Part 2

194 17 2
                                    


Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: OOC, AU, OC(s), Typo

.

.

.

Taiga bisa merasakan jantungnya berdetak kencang ketika orang di depannya menatapnya dengan tajam. Taiga bahkan hanya bisa terpaku di tempatnya duduk berlutut dan melupakan semua pelatihannya dari Tsuki-san.

"Kau bukan perempuan?" tanya pelanggan pertamanya.

"Huh?" Taiga tidak tahu harus menjawab bagaimana.

"Terserahlah." kata pelanggannya sambil mengangkat bahu. "Hey bisakah kau tuangkan sake itu?"

"Ya." Taiga lalu terburu-buru mengambil botol sake diatas meja di depannya dan menuangkan isinya dengan tangan gemetar sampai ada sedikit yang tumpah dan membasahi kimono-nya.

"Hey tenang, memangnya aku pelanggan pertamamu apa?" tanya pelanggannya sambil tertawa.

Taiga bersemu merah mendengar pertanyaan pelanggannya. Meskipun Taiga tahu pelanggannya hanya bercanda tapi tiba-tiba dia merasa gelisah. Apakah dia akan mengganti Taiga dengan geisha yang lebih berpengalaman kalau ini memang pertama kalinya Taiga melayani pelanggan? Dan di lubuk hatinya yang paling dalam, Taiga tidak ingin pelanggan pertamanya ini menggantinya dengan geisha yang lain.

"Y-ya..." jawab Taiga dan memberikan sake yang sudah dituangkannya ke orang di depannya.

"Apa, aku pelanggan pertamamu?" Dia bertanya kembali dengan membelalakkan mata.

Taiga mengangguk dan menundukkan wajahnya.

"Wow jackpot."

Taiga mengangkat wajahnya dan melihat pelanggannya melepaskan katana yang Taiga tidak tahu dia punya.

"A-apakah Tuan seorang samurai?" tanya Taiga dan memperhatikan pelanggannya menaruh katana-nya di lantai di sebelah dia duduk.

"Ya." jawabnya dan kembali meminum sakenya.

Jantung Taiga menjadi semakin berdetak lebih kencang, di depannya adalah seorang samurai. Sesuatu yang menjadi cita-cita Taiga dulu saat masih kecil dan masih sampai sekarang kalau dia tidak terkurung di sini. Taiga mengamati katana sang samurai yang tergeletak indah di sampingnya. Sudah lama sekali sejak Taiga memegang katana asli, terakhir kali adalah ketika gurunya di dojo memperbolehkannya berlatih dengan katana dan bukan pedang kayu.

"Kenapa kau melihat pedangku seperti itu? Kau tidak berencana membunuhku, 'kan?" tanya pelanggannya dan memicingkan mata melihat Taiga.

"T-tentu saja tidak," jawab Taiga tergagap. "Bolehkah... bolehkah saya memegangnya?"

"Ya."

Taiga membelalakkan matanya kaget. "Benarkah?"

"Tentu. Nih," samurai itu lalu mengambil katananya dan memberikannya ke Taiga.

Taiga menerima katana itu dengan tangan gemetar tapi dengan perasaan yang sangat bahagia. Dia menggenggam pegangannya dengan kokoh dan menelurusi mata pedang yang masih berada di sarungnya dengan jari-jarinya.

"Kenapa kau tidak mencoba mengayunkannya?" kata pelanggannya sambil mengamati Taiga dengan geli.

Taiga mengalihkan perhatiannya dari katana di tangannya ke pelanggannya sebelum kembali memandang katana itu. Taiga lalu memegang gagang katana itu dengan kedua tangannya dan memiringkan tubuhnya agar saat dia mengayungkan katana-nya tidak mengenai pelaggannya. Taiga lalu mulai mengayunkan katana itu tanpa membuka sarungnya seperti dulu waktu dia masih belajar di dojo bersama gurunya.

AngelWhere stories live. Discover now