"Perusahaan papa yang di Seoul bangkrut" Dengan wajah lesunya Papa Chanyeol duduk dimeja makan sambil terus menatap hpnya untuk memantau perusahaan nya yang ada di Seoul."Itu pasti karna Pak Shin yang tidak becus dalam menangani hal-hal mengenai perusahaan" Ujar mama Irene dan diangguki oleh papa.
"Jadi gimana, Pa? Kita perlu pulang kampung ke Seoul?"
"What? Jihoon, lo ada-ada aja." Sheila menatap tajam kakaknya yang lahir 2 tahun lebih dulu daripada dia.
"Nyet, gw kakak lo." Jihoon yang ingin dihormati oleh adik satu-satunya itu langsung nampol kepala adiknya pakai sendok yang ia pegang. Yang ditampol hanya bisa misuh dalem hati karna takut namanya dicoret dari kartu keluarga karna nge sleding pala kakak kandungnya sendiri hingga mati.
"Seperti kata Jihoon, kita harus pindah ke Seoul. Nanti papa akan kesana dan tinggal beberapa hari untuk ngurus kependudukan kita disana."
Ha? Pindah lagi? Perasaan kek baru kemaren kita pindah ke Jakarta, sekarang mau pindah lagi ke Seoul?!
"Ga Ga Ga! Adek gamau pindah lagi. Capek pa, Sheila harus terus-terusan belajar bahasa baru dan berusaha berbaur sama temen-temen. Jihoon mah enak, udah kerja diperusahaan papa, tiap pindah, dia juga ikutan pindah secarakan dia sekertaris papa" Sheila memberhentikan kegiatan makannya lalu mengomel kepada Papanya yang punya niatan mau pindahan lagi.
"Mama kira adek pengen banget pulang kampung ke Seoul buat ketemu oppa-oppa mu itu?" Ujar mama lalu diangguki papa dan Jihoon.
"adek mau nya pulang kampung doang ma, beberapa hari atau minggu aja. Trus balik lagi ke Jakarta. Bukan pindahan" Sheila mengerucutkan bibirnya dan membuat wajah yang sengaja diimutkan agar papa nya luluh dan berubah pikiran untuk pindah.
"Gini aja, setiap oppa-oppa yang kamu suka itu ada konser, bilang aj ke papa. Papa langsung beliin tiket VIP yang bisa ke backstage kalo kamu mau pindahan" Papa senyum penuh makna ke Sheila.
"Ih papa mah ngancemnya pake tiket konser" Sheila yang awalnya cemberut langsung senyum malu sambil nunduk.
"Bilang aja lo mau, pret. Susah amat" ini Jihoon ya yang bilang, bukan mama ataupun papa.
"Iyadeh iya. Janji ya pa?" Dengan segara Sheila mengulurkan jari kelingkingnya ke papa dan tentu papa mengaitkan jari kelingkingnya, sebagai tanda bahwa ia berjanji kepada anak bungsunya itu.
Mama cuma geleng-geleng kepala ngeliat anak bungsunya yang ga pernah kebal dengan bujukan papanya.
---
Hari ini adalah hari pindahan keluarga Park ke Seoul. Papa sudah memberi kabar bahwa disana ia sudah membeli rumah baru dan beberapa perlengkapan. Mama, Jihoon, dan Sheila hanya perlu mengepak barang-barang penting yng akn dibawa ke Seoul.
Untuk furniture, Mama sudah punya orang yang dipercayai jadi mama maupun papa sudah tidak terlalu pusing mengenai furniture.
"Mama, ini meja belajar dikamar adek dibawa ya" Sheila menghampiri mama yang sedang duduk ngatur pakaian kedalam koper.
"Lah? Papa kan udah beliin meja belajar baru disana, pakai yang baru aja kali, dek"
"Yah ma, yang ini aja, udah skalian ama tempat make up adek, yang baru dibeli papa mah kepisah meja make up nya" Sheila merengek disamping mama.
"kalo mau dibawa lagi meja belajar yang ini, ntar kalo kita balik ke Jakarta, lo mau pake meja apa? Bagus tuh papa beliin meja belajar disana, gw aja yang ga dibeliin meja belajar b aja" Sewot Jihoon yang tidak sengaja mendengar Sheila merengek.
"Tuh, denger kakak kamu, papa cuma mau perbaikin perusahaan nya di Seoul, trus balik lagi ke Jakarta. Ga tinggal selamanya kok disana, paling 5 tahunan" Mama ngusap kepala Sheila trus lanjut packingan.
"Hm, yaudah" Dengan perasaan kecewa, Sheila balik lagi ke kamarnya dan lanjut packingan juga.
---
Akhirnya Sheila, Mama, dan Jihoon sampai di bandara Incheon setelah transit sekali di Singapur. Dibandara juga udah dijemput sama bawahan papa di kantor, jadi Mama, Sheila, dan Jihoon tinggal buka pintu, trus duduk, trus nikmatin perjalanan ke rumah barunya.
Awalnya papa mau beli apartemen, tapi Sheila takut ketinggian dan jatohnya malah beli rumah lagi di Seoul.
Pas udah nyampe dirumah, furniture juga udah nyampe, untungnya papa juga udah nyari orang-orang yang bisa dipercayain buat kebersihan rumah, jadi ya furniture yang baru datang itu nanti tinggal diurusin sama mereka.
"Pa, kamar adek dimana?" tanya Sheila ke papa yang lagi nyambut mereka diruang tamu.
"Dilantai dua, pintu warna putih gading, ada tulisan namanya kok di pintunya."
"Ok Pa."
Segera Sheila naik ke lantai dua buat ngeliat kamar barunya.
Setelah sampai didepan pintu berwarna putih gading yang ada tulisan nama 'Sheila Park' Sheila langsung ngebuka pintunya.Kamar Sheila lumayan besar, ada toilet, ada satu kasur ukuran Queen Size, dengan lemari yang lumayan besar. Disamping lemari ada meja rias. Dan tepat didepan jendela, disitu lah meja belajarnya ditaruh. /gw ga dpt gambarnya, jadi bayangin aja yow hoho/
"Ini papa mabok apa? Sampe naruh meja belajar dideket jendela gini, gatau apa kalo siang tuh pa-"
"...nas" Kalimat Sheila tadi sempat terhenti karna melihat sesuatu dari jendelanya. Tetapi sebelum melanjutkan kalimat nya lagi, Sheila menarik nafas panjang dan --
"GILA ITU COWO SIAPA KOK GANTENG?!!"
Aggghhh kiyowonya masdep aqoeh😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
TeTaNgGa -hhj [+sequel]
Fanfiction[✔ | END] [Sequel | On Going] "Udahlah gosah terlalu pusing mikirin jodoh lo dimana. Ikan dilaut, sayur dikebun aja ketemunya di warung makan" -Sheila 2k18 Sequel -- Berkisah tentang sebuah Keluarga kurang waras yang berisikan 1 pupu, 1 mumu, dan 4...