Taekwondo?" Tak pelak, perkataan si ayah berhasil membuat Nyonya Kang melotot kearah dirinya.

"Aku cuma mau bisa punya kaki yang lebih panjang! Supaya nanti bisa lari dari mereka. Gimana, Eomma setuju?" Tanya Hanjae yang membuat kedua orangtuanya terkekeh renyah.

Kemudian Kang Minji mengusap surai hitam pekat milik Hanjae, lalu tersenyum manis. "Kamu anak baik, Nak. Hanjae nggak perlu punya kaki yang panjang supaya bisa lari lebih cepat. Karena kamu sudah punya hati yang baik, suatu hari nanti, kamu bakal mengerti."

"Benar? Kalau gitu, Hanjae mau punya hati yang baik aja, deh. Hehe." Gigi susu yang tidak rapi itu terlihat jelas karena Hanjae tersenyum lebar. Dan sebuah lubang kecil di pipinya timbul kala Ia tertawa.

🍉🍓🍒

"Ya! Kang Hanjae!"

Pekikkan melengking itu menyapa indera pendengaran Kang Hanjae. Tapi, tidak membuat pria itu membuka matanya. Alih-alih terbangun, Ia justru menarik selimut tebal dengan warna putih untuk menutupi tubuhnya secara keseluruhan.

Jung Minhwa menarik nafas dalam-dalam. Kemudian menarik selimut yang menutupi wajah Hanjae, "Bangun sekarang, dasar bedebah!"

        "Tsk, Minhwa! Apa-apaan," Ucap Hanjae pada akhirnya. Kesal karena Minhwa berhasil merusak mimpinya yang merupakan masa lalu bersama kedua orangtuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Same WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang