lay up

51 9 4
                                    

     Hari Rabu. Rabu iya Rabu. Hari dimana ada pelajaran olahraga yang diharuskan siswa siswi melakukan praktek lay up. Rara sebenarnya bisa bermain basket dengan pandai tapi akhir akhir ini ia mudah lelah jadi kali ini Rara akan berusaha semaksimal mungkin agar ia tidak diharuskan mengulang praktek lay up minggu depannya lagi.

     Suara peluit dari Pak Toni mulai menggema dilapangan. Ngosh ngosh ngosh ( suara nafas mereka karena kelelahan setelah berlari mengelilingi lapangan). Selepas melakukan rangkaian gerakan pemanasan seluruh murid di atur untuk berbaris serta menyiapkan diri untuk praktek.

    Praktek kali ini menyangkut bola besar yaitu basket. Karena sekolah Rara terkenal dengan julukan 'Raja dilapangan' maka siswa siswinya harus pintar berolahraga yang salah satunya adalah olahraga mengenai bola besar. Kini sampailah giliran Rara melakukan praktek. Terlebih dahulu ia berdoa agar semua lancar.

     Dia mulai menangkap bola yang dilempar oleh pak Toni kemudian mendrible bola itu mendekati ring dan Rara kemudian meloncat. Yaps. Bola masuk dalam ring. Semua bertepuk tangan riuh termasuk pak Toni.

"Selamat Rara kamu perempuan pertama yang sempurna melakukan Lay up". Ujar pak Toni.

"Makasih pak". Ujar Rara sambil tersenyum.

     Selesai mengucapkan kalimat 'selamat' untuk keberhasilan Rara pak Toni menyelesaikan lagi tugasnya yang sempat tertunda yaitu menilai praktek lay up siswa siswi didiknya. Pak Toni memberikan kebebasan bagi mereka yang sudah dapat melakukan lay up yaitu boleh ke kantin terlebih dahulu.

     Berhubung Ida juga dapat melakukan lay up tadi maka kini Rara dan Ida berjalan beriringan menuju kantin. Sampai di meja kantin mereka duduk sambil bermain hp. Selama 15 menit belum juga mereka memesan makanan hingga suara cacing di perut Rara berbunyi.

"Wih wetengmu luwe?".(wah perutmu lapar?).

"Ho.oh Da, pesen kono. Mie ayam karo es teh".
(Iya Da,pesen sana. Mie ayam sama es teh).

     Kemudian Ida melenggang pergi menuju penjual makanan di kantin mereka. Dia memesan 2 mie ayam dan 2 es teh. Tak lupa Ida meminta untuk penjual yang bernama Mba Sari itu mengantarkan ke meja no.4 sebelah timur. Selama menunggu makanan Ida dan Rara bercanda gurau mengingat waktu mereka bersama hanya tersiksa Kamis dan Jum'at.

     Makanan telah datang dan disajikan didepan mereka. Sesuai permintaan Rara tadi, Ida memesankan mie ayam. Kemudian mereka menyantap dengan lahap. Rara tak menghabiskan mie nya kali ini karena ia sedang merasa kepalanya sedikit pusing. Mungkin akibat ia terlalu tidur larut malam. Tanpa terasa waktu istirahat tiba. Pengunjung mulai berdatangan. Karena Ida tidak terlalu suka keramaian maka Rara mengajak Ida pergi ke kelas.

      Sesampainya dikelas yang mereka bicarakan hanyalah drama korea. Tentang orang orang korea yang manis,putih dan tampan. Tapi berbeda dengan anggapan Dimas. Teman sekelas Rara yang tiba tiba ikut bergabung membicarakan tentang drama korea.
Menutu Dimas, orang korea itu yang cowok cantik cantik dan itu dibantah keras oleh Ida. Hingga akhirnya pertarungan adu mulut antara mereka terjadi. Berhubung Dimas merupakan orang pindahan dari Depok maka Ida berkata dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

"Apasih Dimas, cowo korea tuh keren tampan nggak kayak muka situ".

"Gantengan juga Dimas, ya kan Ran?".

"He'em".

     Rara hanya diam menyaksikan Dimas dan Ida yang sedang mengeluarkan argumen mereka. Hingga tanpa sadar seorang guru memasuki kelas. Guru itu seorang lelaki yang tak lain adalah paman Rara. Guru itu mengajar mata pelajaran 'bahasa indonesia'. Waktu terasa begitu cepat berlalu akhir akhir ini. Hingga tak sadar mereka sudah diperbolehkan pulang.

     Rara pulang dan menuju rumah kakek. Sesampainya dirumah ia berniat menelfon adiknya Dio. Rara merindukan Dio, Dio adalah adik Rara yang saat ini masih kelas 3 smp. Dio sangatlah pintar maka dari itu sekarang ini ia sudah kelas 3 smp padahal seharusnya ia masih kelas 2 smp. Hobby Dio adalah berenang dan membaca komik.

Drt..drt..drt...

"Assalamualaikum Dio sayang".

"Waalaikumsalam wr.wb Rara sayang". Ujar Dio. Oh iya sekedar info Dio tak pernah memanggil Rara kakak kalau mereka sedang berdua. Dio hanya memanggil kakak saat bersama keluarga dan saar saat mendesak.

"Dio di Bandung ngapain?". Tanya Rara.

"Biasa, Rara ngapain? Jadi pulang ngga? Gue kangen".

"Dio jangan pake lo-gue nanti kalo ada yang denger di marahin, kayaknya aku jadi pulang deh". Ujar Rara.

"Yaudahlah syukur kalo jadi mau pulang".

"Dio mau dibeliin oleh-oleh ngga?".

"Boleh?".

"Bolehlah".

"Bawain komik aja".

"Komik terus sih, yang lain aja ya?".

"Komik aja kalau ngga mau yaudah gausah".

"Iya iya aku bawain komik. Hehe yaudah ya Dio. Daah, salam buat kak Ali. Bilang Rara kangen gitu ya".

"Hmm.."

"Assalamualaikum wr.wb"

"Waalaikumsalam wr.wb"

     Sambungan telepon terputus. Rencananya besok kamis Rara akan pergi ke gramed untuk membeli sebuah novel dan dua buah komik untuk kakaknya dan adiknya. Rara sudah belajar mulai hari ini bahwa sebentar lagi ia akan meninggalkan jogja. Tak terasa malam pun tiba dan saat ini Rara sedang diserang rasa kantuk, Rara menuju kamarnya dan kemudian merebahkan badannya dikasur yang tiga tahun terakhir ini ia tiduri. Hingga pada akhirnya Rara terlelap.



*bersambung gaesss.
.
.
.
.
.
.
Vomment ya, jadi readers yang baik dan benar.
Thanks udah mampir ke cerita gaje ini.

                                                                   

•Jungkir Balik Cinta•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang