Seperti biasa di minggu pagi yang cerah, Yuma sedang mencuci motornya.
Motor butut modifikasi yang benar-benar jelek. Namun ciri khas anak laki-laki yang sedang tumbuh, dia cuek saja.
Bagi dia itu adalah kenang-kenangan semasa praktik dengan kawan-kawannya di SMK dulu.
Padahal ayahnya sudah bilang kepada Yuma, kalau dia ingin motor baru tinggal bilang saja. Apalagi umurnya sudah 17 tahun lebih. Yuma sudah boleh untuk mendapatkan SIM dan motor yang lebih layak. Daripada selalu mencari-cari celah razia polisi.
Namun Yuma tetap menolak dengan berbagai alasan.
Hubungan Yuma dan ayahnya sedikit renggang semenjak, ayahnya cerai dengan ibunya.
Ibunya kini tinggal bersama dengan adik perempuan Yuma, Miyu. Umur mereka terpaut cukup jauh. Sekitar 7 tahun-an.
Miyu sekarang sudah kelas 4 SD. Yuma sering menjenguknya. Untuk menanyakan kabar dan sedikit mengobrol.
Yah. . bagaimanapun mereka tetap kakak beradik.
Walaupun kadang Yuma sedikit auto-focus ke dada Miyu. Sudah ada sedikit tonjolan-tonjolan surgawi, cukup buat meneteskan liur laki-laki tulen yang melihatnya.
Yuma agak gelisah dengan hal tersebut jadi, dia selalu mengawas-awasi Miyu, kalau saja dia dikarungin oleh laki-laki hidung belang.
Dengan tinggi sekitar 135 cm, kulit kuning langsat, rambut panjang dan kaki jenjang. Di tambah gundukan bukit-bukit surgawi, membuat hati terasa doki-doki.
Ingin segera mencangking, membopong atau membungkusnya kedalam kardus.
"Gluk. .", suara ludah yang ditelan oleh Yuma.
Yuma menahan diri untuk tidak menerkam payudara mungil milik adiknya sendiri.
Walaupun dia agak mesum, Yuma tetaplah orang baik yang menahan keinginan bejatnya.
"K-kakak. . .", ucap Miyu pelan, memecah kesunyian.
"I-iya. . ada apa Miyu. .", kata Yuta dengan napas setengah tertahan.
"Bukankah ini waktunya kakak berangkat kerja?", jawab Miyu.
"Ahh, sudah jam segini ya. . ", kata Yuma.
Yuma terperanjat melihat jarum jam di dinding rumah Miyu.
"Gluk. . gluk. . gluk."
Yuma menghabiskan teh buatan Miyu.
"Hm. . terima kasih Miyu, tehnya enak.", puji Yuma kepada adiknya yang sekarang tersipu malu.
"Emph. . ya. Kakak hati-hati di jalan ya. .", jawab Miyu dengan malu-malu.
"Ya. Salam buat ibu nanti. Hati-hati dirumah sendirian." kata Yuma sambil mengelus-elus rambut Miyu.
"Peluk kak. .", rengek Miyu. Manja.
"Heh. . Miyu. .", jawab Yuma kaget.
Dan dengan hitungan detik, Miyu sudah jatuh dipelukan kakaknya.
Yuma mengerti, pasti Miyu takut ditinggal sendiri.
Yuma memeluk adiknya, erat-erat. Dengan tinggi 170 cm, sedikit susah Yuma memeluk Miyu. Lalu Yuma menggangkat tubuh Miyu, sampai benar-benar terbang jatuh kepelukannya.
Tidak lupa dia sedikit menggoyangkan dada Miyu kedadanya. Digosok pelan-pelan jadi Yuma bisa merasakan sensasi gundukan bukit kecil Miyu.
Setelah merasa puas, dengan pelukan semi-panas kakak-adik itu mulai sadar dan kembali ke kehidupan nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Loli/k-ON? Fight Owh!
AvventuraMengisahkan tentang perjuangan seorang pemuda mengarungi bahteranya di lautan gadis-gadis muda.