'Raqqat 'ainaya shawqan
Wa li Taibata tharafat' ishqan
Fa'ataytu ilaa habibi
Fahda' ya qalbu wa rifqan
Shalli 'ala Muhammad ...'
Suara mezzo sorpan Aisyah lengkap dengan iringan tabuhan rebana mengisi dalam Musholla Al Islah yang tadinya hening. Aisyah menggenggam micnya dengan tangan kanannya dan tangan kirinya memegang buku kumpulan shalawat yg dipangku di atas pahanya yg sedang dalam posisi bersila.
Beberapa anggota OSIS yang di dalam sana menyimak dengan wajah kagum, kecuali para kaum Adam disana yang telinganya disumpal oleh Shilla dan mata mereka yang diikat dengan kain. Antisipasi supaya tidak terjadi zina Al Laman kata Aisyah sang biang kerok dari terkekangnya mereka.
Para penabuh pun tidak disumpali apapun oleh Shilla, namun mereka dapat ancaman dari si bendahara OSIS itu.
Tidak menerapkan Gaddul Bassor berarti minta dipecat dari keanggotaan Rebana.
Selesai dengan sholawatnya, Aisyah menaruh mic di sebelahnya dan menutup bukunya.
"Syah," Shilla mendadak memanggil Aisyah. Gadis itu masih dalam posisi membiarkan teman-temannya melepas kekangan para ikhwat disana.
"Kenapa, Shil?"
"Kan ini untuk persiapan Maulid Nabi, dan acara itu terlaksana bulan depan. Jadi kamu buat apa shalawatan begini?"
"Ya nggak apa-apa. Kan hitung-hitung latihan sama nabung buat akhirat nanti."
"Iya juga, tapi kan-"
"Assalamualaikum!! yang jawab pahala yang ngga jawab dosa!!"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh!"
Aisyah dan Shilla spontan menjawab saking kagetnya. Mereka bersamaan menoleh menemukan sosok Faiz yang nyengir tanpa dosa di belakang.
"Kaget ya? Haha, afwan ukhti-ukhti cantik. Sudah selesai latihannya?" Faiz bertanya ramah sambil memperbaiki pegangan dua buku yang mirip agenda di tangannya.
"Alhamdulillah sudah, akhi," jawab Aisyah kalem. "Memang kenapa?"
"Ya nggak apa-apa sih, tapi mushola ini mau dipakai anak-anak REMUS buat Al Barzhanji. Jadi kalau kalian sudah selesai kan bisa gantian."
"Yeee, bilang aja kalau mau ngusir!!" Ridho yang membereskan sound system di dekat Shilla berucap sinis.
"Yaiyalah, secara kan kita sudah melanggar wilayah kekuasaan REMUS!!" Tantri menimpali, duduk bersila di dekat Ridho.
"Tenang saja, kita juga nggak akan lama-lama disini, situ diam saja lihat kita beres-beres. Lagian juga ogah satu ruangan sama anak REMUS." kali ini, Kelvin berujar sarkastis.
"Terserah kalian deh. Yang penting mushola harus bersih dan rapi seperti semula. Jangan malah seenaknya ditinggal gitu aja setelah abis dibutuhin kayak plastik es waktu acara Sholat Dhuha kemarin." Balas Faiz pedas.
Aisyah hanya bisa melihat dengan perasaan cemas adu mulut yang sama-sama pedas dan sarkastis itu. Sedangkan Shilla tidak peduli dan membantu Tantri beres-beres.
"A, anu, tolong jangan-"
"لاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ."
"EH??"
Faiz menoleh, terlihat sosok Nafis yang menatap datar kumpulan manusia dalam mushola. Seketika hening menyelimuti, tak ada satupun yg bicara melihat Nafis yang tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris REMUS dan Sekretaris OSIS
Teen FictionNafis Lahtifah Anshar si Sekretaris REMUS -REmaja MUShola- Aisyah Aina Humaira si Sekretaris OSIS Diam-diam sama-sama menyimpan rasa kagum masing-masing semenjak melihat Nafis sedang Murothal Qur'an di Mushola dan semenjak Nafis melihat Aisyah bersh...