Entah Kapan

30 1 0
                                    

Semua mulai terasa hampa, tidak berpenghuni padahal, tapi sesak rasanya didada ini, layaknya berdiri ditengah keramaian sebuah bus antar kota, jangankan untuk menghapus sebuah keringat, menghembuskan juga menghirup nafaspun sekuat tenaga harus dikeluarkan, sebuah masa yang aku sendiri tidak tau apa namanya, serasa ada baut yang lepas dalam diri ini sampai akhirnya diri ini mulai berhenti bergerak.

Yaaa, mungkin ini efek dari sebuah pemikiran yang tak selaras dengan perasaan, ketika otak berbenturang dengan hati, kalian tahu, betapa penatnya hidup dalam rutinitas, seolah diri ini hanyalah sebuah jasad tanpa perasaan, bergerak karena sebuah jadwal yang sudah ditentukan, yaa walaupun semua ada minus plusnya, tapi apa dayalah sosok manusia ini, berhenti dianggap mati, bergerak hanya untuk bsa berarti, berarti buat orang lain bukan untuk diri sendiri.

Inilah anehnya manusia, ketika mereka terikat oleh rutinitas yang sama, tapi mengingankan hasil yang berbeda pada setiap harinya, mungkin dari sinilah seorang inovatif yang berani menjalankan pemikirannya lebih berkembang daripada mereka yang hanya terpaku dan menjadi pecundang, walau aku sadari, yaa aku adalah salah satu dari mereka sang pecundang.

Kalian tahu, kenapa sebagus-bagusnya barang kw, dia tidak memiliki harga yang tinggi??, karena mereka tidak mempunyai jati diri, hanya bisa menjadi orang lain, sebaik-baiknya peniru, mereka tetaplah peniru, bukan penggagas, tapi setidaknya sang peniru berani untuk berkembang daripada hanya bisa diam dan diabaikan.

Tiga tahun sudah aku hidup diperantawan, mencari bekal untuk bisa menjadi orang ketika pulang. Aku tidak tahu apakah kelak aku bisa menjadi orang??? krn pada dasarnya, sampai saat ini aku masih terjebak dalam lingkaran rutin sebuah jadwal, bahkan masih menjadikan seseorang sebagai gambaran kedepan.

Hidup seperti ini memang kadang membosankan, walau sedikit banyaknya ada kemajuan yang bisa didapatkan, karena seseorang tidak begitu saja berada diatas, melainkan harus memulai perjalanannya dari bawah, terkadang baik buruknya hidup ini, bisa dilihat dari sebarapa baik kita menanggapi suatu keadaan.

"Zzzz...Zzzzz...Zzzzz" getar gadgetku yang ketika itu tepat berada diatas meja belajar, satu notif permintaan pertemanan, "Dira" ya nama yang serasanya tidak asing bagiku, tapi entah dimana, serasa pernah mendengar nama tersebut, sambil ku buka profile fb nya, tidak ku temukan satu fhotopun dari dirinya yang bisa mengatakan "ouhh ternyata dirinya..." karena yang kulihatnya hanya sosok yang memasang fhoto berangel dari bagian belakang.

Serasa dejaVu, what ever itu, aku bukan tipe laki2 yang memilih-milih untuk berteman, mungkin ada sedikit memori dikepala ini tentang gadis bernama dira, yang sudah lama tertimbun dan harus mulai diangkat kembali untuk mengingatnya, pertemanan baru tapi serasa orang lama yang datang menghampiri.

Entah kapan dan dimana, sosok dira menjadi sosok misterius bagi diri ini, sampai panggilan itu muncul dari sebuah pesan kecil yg berisikan "haii Am, do you remember me?", singkat tapi bermakna, seolah menarik kembali diri ini kefase 15 tahun yang lalu, yaa dimana ada seorang gadis kecil, yang akrab memanggilku dengan nama Am.

Disudut kamar, sambil menghadap kejendela kamar, terlihat seakan ada sosok dua bocah kecil disebrang sana, anak laki-laki yang berjalan menghampiri seorang gadis kecil, yang duduk tepat didepan rumahnya, merenung, kesepian dan penuh dengan harap bisa terbebas dari kesendirian yang terus menyelimutinya.

iyaa, ternyata sosok itu adalah dia, dira sang gadis kecil yang dibalut dengan selendang kesepian, tak pernah lepas dari kacamata kesedihan juga sebuah senyum palsu yang senantiasa menghiasi dirinya. Terasa seperti bernostalgia sesaat, seakan hidup berteman DeJavu, belum terjadi, tapi serasa sudah pernah dilewati.

Entah sejak kapan, ketika kami benar-benar dekat, sedekat nadi, lalu tiba-tiba jauh terpisah bagaikan langit dan bumi, mungkin ini adalah fase sebuah pengulangan adegan yang dulu pernah terjadi, tapi dengan sedikit perubahan dalam latar dan masa yang dimainkan. Ketika dahulu semua dimulai dari kata "Heii am" dari sang gadis kecil itu dan sekarangpun dimulai dengan kata "Heii am" dari gadis kecil yang sudah tumbuh  menjadi dewasa dan sangat mandiri, walau rapuh pada hakikatnya.

Entah sejak kapan, rasa bersalah ini tiba-tiba muncul, diri ini yang berkata 

"tidak usah memaksakan, kalo ingin menangis, maka menangislah, untuk apa berpura-pura tersenyum, kalo akhirnya menangis juga, sudah keluarkan semuanya, dari sekarang kamu ngga akan sendiri menahan beban yang ada, kamu boleh membaginya pada diri ini, karena sampai kedepannya nanti aku akan ada untuk menjadi solusi dari masalah-masalah mu".

dengan tiba-tiba aku menghilang, pergi keperantauan benua seberang, datang tak bersalam pergipun tak mengucapkan kata pamit, serasa ditegur keras dengan kata singkat sapaan, yah mungkin ini teguran dan siaran ulang dari sebuah perputaran kehidupan, entah kapan diri ini serasa punya tanggung jawab atas dirinya dan entah kapan tanggung jawab ini benar-benar bisa dipenuhi dan menjadi kenyataan.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Masih MencariWhere stories live. Discover now