Namaku Lala, usiaku 22 tahun tinggal di Jakarta. Aku adalah mahasiswa jurusan seni tari kontenporer di salah satu Universitas terbesar di Jakarta. Impianku menjadi seorang penari yang dikenal dunia. Walaupun berlebihan toh semua orang berhak punya banyak mimpi. Jadi jangan takut bermimpi.
Aku disini ingin menceritakan seseorang yang menurutku lebih mengenal aku daripada diriku sendiri. Seorang laki-laki yang tidak kukenal, mulai masuk ke kehidupanku. Aku tidak mengenalnya sama sekali, bahkan bicara dengannya pun tak pernah. Namun yang membuatku kaget adalah dia selalu ada buatku tanpa kusadari.
Berawal dari hari-hariku di kampus, seperti biasa lokerku penuh dengan bunga, cokelat, bahkan surat. Aku tidak bermaksud sombong, tapi ini memang benar adanya. Sebenarnya aku merasa sangat terganggu dengan mereka yang memberikan hadiah sebanyak ini. Mengapa mereka menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli barang yang bahkan tidak aku suka sama sekali? Setiap pagi aku selalu membersihkan semua hadiah ini agar lokerku bersih kembali seperti semula. Kumasukan semuanya kedalam kardus besar, dan kuberikan ke Dita.
"Pagi-pagi sudah cemberut aja," sapa seorang wanita berambut sebahu dan bermata cokelat.
" Sebel," jawabku singkat tanpa menoleh ke wanita itu.
"Kamu masih untung ada yang perhatiin," jawabnya lagi dengan mengambil salah satu cokelat yang sudah kumasukan ke dalam kardus.
Kenalin, wanita dengan rambut sebahu dan mata cokelat itu adalah teman dekatku selana enam tahun. Dia juga satu jurusan denganku.Namanya Dita, anak Bandung yang sedang merantau di Jakarta demi mewujudkan mimpinya.
Setelah perdebatan singkat antara aku dan Dita, masalah loker yang entah kapan berakhirnya, kita langsung ganti baju untuk kuliah pagi ini. Di ruang latihan sudah seperti panggung pertunjukan. Banyak mahasiswa yang hanya sekedar menonton kami latihan.
"Wah la, kita sudah kayak pentas aja," ujar Dita sambil melambaikan tangannya ke para mahasiswa yang sedang melihatnya heran. Asal kalian tahu, aku adalah tipe orang yang gak suka keramaian. Jadi, aku sangat sebal saat mereka datang mengganggu latihan kami, karena ini bukanlah pertunjukan. Sebaiknya mereka melihat pertunjukanku kelak, bukan melihat latihanku.
***
Har i itu hujan mengguyur kota Jakarta yang padat. Aku duduk disalah satu gasebo kampus, sambil berharap hujan akan segera reda. Sedikit menyesal karena aku tidak membawa payung ke kampus, padahal tadi sudah diingatkan bibi untuk membawa payung. Andai saja aku mendengarkan bibi pasti aku sudah dirumah.
Tanpa sadar seseorang datang menghampiriku. Aku ingat saat itu dia pakai jaket biru dengan dalaman kaos putih, rambut hitam dan kacamata yang entah itu minus atau hanya sekedar gaya. Dalam hatiku, mungkin dia juga tidak bawa payung. Tapi tak kuduga dia memberikan payung kepadaku.
"Ini, payung dari seseorang," dia memberikan payung yang dibawanya.
"eh," jawabku kaget.
"Tadi ada yang nitip,"
"siapa?" tanyaku belum selesai dia udah pergi gitu saja.
Entah siapa dia, tapi kenapa begitu baik padaku? Sampai minjemin payung segala. Dari semua laki-laki dikampusku, baru kali ini ada yang memberikan payung dibanding cokelat atau bunga. Sudahlah lebih baik aku cepat pulang, sebelum hujan semakin lebat.
***
Sesampai di rumah segera kubilas rambutku. Di kamar kuingat dengan si pemilik payung, masih terlintas di pikiranku tentang siapa dia yang rela memberikan payung ini. Kenapa dia tidak memberikannya secara langsung? entahlah jika dipikirkan lagi buat aku pusing. Besok saja kukembalikan payung ini pada laki-laki berkacamata tadi, dan kutanyakan siapa dia yang memberikan payung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT YOU
Short Storytentang kamu yang kucinta tentang kamu yang kurindu namun, dalam sebuah kisah tidak semua cinta dapat berakhir bahagia tidak semua kisah berakhir dengan kesedihan ini semua tentang perjuangan setiap insan yang berjuang berharap kisahnya berakhir ind...