empat(4)

9 0 0
                                    

Author's POV
Mata Jeje menyipit saat matahari pagi terbit. Jeje segera bangun dari tidurnya dan mengusap usap matanya. Jika remaja lain diluar sana akan mengumpat karena malas pergi ke sekolah,Jeje tidak mengumpat sama sekali. Dilirik-nya jam di dinkding kamar.
05:30
"Masih jam segini sudah terang banget ya," setelah mengucapkan kalimat itu,Jeje langsung bergegas mandi,memakai seragam,sarapan,menonton tv sejenak,dan berangkat.

Jeje mengendarai mobil Toyota Fortuner yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa olehnya,tanpa supir. Dia menyusuri jalanan ibu kota ,sambil sesekali mengumpat bila ada yang mendahului.

"Hidup itu warna-warni. Hidup juga seperti roda,berputar,kadang kita diatas kadang kita dibawah."
Suara radio mobil Jeje yang disimak baik baik oleh Jeje sebelum dia mengatakan,
"Bohong banget. Buktinya hidup gue gak berwarna,hidup gue juga datar-datar aja tuh."

"Jangan berfikir dirimu adalah orang yang begitu berbeda daripada orang lain. Seolah memang kau orang yang paling tersakiti dan seolah sakit yang kau rasakan itu begitu berbeda dari sakit yang dirasakan orang lain. Lalu kau merasa begitu hebat karena bisa menghadapi masalahmu,sakit hatimu,lalu? Kau menceritakan kepada setiap orang  yang kau temui --atau mungkin pada dirimu sendiri-- bagaimana pedihnya hidupmu. Maaf,tapi jika begitu,kau bukanlah orang hebat yang bisa mengatasi masalah mu,karena pada dasarnya masalah mu itu masih ada pada dirimu,kau belum bisa melupakannya dan membiarkan masalah itu berlalu"

Jeje mendengus,lalu membuka perkataanya "gue emang bisa ngadepin semua masalah yang ada dihidup gue. SE-MU-A!" Kembali mendengarkan kalimat selanjutnya yang akan dituturkan oleh penyiar radio itu.

"Sayangku,berhenti menjadi munafik. Kau terluka. Kau perlu tau bahwa kau terluka,dan kah harus mengerti bahwa kau sendiri yang membuat dirimu terluka. Memang benar kau terluka. Tapi berhenti lah menganggap dirimu yang paling terluka." Jeje hampir kehabisan jawaban,sebelum penyiar melanjutkan kalimatnya lagi, "mengapa harus memaksakan dirimu menjadi bintang yang redup disaat kenyataannya kau bisa menjadi bintang yang bahkan paling bersinar?" Click!

Jeje mematikan siaran radio itu dalam sedetik. Dia benar benar merasa seolah kalimat-kalimat itu memang ditujukan padanya.

"Oke. Hari ini gue gak usah masuk sekolah."

Jeje memarkirkan mobilnya didepan sebuah villa mini milik keluarganya. Dia butuh menenangkan diri.
.
Next??



Hai guys! Lama gak ketemu!! Judulnya aku ganti gapapa ya:)
Hope y'all like it!
Love,
-wutever

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(bukan)Bintang Paling RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang