The Past

49 7 0
                                    

Zamora memijat pelipisnya, peluh diwajahnya sudah tidak bisa ia sembunyikan. Secangkir kopi hitam yang sejak tadi menemaninya telah habis dari sepuluh menit yang lalu. Mata Hazelnya menatap jengah laptop dihadapannya.
Entahlah rasanya sejak satu jam yang lalu otaknya tidak bisa diajak kompromi. Zamora menghela napasnya menyerah. Otaknya butuh refreshing.

Zamora menatap ruangan berukuran 3x3 meter yang tampak sempit karena diisi oleh empat meja berukuran sedang penuh barang-barang khas perkantoran. Ruangan itu tampak sempit karena diisi oleh rak-rak berukuran sedang berisi File Shop Drawing. Ditambah penghuni meja-meja itu membuat kesan sempit sangat terasa disana.

Zamora benci keramaian. Ditambah ia bukan orang yang mudah beradaptasi, padahal sudah 3 bulan Zamora bekerja sama dengan 3 orang yang kini sedang terlihat pusing dengan gambarnya.

“Duh gila ya, gambar gua udah tiga kali direvisi.” Ucap Lelaki bernama Vero dengan raut wajah frustasi.

“Lo pikir cuma lo doang. Gua juga nih, padahal gambar gua kan udah perfect." Sahut Lelaki disebelahnya dengan wajah tak kalah frustasi.

“Duh Vero, Nando bisa ga sih ga berisik. Gua udah pusing banget nih gambar ga kelar-kelar.“ Kata Perempuan bernama Savira yang mejanya bersebelahan dengan Zamora.

Zamora menatap rekan-rekannya yang tak kalah pusing dengannya. Zamora hanya mendengarkan tanpa berniat bergabung dengan obrolan mereka. Meski sesekali ia membuka suara ketika ditanya soal pendapat.

   🍃🍃🍃

Suasana pagi ini tampak sangat tidak bersahabat. Gemuruh halilintar terus berbunyi disambut derasnya air hujan. Gadis kecil bermata hazel itu menatap takut kearah jendela.

“Mama mora takut. Kalo Mora takut Mora jadi laper. Mora mau makan Ma..” Rengek Zamora kecil.

Perempuan paruh baya yang dipanggil Mama itupun terkekeh, jemarinya membelai lembut pipi Zamora kecil.

“Emangnya Mora mau makan apa?"Tanya Dewi, Mama Zamora.

Zamora kecil tampak berpikir. Lalu, tersenyum senang.

“Mora mau roti bakar pakai cokelat yang bany-"

“Mama, Rey juga mau!”

Dewi terkekeh melihat tingkah kedua anaknya. Lalu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya disusul tawa riang kedua anaknya.

“Lagi ngapain sih, kok Papa ga diajak.” Ujar Gavin, Papa Zamora.

“Mama mau bikin roti bakar yang cokelatnya banyak banget..” Kata Zamora kecil sambil tersenyum senang.

“Wah, Papa ga di kasih nih?"
Zamora kecil bertatapan dengan Reynaldi kecil dan Mamanya sambil tersenyum jahil. Mereka semua kompak menggeleng, membuat sang Papa mengecurutkan bibirnya.

“Berani ya kalian.” Kata Papanya sambil memeluk keluarga kecilnya yang kini tertawa bahagia.

🍃🍃🍃

Zamora mengatur deru napasnya yang tidak beraturan. Tanpa sadar cairan bening kini tengah mengalir bebas dipipinya. Zamora benci tidur, Zamora benci ketika kenangan itu hadir di mimpinya.

Zamora meraih gelas diatas nakas. Ia meneguk cairan bening yang kini membasahi kerongkongannya.
Baik Zamora menyerah. Jujur ia ingin sekali kembali mengistirahatkan tubuhnya, namun Zamora benci akan mimpinya. Zamora benci ketika dia harus mengingat kembali lukanya.

Zamora berjalan kearah taman dibelakang rumahnya. Jemarinya asik mengscroll benda berbentuk bersegi panjang yang kini menjadi satu-satunya teman bagi Zamora.

“Non, tumben udah bangun. Mau bibi buatin susu?" Tanya Bi Mira yang kini sudah berdiri disamping Zamora.

Zamora tersenyum, lalu menggeleng. Namun, wajahnya masih datar. Ia bukan gadis yang pandai berekspresi.
Bi Mira mengangguk lalu berjalan kearah dapur.

“Sepadaaa…” Teriak gadis berrambut ombre yang kini berjalan kearah Zamora.
Zamora menatap jengah gadis berrambut ombre yang kini sudah duduk disampingnya.

“Mora, ya ampun lo udah gede ya ternyata haha. Ngomong-ngomong lo ga kangen sama Sepupu lo yang satu ini gitu? Gua bela-belain ke Indonesia demi lo loh.."

Gadis berrambut ombre itu mengecurutkan bibirnya membuat kesan imut diwajahnya.
Zamora memutar bola matanya malas. Sepupunya tak pernah berubah.

“Apa faedahnya kalo gua kangen sama lo? " Tanya Zamora masih dengan wajah datarnya.

“Emang ya dari dulu lo ga pernah berubah.Masih jadi Putri Salju. Mau sampai kapan si Ra?"

Putri Salju adalah julukan untuk Zamora yang selalu bersikap dingin seperti salju. Entahlah kurang lebih seperti itu menurut Celine.

“Please Cel, lo tau kan topik pembicaraan kaya gini yang paling gua hindari.” Kata Zamora memelas.

Celine mengerti luka yang dialami sepupunya, namun Celine tak akan pernah rela jika Zamora terlalu larut bersama lukanya. Celine tak pernah sudi sepupunya hidup berdampingan dengan dendamnya.

“Eh, liburan lo gini-gini aja? Ga asik banget sih hidup lo. Mending ikut gua yuk! Dan gua maksa!" Kata Celine sembari menarik sepupunya secara paksa untuk pergi bersamanya.

🍃🍃🍃

Zamora menatap jengah tempat perbelanjaan dipusat kota. Dia benci keramaian. Karena, sebanyak apapun jiwa disana, hatinya tetap saja merasa sendiri. Karena, tak akan pernah ada yang peduli dengannya.

Entah sudah berapa lama Zamora tidak menginjak tempat yang kini penuh dengan puluhan manusia dengan wajah gembira. Zamora benci melihat wajah gembira mereka, wajah itu seolah mengejeknya.
Zamora bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia merasakan bahagia.

“Cel, pulang yuk!” Entah sudah berapa kali Zamora mengulang kalimat itu, dan hanya dijawab gelengan kepala oleh Celine.

Dasar Menyebalkan.

Jika bukan karena Celine, pasti dengan senang hati Zamora akan pergi dari sana.

“Lo tau ga, film ini bagus banget. Kemarin gua udah nonton di Amerika tapi baru tayang sekarang di Indonesia, karena gua baik hati dan tidak sombong. Gua rela nemenin lo nonton film ini. Meski gua udah non-"

“Iya iya lagi pula kan gua juga gamau nonton, dan tolong jangan lupakan fakta kalo lo yang maksa gua nonton film ini.” Ucap Zamora yang membuat Celine mengecurutkan bibirnya kesal.

Padahal niat Celine mau merivew film yang ia tonton kemarin pada Zamora. Namun sepertinya sepupunya itu tidak tertarik. Membuat Celine menghela napas panjang.

Baiklah Celine kalah.

Bersambung...

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatuh...
Cuma mau ingetin jadikan Al-Qur'an bacaan utama🍃

Aetaqid Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang