Zamora menatap kearah kamar disebelahnya yang ramai oleh suara cempreng milik Celine yang membuat sakit gendang telinganya. Sejak kedatangannya pagi kemarin Celine memutuskan untuk tinggal dirumahnya selama beberapa hari.
Celine memutuskan melanjutkan cabang usaha Papanya yang ada di Indonesia. Sambil menunggu papanya mendapatkan Apartemen untuknya, Celine memilih tinggal beberapa hari di rumah Zamora.
Baru saja tangan Zamora ingin mengetuk pintu, namun benda persegi panjang yang kini menampilkan nama Pak Hadi Direktur di Perusahan tempatnya bekerja, membuatnya mengalihkan fokus.
“Hallo?” Sapa seseorang disebrang.
“Iya Pak, ada apa?” Tanya Zamora mencoba sopan namun nada suaranya masih terdengar kaku.
“Ra? Sore ini bisa kamu ke kantor sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan.” Pinta Pak Hadi
“Bisa pak.” Jawab Zamora singkat.
“Baiklah saya tunggu diruang rapat jam 4 sore.”
“Iya pak.”
🍃🍃🍃
Zamora duduk disalah satu kursi yang kini berjejer rapih didepan sebuah meja panjang. Ruangan berukuran 5x3 meter ini tampak lebih sempit dari biasanya. Sejak kedatangannya lima menit yang lalu, ia disambut oleh senyum hangat Nando yang duduk disamping kursinya.
Mata hazelnya menatap sekeliling ruangan dengan intens, beberapa kursi sudah terisi dengan beberapa rekan seniornya. Zamora sudah bisa menebak alasan mereka dikumpulkan kemari. Ya pasti tidak akan jauh dengan perusahan yang mendapat project beberapa bulan lalu.
Beberapa rekannya berbicara tentang perkembangan gedung Rumah Sakit yang beberapa minggu lalu berhasil mereka kerjakan. Namun sayangnya, obrolan mereka harus terhenti oleh dehaman seseorang yang kini telah duduk dikursi kebanggaannya.
Zamora mendengarkan dengan bosan isi pembukaan rapat yang baru dimulai sekitar lima belas menit yang lalu. Baru lima belas menit, namun matanya sudah mulai mengantuk. Zamora meneguk segelas cairan bening yang tersedia dihadapannya, berharap cairan itu dapat menghilangkan kantuknya.
Zamora dapat bernapas lega ketika Pak Hadi menyelesaikan sambutannya. Acara inti dimulai, Zamora mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Pak Hadi yang kini menjelaskan project yang akan ia jalani selama 4 bulan kedepan.
Zamora mengangguk mengerti saat Pak Hadi menjelaskan sesuatu padanya. Pak Hadi menyodorkan sebuah kertas berisi laporan petunjuk keadaan medan lapangan terbaru yang menjadi target pembangunan kearah Zamora yang disambut senyum sopan dan datar miliknya.
“Pak Hadi?” Panggil seorang lelaki paruh baya yang kini menjadi pusat perhatian.
“Ya Pak Gani?” Jawab Pak Hadi
“Kapan kami bisa Survey ke lapangan, lagi?”
“2 hari lagi, bagaimana?” Kata Pak Hadi sembari mengedarkan pandangannya kearah seluruh anggota rapat.
Zamora dan beberapa rekan kerjanya mengangguk setuju, dibalas senyum senang Pak Hadi.
🍃🍃🍃
“Baru pulang?” Tanya Reynaldi yang kini menatap kearah Zamora tenang.Tenang, selalu itu yang Zamora rasakan setiap berada di dekat Reynaldi Kakaknya. Reynaldi mengelus puncak kepala Zamora, seperti kebiasaannya saat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aetaqid Because You
SpiritualZamora hidup beriringan dengan dendam, balas dendam adalah tujuan utama hidupnya. Hidup Zamora dulu sangatlah sempurna, hingga hari itu datang. Hari dimana kesempurnaan hanyalah angan belaka dikehidupan selanjutnya. Namun takdir seolah mempermainkan...