Part 15. Sudah cinta sama aku belum?

54K 3K 86
  • Didedikasikan kepada all readers
                                    

Savage Garden ( To the moon and back)

Aisa melihat Fahmi langsung masuk ke kamar tempat dia tidur semalam dengan bantingan pintu keras, tanpa memedulikannya sama sekali. Jantung Aisa seakan meloncat dari tempatnya, hatinya terasa mencelos,  rasa bersalah dan menyesal menderanya karena telah tidak jujur terhadap Fahmi. Tapi,  tampaknya lelaki itu sama sekali tidak mau bicara apa pun padanya. Buktinya sekarang dia tidak keluar kamar lagi.

Aisa memberanikan diri mengetuk pintu kamar Fahmi dengan perlahan.  "Fa...aku mau menjelaskan semuanya dulu, kita bicara dulu sebentar. Aku mau minta maaf. " bujuk Aisa sabar dari depan pintu kamar. Rasa aneh dilidah Aisa ketika dia menyebut nama suaminya dengan panggilan normal, biasanya hanya panggilan asal "Kucing buduk" dan Fahmi tak pernah protes atau tersinggung malah meladeni gurauannya. Aisa baru menyadari itu.

Hening, tidak ada jawaban.

Mulanya ketukan pelan lama kelamaan menjadi gedoran pintu. Tapi sama saja tidak ada reaksi dari seseorang di dalam.

"Fa...buka pintunya dong,"  suara Aisa kedengaran serak, tenggorokannya sakit menahan tangis.

Sementara itu Fahmi bukannya tidak mendengar ketukan itu, dia masih berjalan mondar-mandir di kamarnya. Menarik napas panjang sambil meredakan rasa emosi, dasi dilehernya  longgarkan untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Berengsek sialan kau Reza!

Aisa menghela napas lelah, merasa tak diacuhkan dia memutar tubuhnya lebih memilih kembali ke kamarnya saja. Mata Aisa terasa panas, airmatanya perlahan turun  menangisi kebodohannya. Marah pada dirinya sendiri karena masih memedulikan Reza,  tapi kini Aisa yakin, dia sudah tidak memendam rasa apa pun pada Reza lagi. Sikap diam Fahmi yang membuat Aisa sedih, dia merasa lebih baik kalau Fahmi marah, berteriak padanya dari pada didiamkan seperti ini.

Suara motor yang Aisa kenal memasuki halaman rumahnya, disusul suara orang bercakap-cakap. Tampaknya itu sopir kantor tadi sudah tiba mengantarkan motor, pikir Aisa. Suara mobil yang keluar halaman mengusik rasa ingin tahu Aisa. Dia mengintip dari balik gorden jendela kamarnya di lantai dua. Dia melihat Fahmi ada di luar,  bersiap kembali ke kantor lagi. Dilihatnya Fahmi mendongak,  memandang ke arah jendela kamar Aisa seakan tahu  sedang diamati. Sebentar,  sebelum akhirnya menghilang masuk kedalam mobil. Tubuh Aisa terduduk bersandar di dinding menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya, kembali menangis.  Kali  ini lebih keras dari yang tadi, mengeluarkan uneg-unegnya sampai rasa lelah menyerangnya, Akhirnya Aisa  memilih untuk membasuh mukanya di kamar mandi.

 ####

Fahmi menghabiskan waktu di kantor sampai malam. Sengaja dia berlama-lama mengulur-ulur waktu menghindari topic pembicaraan mengenai Reza dari Aisa, kalau dia tiba di rumah nanti. Kebetulan pekerjaannya sedang padat-padatnya,  semenjak terjadi perubahan sistem di perusahaan Alby . Mau tak mau memaksanya juga mengubah sistem kepegawaian di kantor ini. Fahmi tidak bisa konsentrasi,  akhirnya dia melemparkan pena miliknya hingga menggelinding mulus di atas meja kerja. Hatinya masih saja merasa tidak terima kalau ternyata Aisa berkata masih mencintai Reza.

Dia cemburu! Fahmi menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya, memijat-mijat dahinya merasa pusing sendiri. Entah sejak kapan dia merasakan perasaan cinta dan posesif pada Aisa istrinya. Cinta? Fahmi tertawa miris dalam hati. Padahal dulu dia tak pernah merasakan rasa apa pun pada gadis itu sebelumnya.  Selain rasa sebal karena seringnya mereka adu mulut dan saling ejek. Tetapi seiring berjalannya waktu dan kedekatan mereka yang bisa di katakan cukup bersahabat. Fahmi mulai merasa Aisa adalah miliknya mutlak, karena Aisa istrinya yang telah dia pilih sebagai teman hidupnya. Untuk itu Fahmi berusaha menjadi lelaki dan suami yang baik untuk Aisa.

Lets Get Married ( Tersedia E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang