Pagi hari dikota Bandung, yang masih tertutup oleh kabut. Kutunggu dia yang tak kunjung datang menjemputku. Kemana dia sebenarnya? Pikirku. Padahal hari ini aku ada kuliah pak Totok, dosen paling disiplin di ITB. Kulihat jam di tanganku waktu menunjukan jam 8.00. Sudahlah lebih baik aku berangkat saja.
Sesampainya di kampus, aku merasa lega bahwa ternyata pak Totok tidak masuk hari ini karena ada keperluan mendadak. Hp ku bergetar, dan kulihat nama Diego di layar Hp, ya dia adalah pacarku yang cuek, pacar seoran Noela.
"Halo," suaranya terdengar dari sana.
"Ya?" jawabku.
"sudah sampai kampus?"
"sudah"
"maaf telat". Aku hanya bisa menghela nafas saat kudengar alasan Diego. Setidaknya aku harus marah mendengar alasannya. Namun, aku lebih memilih untuk diam.
Sebelumnya perkenalkan namaku Noela mahasiswa ITB. Aku punya pacar yang super cuek. Saat aku jalan berdua dengannya, rasanya seperti orang asing. Tapi harus bagaimana lagi, saat hati sudah mengalahkan pikiranku. Terkadang aku berpikir betapa bodohnya diriku, aku tidak bahagia tapi ingin mempertahankan hubungan ini.
Diego adalah sosok yang cuek. Dulu dia mengatakan bahwa dia menyukaiku, rasanya dunia begitu indah pikirku saat itu. Jika dipikir kembali saat itu aku hanya memikirkan Diego, laki-laki yang kucintai juga mencintaiku. Walaupun sebenarnya kutahu bahwa dia tak mampu menunjukan rasa cintanya seperti yang lain.
Kututup telepon dari Diego, saat aku benar-benar nggak mood berhadapan dengan dia. Sudah lebih baik aku ke perpustakaan, dinginkan hati dan otak. Kuambil buku dengan asal, dan kucari tempat yang sekiranya nyaman. Kubuka setiap halaman buku itu yang entah isinya apa aku tak paham.
Semakin lama mata ini terpejam, hingga tak sadar ada seseorang yang memperhatikanku tepat di depanku. Kubuka mata ini perlahan, dan kulihat dia begitu sangat dekat. Senyum manisnya membuatku langsung bangkit dari tempat dudukku. Dia Beni, laki-laki yang dulu sempat menyatakan perasaannya padaku. Sedikit ada rasa menyesal saat aku menolak pernyataannya, karena saat itu aku benar dibuat jatuh hati oleh Diego.
Beebeda dengan Diego yang cuek, Beni lebih perhatian kepadaku. Sikapnya yang begitu manis hampir membuatku berpaling kepadanya. Sikap Beni ini yang kuharapkan juga pada sosok Diego, namun bisakah?
"kok bangun?" tanyanya begitu manis.
"ngapain kamu?" tanyaku balik.
"jagain kamu takut digangguin,"
"Apaan sih," kuhiraukan Beni dan memilih untuk pergi.
Kutinggal Beni yang masih duduk di kursinya. Tentu aku tinggal dia, karena aku masih belum siap ditinggal oleh Diego. Jika ditanya alasannya? Aku tak tahu kenapa aku begitu tak rela berpisah dengannya.
***
Kusapa embun pagi hari ini
Kududuk di sudut cafe
Kupandang sekililing, bahagia mereka dengan kisah romansa
Kuseduh kopi ini yang masih hangat
Betapa sedihnya kisah romansaku lebih pahit dibanding secangkir kopi ini
Noella
Kututup bukuku, dan kuseduh kopiku yang masih hangat. Jika kita merasakan kopi yang hangat begitu nikmat sebelum menjadi dingin. Namun kenapa hubunganku dengan Diego tidak ada kehangatan sama sekali, yang ada sikap dinginnya membuatku rindu kehangatan. "Pagi," sapa Diego tiba-tiba. Hari ini aku memang janjian di cafe biasa, sekedar minum kopi bersama. Diam menyelimuti suasana cafe membuatku semakin tidak nyaman.
Diego kenapa kamu harus sedingin ini, tidakkah kamu merasa bahwa aku tidak nyaman dengan sikapmu.
"Kita putus saja," kata itu yang awalnya ragu akhirnya keluar dari mulutku.
"Apa? Kenapa" tanyanya seakan dia pasrah dengan keputusanku.
"Aku rasa hubungan ini tidak akan berhasil, kamu dan aku sama-sama egois, tidak pernah ada yang menyesali perbuatan kita." Alsanku kepadanya. Sesungguhnya aku berharap kamu marah go, paling tidak mencoba untuk mempertahankan hubungan ini ucapku dalam hati terdalam.
"Jika itu yang terbaik, aku terima keputusanmu, maaf jika aku membuatmu tidak nyaman," katanya pelan.
Tanpa basa basi aku pergi dan menjauh darinya, pagi yang cerah itu hilang tertutup awan gelap. Bandung saat itu dilanda hujan begitu deras, sama dengan air mataku yang semakin deras. Ku lari sekuat tenaga berharap waktu ini berlalu dengan cepat. Kuberhenti di pinggir jalan dan kuatur nafasku yang menyesakan dada. Dan saat itu, Beni datang meraih tanganku hingga aku jatuh kepelukannya. Kubiarkan dia memelukku, pikirku saat itu benar benar kacau. Beni hanya diam dan membelai rambutku. Diego kenapa dia, bukan kamu tanyaku dalam hati.
Kacau
Hatiku kacau
Dua sisi yang berbeda itu ada depan mata
Namun
Nyatanya hanya kamu seorang yang kuharapkan
Bukan dia tapi kamu harapan terbesarku
Jika diulang berharap kamu seperti dia
Seburuk itukah diriku?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT YOU
القصة القصيرةtentang kamu yang kucinta tentang kamu yang kurindu namun, dalam sebuah kisah tidak semua cinta dapat berakhir bahagia tidak semua kisah berakhir dengan kesedihan ini semua tentang perjuangan setiap insan yang berjuang berharap kisahnya berakhir ind...