Rain (ingin mati saja)

28 6 0
                                    

Raina abigail
Karena ingin mati ia bertemu dengan sang pangeran berkuda yang sudah ia tunggu sejak lama. Mungkin kalian berpikir ia sudah gila karena ingin mati, tapi percayalah kalian akan melakukan hal yang sama sepertinya. Ia hanya ingin hilang dan lenyap dari dunia ini. Sudah cukup ia merasakan sakit, ia tidak ingin terus menerus menambahkan rasa sakitnya yang tak hilang hilang. Katakan ia bodoh, tidak ia memang bodoh karena selalu menuruti kemauan orangtuanya, ia sangat bodoh. Ia meninggalkan orang yang ia sayangi lebih dari siapapun termasuk orangtuanya. Ia menyesal telah mendengarkan kata kata palsu orangtuanya yang bahkan sudah tidak menginginkannya lagi. Karena itu ia ingin mati, tetapi sebelum ia melakukan sesuatu yang akan membuatnya mati, ia bertemu dengan seorang yang membuat ia memiliki semangat hidup kembali, tapi ketika ia sudah memiliki semangat hidup kembali dengan secepat kilat ia terjatuh lagi, orangtuanya bercerai. Memang ia mengakui bahwa ibunya sangat kejam kepadanya dan ayahnya sangat tidak peduli padanya tetapi ia masih sayang kepada mereka berdua dan tidak ingin mereka berpisah, bagaimanapun mereka tetap merupakan orangtuanya. Ia diam,tak mengatakan apapun saat tak ada satupun dari mereka yang ingin mengasuhnya. Ia sedih, tapi tak bisa berkata, ingin menangis, tapi ia tak lemah, ingin berteriak, tapi ia tak mampu, apa yang ia lakukan selalu tidak berguna, bahkan pangeran berkudanya pergi meninggalkannya sendirian, lagi. 'Hampa' adalah kata yang tepat, hingga akhirnya ia bertemu dengan orang aneh yang mengutuknya karena percobaan bunuh dirinya yang gagal, ia bahkan nekat melakukannya. Sampai saat ini, ia terkutuk, dengan indahnya hujan, rintik-rintik hujan yang berjatuhan, angin yang berhembus kencang, langit gelap, yang sangat mengartikan keadaan 'Hampa' tersebut. Hujan memberikannya rasa sakit berlebihan, membuatnya menderita. Ia membenci hujan, keadaan dimana semua penderitaanku terulang. Ia sabar, karena hidup mengajarkannya, bukan berarti sabarnya tak terbatas, ia juga bisa lelah ketika kehidupan memberinya ujian yang berlebihan, ia juga menangis ketika kehidupan memberinya persoalan yang sulit, ia juga ingin menjerit ketika ia tak dapat melewatinya dengan baik. Setiap ia melangkah ujian selalu berhadapan dengannya. Ia sudah belajar semuanya, kesabaran, kesakitan, kebencian, kesedihan, kehampaan, kesenangan, kebahagiaan, kepedihan, keikhlasan, kedatangan, kepergian, mungkin semuanya telah ia lalui. Ia merencanakannya lagi, bunuh diri untuk kesekian kalinya. Memang mungkin ia kurang beruntung, untuk kesekian kalinya, rencananya gagal. Kali ini bukan pangeran berkuda, bukan orang aneh, juga bukan kutukan, orang yang tak pernah terbayang olehnya, orang yang memiliki nasib yang sama dengannya, hidup yang hancur, yang sama-sama letih dengan hidup ini. Ia berpikir sudah mempelajari apapun tentang kehidupan ini, arti kehidupan, tetapi ia melewati pelajaran yang paling berharga di kehidupan ini. Dan seseorang mencerahkannya, seseorang yang lebih dari pangeran berkuda, orang aneh, dan kutukan. Masa depan, ialah masa depan bagi rain, seorang yang selalu memasang topeng rancangannya sendiri, menutupi semuanya, membiarkannya tersakiti sendiri, hingga masa depannya membantunya lebih terbuka, beban jangan diangkat sendirian, berbagilah, jika tak ada yang ingin memberikanmu pundak, akan kuberikan punyaku, kata-kata yang akan selalu diingat oleh rain. Memaafkan diri sendiri, pelajaran yang telah kamu lewati, mungkin kita salah, tetapi cobalah untuk memaafkan diri sendiri dengan apa yang telah terjadi, maafkan semua orang yang telah berbuat jahat padamu, hidup tak akan indah jika dipenuhi dengan dendam. Saat itu juga ia berpikir, dendam, selama ini dendam yang membuatnya sengsara, ia memang tak bisa memaafkan dirinya sendiri, selalu menyalahkan dirinya sendiri, dan kini ia mulai memaafkan dirinya sendiri.

Tak pernah terbayang masa depannya adalah orang yang sama seperti dirinya, bukannya orang dengan segala kesempurnaan. Ia bahagia sekarang, tak ada lagi dendam membuatnya bahagia.

Rain POV

Selama perjalanan menuju tempat janji, yang kulakukan hanya melamun, melamun bagaimana dulu aku, bagaiamana hancurnya hidupku sebelum aku bertemu dengannya. Hingga sekarang ia yang memutar balikkan kehidupanku berada didepanku, dihadapanku, diseberang, tersenyum melihat kedatanganku. Tanpa melihat kearah samping, aku menerobos jalan yang memisahkan kami, dan tak menyadari adanya mobil melaju kencang disebelah kananku. Yang pastinya kalian semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ya, dia ditabrak. Malam itu, malam terakhir aku melihatnya. Mungkin dulu tuhan ingin aku belajar tentang memaafkan diri terlebih dahulu, sehingga aku selalu gagal pergi jauh dari dunia ini, dan akhirnya setelah semuanya selesai, ia memanggilku. Memang sudah jalanku seperti ini, setidaknya aku meninggal dengan bahagia. Aku bahagia.

Kesabaran mungkin ada batasannya, tetapi menunggu tak akan mengecewakan.
Terkadang kita harus membiarkan hidup ini berjalan dengan sendirinya.
ita ada pada jalan kita sendiri, memang sudah takdirku, hidupku seperti ini, belajarlah menerima kenyataan, merupakan langkah awal mempelajari arti kehidupan.

Please vote and comment💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang