Tiga : Dia

43 5 0
                                    

Bel tanda berakhirnya pelajaran selesai telah berbunyi. Meisya segera merapihkan alat tulisnya kedalam tas, dikeluarkannya baju karate yang hendak ia pakai eskul nanti. Ini hari pertamanya mengikuti eskul karena baru beberapa hari yang lalu ia mengundurkan diri dari eskul sebelumnya dan pindah ke eskul karate. Beberapa alasan membuatnya pindah, beladiri merupakan suatu hal yang mungkin harus dimilikinya untuk berjaga suatu saat ada hal yang tidak baik terjadi padanya. Toh, takdir tidak ada yang tau. Hal itu menjadi  salah satu alasan mengapa ia pindah. Diliriknya Jasmine yang sedang melakukan hal serupa. Entah mengapa, ketika ia pindah, Jasmine juga ikut pindah. Mungkin dengan alasan banyak cowok tampan yang memilih eskul tersebut.

Meisya yang hendak ke toilet berganti pakaian,kemudian berbalik ketika tangan mungil mencengkram lengannya.

“Tungguin gue” ucap Jasmine sedikit ribet dengan buku-bukunya.

“Hm” Meisya mengangguk.

Selesai menutup tasnya Jasmine bangkit. “Ayo Mei,”

Meisya mengangguk mengikuti Jasmine berjalan menuju toilet.

Selama perjalanan ia hanya menunduk, memikirkan sesuatu yang entah mengapa sejak beberapa jam yang lalu menguasai pikirannya.

Brukkk

Sebuah dada bidang menabraknya membuatnya jatuh tersungkur kebelakang.

“Lo nggak papa?” Sebuah tangan terulur didepannya.

“Nggak papa” Jawabnya mencoba bangkit menerima uluran tangan cowok yang menabraknya.

Ia menatap cowok didepannya, pandangan mereka terkunci. Ah ternyata cowok ini lagi, cowok yang beberapa jam lalu bertemu dengannya dikantin.

Buru-buru Meisya melepaskan secara kasar. Berlalu, meninggalkan Ferdian yang masih terbengong.

“Dia kenapa sih setiap ada gue, ngehindar, perasaan gue ga punya utang?” Ferdian bergeming.

“Ekhem, gue duluan ya” Jasmine yang masih bingung berlari mengejar Meisya.

“Lo kenapa Mei?” Tanya Jasmine setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Meisya.

“Nggak papa” Meisya langsung masuk bilik toilet.

“Hm yaudah,”

“Kalo gue belum selesai tungguin ya?” Tambah Jasmine setengah teriak.

“Iya”

“Meisya kenapa sih, dia dingin banget, nggak biasanya,” batin Jasmine memasuki bilik toilet sebelah Meisya.

Keduanya keluar bilik bersamaan. Berjalan menuju kelas hendak menaruh baju seragam yg sebelumnya dipakai untuk dikemas dalam tas. Kemudian membawa tas menuju ke lapangan indoor karena disanalah eskul karate dilaksanakan. Mereka meletakkan tas disamping lapangan, duduk sambil menunggu anak lain yang juga mengikuti eskul tersebut.

Meisya merasa ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya. Dan benar saja, seseorang menatapnya tajam seolah ia akan hilang jika orang itu mengalihkan pandangannya. Meisya membalas pandangan dan mereka saling tatap. Ferdian dan Meisya. Mereka menatap...terus menatap...tatap...dan...

Duarrrrr petir oi!!!

Oke garing lupain gaes.

“Ferdian, bisa tolong catat biodata dua siswi yang baru masuk eskul?Ah, Sepertinya mereka” Tanya pak Seto guru eskul karate sambil menunjuk dua siswi yang duduk di samping lapangan.

“Bisa pak” jawab Ferdian menerima dua lembar kertas biodata dari pak Seto.

Ferdian berjalan kearah yang ditunjuk pak Seto tadi. Ya, kearah Meisya dan Jasmine.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Black (Si Hitam Yang Manis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang