first time

325 59 24
                                    

ㅡㅡㅡㅡㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅡㅡㅡㅡㅡ

cerita dimana seorang siswi anggota klub kesenian bertemu dengan siswa anggota klub basket di sebuah toko alat lukis.

 ㅡㅡㅡㅡㅡ 

Seorang gadis remaja baru saja turun dari bus, berjalan tergesa mengikuti arah plat tanda keluar. Untungnya halte tempat ia turun saat ini dalam keadaan sepiㅡhanya ada beberapa orang saja yang sedang menunggu busㅡjadi ia tidak harus sungkan suara sepatunya menganggu orang lain.

Jika kalian bertanya mengapa seorang gadis yang masih memakai seragam sekolah lengkap berjalan tergesa-gesa di sebuah halte, dirinya akan menjawab dengan pernyataan tidak penting.

Pergi ke toko alat lukis.

Sungguh tidak penting bukan? Mungkin orang awam akan menganggap ini tidak penting. Tapi bagi Yerim, masalah ini penting.

Iya, masalah. 

Yerim sudah merencanakan bahwa hari ini, setelah kegiatan sekolah berakhir, ia akan membeli cat air dan itu harus ia beli di toko langganannya yang letaknya jauh dari lokasi sekolahnya. Letak sekolahnya berada di kota bagian utara, sedangkan toko alat lukis itu berada di bagian selatan. Dengan jarak tersebut ia menghabiskan 2 jam perjalanan menggunakan bus. Setidaknya ia bisa sampai di toko itu sebelum jam 6 sore.

Semua rencana yang telah ia susun dengan niat, hancur berantakan karena si nyonya ratu lebahㅡBominㅡmenyuruh menggantikan piketnya.

Menyebalkan. 

Lebih sialnya lagi toko itu buka hanya sampai jam 7 malam dan kalian tahu jam berapa sekarang?

Jam 7 kurang 10 menit!

"Sial, sial, sial," runtuknya. Pikirannya kalut, deru nafasnya tidak teratur dan langkah kakinya makin cepat ketika melihat langit dan sekeliling sudah menggelap. 

Yerim mulai membayangkan jika toko itu tutup, ia tidak bisa membeli cat air dan besok di pertemuan klub ia hanya bisa diam karena tidak membawa barang tersebut. Yerim tidak ingin hal itu terjadi. Bisa-bisa ia jadi domba kehilangan arah selama pertemuan berlangsung.

Kakinya membawa Yerim berada di seberang persimpangan toko. Yerim bisa melihat area parkir toko dari tempat ia berdiri. Dalam hati ia berdoa agar toko alat lukis itu masih buka. Sia-sia ia datang dari jauh kalau toko sudah tutup. 

Segera saja ia menyeberang lalu berlari kecil menuju toko. Yerim bisa bernafas lega sekarang, pasalnya toko itu masih buka. Senyum pun terpatri di wajahnya selagi ia berjalan memasuki toko. Hawa senang dan bahagia meliputi dirinya sekarang.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari. Lekas saja Yerim langsung menghampiri konter kasir dan melakukan transaksi. Gadis itu menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar benda yang ia butuhkan.

Penjaga kasir menyerahkan kantung plastik sambil tersenyum ramah.

"Terimakasih," ucap Yerim pelan yang  juga membalas senyum.

Dengan perasaan lega Yerim berjalan menuju pintu keluar sembari sesekali menatap kantung belanjaannya.

Ketika kepala Yerim mendongak, matanya melihat seorang anak lelaki seumurannya lengkap dengan seragam basket dan tidak lupa bola basket berwarna biru tua di tangan kanannya sedang berjalan berlawanan arah dengan Yerim.

Dengan penampilan seperti itu ia yakin kalau lelaki itu pasti baru pulang latihan basket. Entah mengapa Yerim sedikit tertarik dengan lelaki itu. Bayangkan saja untuk apa anak lelakiㅡanak basket pulaㅡdatang ke tempat ini?

Memang sih itu bukan urusan Yerim, tapi aneh saja.

Anak lelaki itu yang merasa Yerim memperhatikannya sedaritadi kemudian menatap Yerim tepat di matanya, membuat Yerim sedikit terkejut. Apalagi jarak antara mereka semakin dekat.

Refleks saja Yerim menunduk dan berusaha menutupi kekagetannya dengan mengutak atik kantung belanjaannya. Saat anak lelaki yang tidak ia kenali itu sudah berada sekitar 80 cm di depan Yerim, ia mempercepat langkahnya.

Tangannya menggapai pintu lalu membukanya. Buru-buru ia keluar dari toko. Selepas keluar dari toko, dirinya berjalan pelan dengan bibir yang tak henti mengeluarkan kata-kata gerutuan.

Di sisi lain, anak lelaki tadi memutar badannya untuk melihat Yerim yang sedang berjalan terburu-buru yang ia yakini sedang menghindar darinya.

Ia terkekeh pelan melihat Yerim yang kalau diperhatikan lucu juga. Kemudian anak lelaki itu melanjutkan tujuannya ke toko tersebut sambil tersenyum mengingat wajah gadis yang tidak ia kenal.







Dan dari sini, kisah mereka terajut dengan tidak terduga.

shoebox ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang