Gadis itu Bernama Dira

35 0 0
                                    

"tak jarang yang terlihat bahagia adalah kebahagian, sesetengah orang bersembunyi rapi di balik kata itu. demi tak terlihat menyedihkan. Benarlah bahwa sebisa apapun kita mengenal orang itu tidak ada yang benar-benar kita fahami dari hidupnya, melainkan ceritanya. Seperti apapun hidup, tetaplah ia memberi ibrah ditiap perjalanan, untuk diri juga orang lain. Tetapalah menjadi peribadi yang menggadingkan kebaikan di alur hidupmu".

-tulisanDira

membaca tulisannya di sebuah postingan instagram, membuatku mengingat sosoknya belasan tahun lalu, persis ketika aku merenung di jendela kamarnya, pagi itu aku sakit dan tak kuat untuk kesekolah, terdengar ambrukan dan teriakan kencang dari balik pintu jendela yang tertutup rapi, beberapa kali di susul jeritan dan isak tangis dari balik tembok putih itu.

Tenang dan tak ada beban??? Yaa, mungkin kalian sedang dalam keadaan tanpa sebuah pencarian, sedangkan disudut sana, tepat didepan pagar yang sudah tua, aku melihatnya, seeorang gadis kecil,yang kini mulai habis masa kecilnya dimakan waktu. Waktu yang membuatnya tidak tenang dan penuh beban mencari siapa dirinya. berkali aku melihat dia seperti gelisah tertekan tak jarang senyumnyapun sepalsu kebanyakan barang-barang buatan china. Benarlah bahwa ada bagian dari hidup seseorang yang menghanyutkannya, entah itu bagian termanis atau terpahit.

Dira, gadis kecil itu bernama Dira, matanya tidak sipit, mungkin sedikit besar, tapi jelas terlihat bola matanya yang hitam dengan arsiran coklat, sosok perempuan yang manis apalagi ketika tersenyum, sosok gadis yang ceria dan juga memikat banyak orang dewasa untuk bisa bermain dengannya, bahkan seakan tidak ada kata sedih terlihat pada dirinya, sungguh dia pintar bersembunyi dibalik adukan guncangan hidupnya.

Sesekali mataku meliriknya dari sebrang pagar, aku melihatnya mencoba menenangkan teman kecilnya yang sesekali menangis, dengan tawa dan candaan. Dia penuh dengan ceria bermain bersama, sungguh pemandangan yang manis, memikat sekat-sekat kegelian hatiku.

Sangat mudah untuk membayangkan sosok Dira kecil yang dulu, tapi sangat sulit untuk mengingat kapan semuanya mulai berubah, ahh sudahlah, mau dicoba berapa kalipun, otak ini tidak bisa menemukan file tentang kapan sosok Dira berubah dan kini sosok gadis kecil yang ceria itu telah sirna, berubah bahkan, menjadi sosok yang seakan penuh dengan putus asa, letih, dan khawatir. Ia yang ceria dan menggemaskan itu telah tumbuh besar mengikuti seleksi alam bersamanya, mengukuh tumbuh menjadi gadis yang pemalu, suka menyendiri dan penuh misteri.

Tawanya yang dulu lepas berubah menjadi sedih, sedih yang selalu menyesakkan dada, wajahnya yang selalu riang telah sirna, hilang dalam kesendiriannya, yang sesekali dihujani air mata. Berawal dari sebuah pertengkaran yang berakhir pada perceraian, semua kebahagiaan Dira hilang ditelan oleh tanggung jawab yang telah mereka abaikan, iyaa, secara tidak langsung mereka sama sama seperti tidak mau bertanggung jawab atas sang gadis kecil Dira.

Lima Belas tahun kurang lebih, sosok Dira kecil seperti benar-benar sudah tidak ada. Broken home tidak hanya merusak hubungan antara suami istri atau hubungan rumah tangga, tapi broken home benar-benar menghancurkan kehidupan setiap individu didalamnya, Dira berada di sana tenggelam, anak dari rumah tangga ayah dan ibunya, yang mana benar-benar telah hancur kehidupannya.

Hidup dalam sebuah pengasingan, asing dengan keadaan lama tapi serasa hampa dan kosong seperti tidak ada apa-apa, entah bagaimana sosoknya begitu dingin sekali, hidupnya selalu sendiri. Terkadang membayangkan berada di tempatnya saja aku takut, bagaimana dia nantinya akan menjadi pribadi yang bisa di lihat. Orang tua macam apa itu saat seharusnya masih banyak canda dan tawa , didikan yang di berikan padanya malah di rusak begitu saja dengan egonya. Senyum yang ku nanti dari wajahnya tiap kali lewat di depan rumah yang terhalang oleh pagar yang di penihi semak itu, aku hanya melihat tatapannya kosong melihatku, pilu rasanya melihatnya seperti itu. seharusnya keluarga dan kerabat-kerabatlah lebih banyak untuk datang membantu dan memberikan kebahagiaan untuknya, bukan malah pergi dan mengasingkan keberadaannya, sungguh gadis kecil yang malang.

Bertahan untuk bisa terus berjalan, tidak berharap untuk bisa banyak berkembang, asalkan memiliki setitik cahaya untuk bisa berjalan dalam hidup kelamnya, mungkin cukup bagi dira kecil waktu itu. Keluarga baru, ahhh, sepertinya ini awal dari kebahagiaan bagi Dira, menemukan tempat yang bisa menghilangkan kesepiannya lalu mengisi kekosongannya, setidaknya hidupnya tidak benar-benar hampa. Namun sekali lagi dirinya di sisihkan, bahkan dilupakan keberadaanya, dia hidup untuk dirinya yang di penuhi perjuangan.

dan ternyata, keluarga barunya dulu sedikit banyaknya tidak berbeda denga sebuah kisah-kisah dalam dongeng. Bukan permasalahan baru atau tidaknya, tapi apakah mereka bisa menerima potongan lain untuk menjadi keluarganya?? berusaha untuk bisa menyatu dengan keluarga yang baru, sekuat dan sekeras apapun, dira sekali lagi hanya menjadi sosok yang terasingi, bahkan orang tuanyapun seakan lupa dengan dirinya.

"aaahhhhhhhhhhh, kenapa harus aku? knp selalu aku? apa salah ku???" teriak dira sambil menangis saat ku tutup lampu belajarku. yah" kami tetangga kamar bagian atas yang ku tempati berdepan dengan kamarnya hanya terpisah oleh pohon mangga yang sudah lebih besar dari rumah kami.

"apa aku tidak boleh bahagia? apa memang hidup seperti ini? untuk apa aku hidup kalo seperti ini terus? apa yang harus aku lakukan tuhan?" rintihnya dalam isak tangis yang ku dengar, sambil memeluk bantalnya dia terus merintih, sungguh gadis yang memilukan. Tak jarang protesnya pada tuhan itu ku dengar dulu waktu duduk di bangku SMA saat malam mulai menggelap dan hewan mulai kembali ke pemukimannya, tak jarang juga tangisannya mengantarku tidur dengan lena.

Penuh dengan tanda tanya, itulah kehidupan yang dijalani Dira dari kecil, hingga kini, Dira kecil sudah tumbuh menjadi dewasa. di mana saat dia SMP aku selalu melihatnya, saat itu aku memakai seragam putih abu-abu, duduk di kelas X Akhir. Tak jarang dia menjadi bulian di sekolahnya. itu membuatnya hidup dengan rasa takut juga penuh beban, sulit untuk berinteraksi atau berteman, hidupnya penuh ketakutan, mungkin disini tuhan mengajarkan, bahwa dira sosok yang spesial, yang tuhan amanahkan besarnya cinta dengan banyaknya sebuah cobaan.

Inilah hebatnya tuhan, menciptakan sebuah makhluk dari banyaknya makhluk, yang bisa menutupi sedih dengan sebuah tawa juga membungkus bahagia dengan air mata. Walau harus hidup dengan kepura-puraan, Dira tetap tegar, seolah sudah biasa padahal sampai kapanpun dia tidak akan terbiasa, karena jauh dari lubuk hatinya, Dira masih ingin untuk bisa bahagia, kembali menjadi biasa seperti dahulu kala, seperti dahulu ketika rumahnya terhias oleh banyaknya kegembiraan dan kasih sayang.

Namun hidupnya kini dalam kegelisahan juga beban hidup, penuh dengan tanda tanya dan beribu-ribu pertanyaan pada sang tuhan, hidup yang hanya terus dalam sebuah pencarian, pencarian dari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung ada jawabannya, itulah hidup sosok seorang dira, masih mencari dan terus mencari, berharap ada sosok yang bisa memberikan jawaban dari beberapa pertanyaannya atau setidaknya ada sosok yang mau membantu untuk bisa menyelesaikan pertanyaan dalam kehidupannya

Mungkin ini salah kita, harusnya kita juga seperti Dira, karena manusia slalu hidup dalam pencarian, pencarian apa sebenarnya makna dari kehidupan dan seharusnya kita sadar, manusia tidak bisa hidup sendirian, lalu kenapa malah kita mengasingkan, kita tidak punya hak untuk membanding-bandingkan, karena pada hakikatnya tuhan menciptakan semua manusia sama, tidak membeda-bedakan antara sikaya juga simiskin, sicantik juga sibiasa saja, sihitam ataupun putih, semua manusia sama, diciptakan dengan penuh kemuliaan, lalu apa hak kita membeda-bedakan.

Walau sampai saat ini Dira masih mencari dan belum terlepas dari pencariaannya, tapi setidaknya lambat laun dira akan sadar, pada hakikatnya dia hanya terbelenggu oleh batasan yang dirinya buat sendiri untuk sendiri, sehingga yang harus dicari adalah kunci untuk bisa terbebas dan sadar sampai suatu saat nanti tidak ada kepalsuan disenyumnya, seraya berkata "ternyata aku bahagia dan hidup penuh cinta slama ini".

Hingga Dira menemukannya, beberapa waktu saat Dira pulang dari perantauan mencari ilmu. "Dia sungguh tangguh, membesarkan teman kecilnya dan mengemas kembali kisahnya yang dituang dengan kasih dan sayang yang di beri pada teman kecilnya, sungguh dia bagai dua sosok ayah dan ibu. yang tangannya lincah merawat teman kecilnya. berdecak kekagumanku namun tak henti syukur ku ucap karenanya aku belajar menjadi memahami arti hidup. bahwa sekeras apapun masalah yang mendatang jangan kembali untuk mengulangnya melainkan menata dengan baik cara mengatasinya dan hadapi dengan lapang dada" ucap Dira dalam hati, seraya bersyukur pada sang tuhan yang maha kuasa.

Masih MencariWhere stories live. Discover now