TERUSIRNYA YAHUDI BANI AN-NADHIR DARI MADINAH (2/2)

200 12 0
                                    


Peranan Orang-orang Munafik

Mendengar pesan Rasulullah yang disampaikan oleh Muhammad bin Maslamah radhiallahu ‘anhu, orang-orang Yahudi Bani Nadhir pun takut. Mereka mempersiapkan diri untuk pergi dari Madinah, membawa barang apapun yang bisa mereka bawa. Saat inilah orang-orang munafik Madinah memainkan perannya. Tokoh munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul member angin surga untuk orang-orang Yahudi ini. Ia berkata, “Kalian jangan pergi, jangan keluar dari Madinah. Sesungguhnya bersamaku ada 1000 orang yang siap mempertahankan benteng kalian. Membela kalian dan rela mati demi berjuang bersama kalian”. Saat itulah Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,

أَلَمْ تَرَ إلى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu”. Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. (QS. Al-Hasyr: 11).

Kepercayaan diri orang-orang Yahudi pun kembali ke dada-dada mereka. Tokoh Bani Nadhir Huyai bin Akhtab mengirim utusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa pesan, “Sungguh kami tidak akan pernah keluar dari kampung halaman kami. Lakukanlah apa yang engkau inginkan”.

Tantangan Yahudi ini pun dibeli oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau langsung memimpin para sahabatnya untuk menyerang perkampungan Bani Nadhir. Melihat respon dari Rasulullah dan para sahabatnya, orang-orang munafik pun menarik dukungan mereka terhadap orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan mereka,

لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوتِلُوا لَا يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ

“Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.” (QS. Al-Hasyr: 12).

Oleh karena itu, Allah samakan orang-orang munafik ini dengan setan.

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ * فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ

“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hasyr: 16-17).

Penyerangan ini tidak berlangsung lama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hanya membutuhkan waktu satu malam untuk membuat orang Yahudi itu takut bukan kepalang. Akhirnya mereka menyerah dan menyepakati untuk pergi dari Madinah.

Mereka diizinkan membawa onta-onta mereka, namun tidak diizinkan membawa senjata-senjata mereka keluar dari Madinah. Namun yang menakjubkan, dan menunjukkan betapa dengkinya Yahudi terhadap umat Islam, mereka robohkan rumah-rumah mereka sebelum berangkat dan mereka ambil puing-puing yang bisa mereka manfaatkan, lalu dibawa di atas onta mereka. Mereka lakukan itu agar tidak ada yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin dari apa yang mereka tinggalkan. Mereka sama sekali tidak ridha kaum muslimin mendapatkan manfaat dan kebaikan walaupun hanya sedikit saja. Dan hanya satu orang dari mereka yang memeluk Islam dari peristiwa ini. Sebagian di antara mereka pergi menuju Syam dan sebagian yang lainnya bergabung dengan orang-orang Yahudi di Khaibar.

Perang Bani Nadhir ini terjadi setelah Perang Uhud, bukan pada Bulan Rabiul Awal tahun 4 H yang bertepatan empat bulan terjadinya Perang Badar. Saat itulah Allah Ta’ala turunkan surat al-Hasyr.

Pelajaran

– Perang Bani Nadhir menunjukkan ke-Maha-Kuasaan Allah dan Maha Perkasa-Nya. Kaum muslimin awalnya menyangka tidak mungkin bisa mengalahkan Bani Nadhir dengan benteng mereka yang kokoh. Sampai Allah katakana dalam surat QS. Al-Hasyr:2 “Kalian menyangka mereka tidak akan keluar”. Namun di situlah hikmah Allah, Dia jadikan mudah sesuatu yang sulit bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

– Pertolongan Allah itu dekat, apabila seseorang menempuh jalan yang benat atau tepat.

– Orang atau kelompok yang menghina, merendahkan, dan menzalimi Rasulullah adalah sebagai tanda kebinasaan mereka sudah dekat.

– Kerugian dan kebinasaan orang-orang yang mengkhianati janji.

– Adanya hubungan dekat dan kerja sama antara orang-orang kafir dengan orang-orang munafik untuk menghancurkan Islam. Dalam QS. Al-Hasyr: 11, Allah sebut orang-orang munafik dan orang-orang kafir dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani, adalah saudara.

– Orang yang merencanakan kejelekan, kejelekan tersebut akan menimpa dirinya sendiri.

– Bolehnya menebang pepohonan dan merusak bangunan dalam peperangan jika itu terpaksa dilakukan. Sebagaimana Rasulullah membakar dan menebang pohon-pohon kurma di perkebunan tempat persembunyian Bani Nadhir.

Sumber:
– Shalabi, Ali Muhammad. 2007. Ghazawatu ar-Rasul, Durus wa ‘Ibar wa Fawa-id. Kairo: Muassasah Iqra.
– alaukah.net

Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang