Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Pada malam natal, Guanlin dan Yerim dipertemukan kembali.
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Jika biasanya semua anggota keluarga akan berkumpul pada malam natal, menyicip hidangan hangat dikala musim dingin, beda halnya dengan Yerim dan kawan-kawan.
Pada malam natal seperti sekarang, mereka harus melewatkannya dengan menjajakan barang dagangan hasil karya klub kesenian. Hasil berjualan barang tersebut nantinya akan mereka sumbangkan ke panti sosial.
Sebenarnya Yerim sedikit khawatir barang jualan mereka tidak laris karena barang yang mereka tawarkan memang tidaklah semenarik tahun sebelumnya. Mereka hanya menjual pulpen bertemakan natal serta syal rajutan.
Tetapi kali ini ia beruntung Rina dan Jinsol membantu membuat kukis coklat. Setidaknya ada peluang orang akan tertarik membeli.
Maka dari itu tim kelompok dagang mereka menyiasati dengan memilih tempat yang lumayan ramai. Daerah pertokoan pusat kota memang pilihan yang tepat.
Yerim tampak semangat menawarkan pada orang-orang yang berlalu lalang di pinggir pertokoan. Ini bukan pengalaman pertama kali Yerim ikut berjualan jadi ia tidak canggung atau pun malu.
"Yerim! Kemari!" panggil Yena dengan gerakan tangan menyuruh Yerim untuk mendekat.
Yerim berlari kecil menuju Yena dengan tangan membetulkan syal yang letaknya berantakan.
"Ada apa kak?" tanya Yerim tanpa basa basi.
"Tolong jaga stand ini sebentar. Aku ingin membeli minuman hangat. Tolong ya," ucap Yena sebelum pamit pergi.
Yerim mengambil alih tugas Yena menjaga stand mereka dan juga sesekali melayani pembeli. Walau orang yang membeli tidaklah ramai, tetap saja Yerim merasa senang.
"Permisi, apa kukisnya masih ada?" Suara itu menginterupsi Yerim yang sedang berbincang dengan Jinsol dan Somyi. Ia tak lantas menjawab namun malah memperhatikan penampilan sosok di hadapannya ini.
Hoodie pink, jeans gelap dan kupluk hoodie yang menutupi kepala bagian atasnya.
Yerim kembali memperhatikan wajah anak lelaki ini. Sayangnya tidak terlalu jelas karena pencahayaan yang tidak begitu terang.
"Tentu ada. Kamu butuh berapa bungkus?" jawab Yerim dengan ramah.
"Aku butuh 3 bungkus."
"Baik," balas Yerim yang kemudian langsung menyiapkan pesanan. Setelah selesai memasukkan ke dalam paper bag, ia menyerahkannya pada pembeli tersebut yang lalu ditukar dengan beberapa lembar uang kertas.
"Terima kasih," ucap anak lelaki itu.
Yerim tersenyum ramah dengan cengiran khasnya. "Iya, sam-eh," respon Yerim yang terkejut ketika anak lelaki di depannya ini melepas kupluk hoodie-nya. Dengan jelas Yerim bisa mengenali wajah tersebut.
Anak lelaki yang ia lihat di toko alat lukis!
Kebetulan apa ini?
Jinsol dan Somyi yang berada di belakang Yerim melirik gadis itu sambil pikirannya bertanya ada apa.
"Eh kamu 'kan-" Yerim menunjuk wajah anak lelaki itu dengan wajah masih terkaget.
Guanlin tersenyum kecil, "Aku permisi dahulu. Sekali lagi terima kasih dan senang bertemu denganmu." Ia berjalan pergi dari stand tersebut. Meninggalkan Yerim yang masih terdiam kaget menyadari gadis itu baru saja berinteraksi dengan seseorang yang tak terduga.