Part 3. Titah sang Ratu.

64.2K 3.3K 50
  • Didedikasikan kepada All readers
                                    

Fahmi tiba di apartementnya menjelang tengah malam. Pekerjaannya betul-betul menyita waktu dan tenaga. Dia harus mengkoordinir para pegawai baru untuk di training dan segala penyelesaian administrasi mereka sebagai karyawan baru. Untung saja besok weekend sehingga besok dia bisa bersantai sepuasnya.

Dia baru saja akan membuka kemejanya ketika ponsel di sakunya berbunyi. "Ya halo," sahutnya lesu, lelah mendekati malas. Ponsel dijepit diantara telinga dan bahu, sedangkan tangannya membuka kancing lengan kemejanya.

Bagus ya! menjawab panggilan dari mama malas-malasan begitu, tidak sopan! Mama nggak pernah ngajarin kamu begitu! bentak suara nyaring yang sangat dikenal baik oleh Fahmi seumur hidupnya.

"Mama?!" Panik. Fahmi menjauhkan ponselnya dari telinganya, melihat nomor ibunya tertera di sana Damn! Kenapa dia bisa nggak sadar ibunya yang menelpon, pasti mau ngomongin perjodohan lagi, Fahmi mulai was-was.

Besok kamu harus pulang ke rumah, ada yang Mama mau omongin sama kamu, ngerti! Lagipula sudah sebulan lebih kamu tidak pulang ke rumah.

Benarkan! Fahmi mengerang dalam hati, "Tapi, Ma..." Dia mencoba membantah. Walau tahu mamanya sudah menelpon dan meminta dirinya untuk menemuinya, pasti masalah nggak jauh-jauh dari masalah mencari istri untuknya.

Jangan membantah ya dasar bandel! Besok harus pulang! Oya, sekali bawakan kue klappetart kesukaan mama. Sudah ya, awas kalau kamu tidak datang. Mama mau pensiun dan tinggal Australia sama adikmu saja, biar kamu yang urusin perusahaan kita. Percuma punya anak lelaki tapi jarang pulang. Ancam mama Fahmi sadis.

"Mama jangan gitu dong, iya besok aku pulang deh jangan ngambek gitu dong, Ma nggak pantes." bujuk Fahmi.

Tut...Tut...Tut...

Dan panggilan ditutup. Fahmi terbengong-bengong tidak sempat berbicara apa-apa. Dia sudah cukup terbiasa dengan cara ibunya menelpon dan memutuskan panggilan seenaknya. Ibunya seperti angin ribut. Fahmi begitu malas pulang kerumah, bukan karena dia anak tak berbakti, tapi dia malas dengan agenda beliau yang selalu menyodorkan anak gadis dari teman-temannya buat dijodohkan. Herannya mamanya ini selalu mempunyai stock gadis yang akan diperkenalkan padanya, entah anak temannya yang mana lagi banyak sekali temannya. Mama anak gaul mungkin waktu mudanya. pikirnya jemu. Fahmi sama sekali tidak bisa membantah, kalau dia membantah maka segala omelan akan mampir ditelinganya. Fahmi mengacak-acak rambutnya kesal. Dia merasa seperti seorang bujang lapuk yang tak laku-laku dalam lagunya band Wali. Bah! Ah sudahlah Lebih baik mandi dan lanjut tidur.

Fahmi merendam tubuhnya di bathtub dengan air hangat dan sebotol minuman dingin ditangan, rasa lelah yang menghinggapi tubuhnya seharian hilang dalam sekejap. Dia memejamkan matanya sejenak. Pikirannya melayang jauh, berpikir bagaimana gigihnya sang ibu mencarikannya istri, terus terang dia belum memikirkan untuk membentuk sebuah keluarga dan mengikat dirinya dalam komitmen selamanya. Beragam perempuan pernah ia kencani, dari model sampai perempuan biasa. Semua cantik dan highclass, dia tidak munafik bahkan dia pernah tidur dengan beberapa dari mereka, dan sama sekali tidak masalah. Dia bukan lelaki suci yang tak pernah menyentuh perempuan dan setia seperti sahabatnya. Alby. Namun tak ada satu pun perempuan yang sanggup menembus masuk ke dalam hatinya, meninggalkan kesan yang dalam. Hanya numpang lewat saja. Dia sadar tak akan selamanya hidup sendiri , suatu saat nanti mungkin saja dia akan berubah pikiran.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya ketika baru saja Fahmi selesai mandi dan berpakaian. Dia meraih ponselnya di atas nakas, pesan dari Lidya perempuan yang dikencaninya akhir-akhir ini. Seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta, entah perusahaan apa mereka bertemu di sebuah klub malam yang biasa dikunjungi Fahmi sepulang kantor. Dia tak berminat ingin tahu lebih jauh tentang teman kencannya itu. Lagi pula tidak penting baginya. Yah, sekedar pelepasan dari rasa lelah dan stress setelah bekerja.

Lets Get Married ( Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang