~ Chapter 3 - The Other O'Brien ~

37.4K 1K 19
                                    

Refleks, Jessica mendorong keras dada Alex hingga pria itu terjatuh ke belakang. Dia pun menggosok bibirnya kasar. "Apa-apaan kau?!" serunya galak. Kedua matanya melotot tajam kepada Alex.

Alex mengaduh dan mengelus bokong telanjangnya. "Kau tak tahu ini asetku yang berharga?" Pria itu mengerang.

"Kau sudah punya pacar!"

Alex bangkit berdiri. "Well, pertama, dia bukan pacarku. Kedua, aku bahkan sudah lupa namanya. Ketiga, doronganmu cukup keras untuk ukuran gadis sepertimu," balasnya. Tentu saja dia merasa terhina ada wanita yang menolaknya karena para wanita menginginkan ciuman dari seorang Alex O'Brien yang terkenal sebagai penakluk wanita.

Memiliki wajah tampan dengan rahang tegas, hidung mancung, bibir seksi dan begitu menggiurkan, bentuk badan tinggi besar proporsional hasil latihan selama ini, belum lagi dia adalah seorang pemain football di kampus. Itulah mengapa para mahasiswi menggilainya.

Namun, tidak bagi Jessica. Gadis itu telah meninggalkan semua yang berhubungan dengan popularitas. Tidak mengherankan melihat seorang cheerleader berpacaran dengan atlet kampus. Dulu Jessica telah mengalami hal itu dan mendapatkan perlakuan istimewa di kalangan murid seangkatannya. Dengan laki-laki pemain basket di belakangnya, Jessica merasa superior.

Sekarang Jessica hanya menginginkan hidup sebagai mahasiswi normal yang mengambil jurusan normal, dan bergaul dengan orang-orang normal. Pria super tampan seperti Alex tentu saja sangat populer dan harus dijauhinya.

Dan Jessica agak tidak terima bila harus berbagi kamar dengan Alex. Tetapi apa mau dikata, staf Administrasi bilang tak ada yang mau sekamar dengannya. Awalnya, para wanita mengincar tempat kosong di kamar itu, tapi setelah beberapa hari mereka sendiri yang minta pindah karena Alex mempermainkan mereka.

Wanita mana yang mau menonton pria yang disukainya membawa masuk wanita lain untuk ditiduri?

Alex O'Brien sudah seperti maniak seks.

"Sorry," ucap Jessica singkat.

"Kau belum pernah melakukannya?" tanya Alex.

Jessica heran dan merasa malu. Bisa-bisanya pria itu menanyakan hal yang sangat pribadi kepada wanita. Apalagi mereka baru kenal. Gadis itu diam saja.

"Come on. Pasti kau pernah bermesraan dengan pacarmu. Ataukah kau belum pernah berpacaran?"

Terpancing emosi, Jessica menjawab, "Tentu saja sudah!"

Alex tertawa renyah. "Tentu saja kau pernah. Kau cantik," pujinya tulus. Dia tahu perempuan cantik seperti Jessica pasti punya kekasih. Entah itu kekasih sungguhan ataupun untuk main-main.

Jessica bingung sendiri. Dipuji oleh pria tampan membuatnya bertambah malu. Apalagi pria itu tak terbungkus kain.

"Oh shit! Besok aku ada kuis!" Alex mencengkeram kepalanya. Segeralah dia mengeluarkan buku-bukunya dari dalam ransel, lalu duduk di kursi belajar.

Melihat Alex langsung berkonsentrasi, Jessica bertambah heran. Biasanya orang seperti Alex tidak mau peduli dengan nilai kuis ataupun ujian. Mereka hanya ingin bersenang-senang karena jauh dari orang tua. Namun, Alex menunjukkan kesungguhannya. "Kau mengambil jurusan apa?" tanya Jessica.

"Fisika," jawab Alex singkat tanpa menoleh. "Kau?"

"Seni."

Alex akhirnya menatap Jessica. "Yang benar saja," candanya.

Jessica mengangguk.

"Orang sepertimu? Aku bertaruh kau bahkan tidak bisa menggambar!"

"Memang tidak bisa."

Tawa Alex memenuhi kamar. Dia menggeleng-geleng. "Kau mengagumkan, Jess," ujarnya.

Jessica menghela napas. "Kau laki-laki mesum. Kau bugil dan sedang belajar untuk kuis besok. Menurutku, kau pun mengagumkan," balasnya.

"Oh, yeah. Aku memang terbiasa seperti ini," Alex kembali terkekeh. "Kurasa kita bisa menjadi teman sekamar yang baik."

"Ya, kurasa juga begitu," Jessica mau tak mau ikut tersenyum.

Tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar. "Excuse me," sapa seorang pria berkacamata. "Alex, bisa kita bicara... Oh! Jessica! Kau di sini!" Pria yang mengenakan kemeja itu terkejut, lalu bertolak pinggang. Dia menatap Alex tajam. "Jangan bilang kau merayunya!"

"Dia teman sekamarku!" protes Alex yang mengenal pria itu.

"Hi, Gary," sapa Jessica.

Alex setengah terkejut. "Kalian saling kenal?" tanyanya.

"Ya, aku baru saja bergabung dengan klub fotografi," terang Jessica. "Kalian berdua..." Dia menunjuk Alex dan Gary secara bergantian.

Gary adalah senior, sedangkan Alex seangkatan dengannya. Jessica bertanya-tanya mengapa mereka berdua terlihat akrab.

"Dia adikku," kata Gary.

"Adik angkat!" jelas Alex. "Kau tidak dapat melihat kemiripan di antara kami."

"Kau menggunakan nama ayahku, bodoh," balas Gary. "Dan mengapa kau telanjang begitu?"

"Kau sungguh tidak mengenalku, bro," sindir Alex.

"Jessica, apa dia merayumu?" tanya Gary.

"Tidak juga," Jessica menggeleng.

"Tidak juga? Benar dugaanku. Mengapa kau selalu begitu, Alex?"

"What? Aku hanya sedikit menggodanya. Dia bahkan tidak terpengaruh," kata Alex.

Sementara para pria adu mulut dan saling protes, Jessica tidak tahu harus bagaimana. Dia hanya menonton perdebatan yang berlangsung cukup lama di depan matanya.

"Mulai sekarang, kau tidak boleh berbicara dengan Jessica tanpa melalui aku," kata Alex akhirnya. Tidak tahu bagaimana keadaan jadi berbalik menyerang Gary.

"What?" Berganti Jessica yang tak habis pikir.

🐝🐝🐝🐝🐝

Bersambung ke Chapter 4!

Minta vote dan comment yah. See you again...

Roommates With O'Brien (PINDAH LAPAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang