"Hi, my name is Jessica Walker. Aku dari jurusan Seni," ujar Jessica saat diminta memperkenalkan diri oleh seniornya. Dia baru saja resmi bergabung dengan klub Fotografi di kampus. Gadis berambut coklat itu membetulkan letak kacamata bulatnya, lalu menundukkan kepala.
"Hi, Jessica," beberapa orang membalasnya.
"Okay. Sekarang duduklah di sebelah Gary," perintah Sang Senior, Lucy Fawler, yang merupakan mahasiswi jurusan Matematika, sambil menunjuk seorang laki-laki berkemeja biru di pojok ruangan. Dia melanjutkan penjelasannya setelah Jessica duduk mantap. "Jessica belum tahu apa-apa tentang fotografi, jadi aku minta kalian mengajarinya."
Para anggota klub yang sejak setengah jam lalu duduk melingkar, kini mengangguk-angguk.
"Sekian rapat hari ini. Jangan lupa teruskan hunting spot-spot bagus," Lucy bertepuk tangan memberi semangat.
Gary menegakkan tubuhnya dan mengajak Jessica bersalaman. "Gary," katanya.
"Jessica," sahut Jessica seraya tersenyum.
"Nice to meet you, Jessica. Kau di asrama mana?"
"Aku baru akan ke Ruang Administrasi untuk mengurusnya. Tadi aku langsung ke sini karena tidak ingin terlambat," jawab Jessica sambil melirik sebuah koper besar yang teronggok di sebelah pintu ruang klub, menandakan bahwa dia betul-betul berkata jujur tentang situasinya.
"Oh? Kau pasti suka sekali fotografi ya," Gary tersenyum. Mata biru langitnya bersinar karena bersemangat. Lesung pipinya terlihat jelas, membuat senyumannya bertambah cerah.
Jessica mengangkat bahu. "Ya, aku suka melihat foto-foto bagus dan ingin tahu bagaimana para fotografer bisa mengambil gambar yang begitu menakjubkan."
Gary terdiam memandangi cara Jessica berbicara. Dan dia mengaguminya.
Jessica Walker memang sangat cantik. Rambut panjang indahnya dibiarkan tergerai untuk menutupi leher jenjangnya. Kedua mata hazel-nya tersembunyi di balik kacamata bulat yang sama sekali tidak cocok dengan bentuk wajahnya. Dan suaranya lembut bagai kapas.
Gary terpesona oleh kulit mulus Jessica. Di usia akhir belasan seperti mereka, Jessica bersih dari jerawat.
"Kalau begitu aku pergi dulu," kata Jessica, membuyarkan lamunan Gary.
"Oh, yeah. Sampai ketemu lagi," salam pria jangkung itu sebelum mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya, merasa bingung karena baru saja mengagumi seorang gadis.
***
Jessica berjalan ke taman kampus untuk mencari petunjuk arah ke Ruang Administrasi. Dengan tekad kuat, gadis itu telah meninggalkan masa lalunya di senior highschool. Dia berhasil meyakinkan orang tuanya bahwa semua akan baik-baik saja selama dia tidak menonjolkan diri.
Jessica diizinkan oleh orang tuanya tinggal di asrama agar lebih berkonsentrasi belajar dan juga memulai kehidupan baru, tentu dengan teman-teman baru.
Semasa sekolah dulu, Jessica termasuk salah satu gadis populer. Dia adalah anggota cheerleader dan memiliki kekasih seorang pemain basket di sekolah. Sekarang di kampus, dengan orang-orang baru, tak ada yang tahu alasan Jessica Walker sampai nekad pindah kota dan mengubur masa lalunya.
Tibalah Jessica di depan pintu Ruang Administrasi. Diketuknya daun pintu kayu itu sebanyak 3 kali. Setelah mendengar sahutan dari dalam, dia memutar gagang pintu. "Excuse me, Sir," sapanya sopan.
"Yes. Can I help you?" tanya seorang pria berkemeja rapi yang duduk di belakang meja kerja. Berkas-berkas berserakan di atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates With O'Brien (PINDAH LAPAK)
Romance[TAMAT] 18+ Di bawah 18 tahun disarankan jangan baca. Pilihlah bacaan yang sesuai usia. Follow dulu sebelum baca yah. +++++++++++ Jessica Walker meninggalkan kehidupan high-profile dan baru saja masuk kuliah setelah 3 bulan menganggur dikarenakan in...