Firman, Jangan!

411 34 12
                                    

"Ini sudah hampir siang. Aku harus kembali, nenek pasti mencari," kata Firman menutup pembicaraan.

"Baiklah. Terimakasih sudah percayakan aku menjadi teman curhatmu. Kamu tenang saja, selama ada Allah, kita terjaga."

Firman terdiam. Merasa ada getaran hebat di hatinya, namun berusaha menepisnya. Dendam yang telah lama ia simpan terlalu menyakitkan. Ini saat yang tepat.

"Aisyah, bolehkah aku memintamu untuk mendengar curhatanku lagi?"

"Tentu."

"Jam 19.00 malam ini. Bagaimana?"

"Kalau malam aku pasti tidak diizinkan. Bagaimana kalau sore saja?"

"Baiklah. Tak masalah," jawab Firman enteng.

***

Kini sudah menunjukkan pukul 16.00. Ia harus menepati janjinya pada Firman.

"Bun, Aisyah ada janji dengan teman baru yang tadi Aisyah ceritakan."

Tadi sepulang dari taman, Aisyah menceritakan semua yang terjadi pada bundanya. Bundanya sangat senang anaknya mempunyai teman baru. Kini, trauma anaknya sudah mulai memudar. Tapi, ada kerisauan lain dalam hatinya.

"Berdua saja? Tak mau ibu temani?"

"Iya Bun. Dia orang baik, Bunda.  Aisyah yakin itu. Bunda tenang saja ya!"

"Baiklah. Hati-hati sayang. Pulang sebelum adzan maghrib berkumandang ya sayang," perintah Bundanya.

"Iya. Yasudah, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

***

Suasana taman sedikit mencekam. Mungkin karena terlalu sepi. Aisyah setia menunggu Firman. Ingin menjadi teman yang baik. Teman yang mengerti keadaan temannya. Menjadi pendengar dan penasehat yang baik.

Sudah hampir pukul lima sore tapi Firman belum datang juga. Aisyah tetap menanti.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki. Sangat pelan. Nyaris tak terdengar, tapi pendengaran Aisyah terlalu tajam.

Alhamdulillah, Firman datang.

Tiba-tiba...

Kep!

"Emmmmm... emmmmm!!!" Aisyah berontak ketika ada sapu tangan yang membekam mulutnya. Berusaha teriak sekuat yang ia bisa. Kini nafasnya tersengal. Sesak. Dadanya sakit.

Ya Allah, tolong Aisyah.

Gadis itu kini terkulai lemas. Lalu, pingsan.

Firman membawa Aisyah ke pepohonan di sudut taman. Tak ada seorangpun di sana. Itu mempermudah ia membalaskan dendamnya.

"Sekarang, kamu rasakan kesakitanku!"

Firman memegang tangan Aisyah. Dengan senyum licik dan bangga ia terus mendekat ke arah Aisyah. Ia berniat merusak kemuliaan Aisyah dan membunuhnya. Sangat biadab.

Krek!

"Awwwww!!!!!!!" Tangannya digigit Aisyah. Beruntung, Aisyah segera tersadar sebelum semua terlambat.  Ia bangun dan berlari sangat kencang. Kini nalurinya sangat kuat. Membuat ia tak kesusahan dan tidak menabrak apapun. Sungguh Kuasa Allah.

Antara Dendam Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang